webnovel

Unexpected Past

Liana yang merupakan seorang Orph dikucilkan oleh masyarakat Ellenia. Namun suatu berita menggemparkan tersebar. Sebuah sekolah ilmu magis terbesar yang bernama Tummulotary Academy membuka kesempatan bagi para Orph untuk menjadi peserta didik di sana. Sekarang Liana berjuang untuk bisa menjadi peserta didik dari Tummulotary Academy. Namun Liana juga punya cita-cita lain. Yaitu, menguak kisah masa lalunya, dan mengetahui jati dirinya yang sebenarnya. Dengan usaha kerasnya ini, bisakah Liana menggapai cita-citanya? akankah Liana mengungkap siapa dirinya yang sebenarnya dan bagaimana masa lalunya itu? Cover by : Audreana ivy. You can see her story : Home of Ardor

Leony_Ackerman · 奇幻
分數不夠
396 Chs

Kucing Ajaib

Setelah kejadian waktu makan malam hari itu, Lysander jadi berusaha lebih apatis terhadap sesuatu yang ia lihat sendiri. Dia malas kalau harus ditertawakan karena dikira berhalusinasi lagi. Apalagi kelakuan kakaknya yang menjengkelkan membuat Lysander malas menyapa sesuatu hal yang mungkin sebenarnya tidak ada. Hei, kenapa kau begitu Lysander? di dunia penuh kekuatan magis seperti ini banyak penampakan mahluk magis. Dan jangan perdulikan ledekan kakakmu itu.

Namun Liana juga jadi penasaran, apa benar sosok kucing yang di sebut Lysander itu ada? kalaupun ada, Liana sangat ingin menjadikan kucing itu sebagai hewan peliharaannya. Meski Liana sebenarnya lebih suka kelinci dari pada kucing. Tapi why not? tidak ada kelinci kucing pun jadi.

Warna kucing itu ungu, matanya hijau cerah, ekornya panjang halus, begitulah deskripsi yang diberikan Lysander. Lalu Liana membuat rencana untuk menangkap kucing itu. Bisa-bisanya ia berkeliaran di Coil Cottage tanpa dielus Liana terlebih dahulu, Liana kan gemas jadinya.

"Sedang apa kau? kenapa bersembunyi di bawah meja begitu?" tanya Nenek Louvinna dengan ekspresi heran.

"Sssttt, nanti kucingnya tidak mau mendekat. Aku sedang menyiapkan jebakan kucing Nek," ujar Liana sambil menempelkan telunjuk di bibirnya.

"Kau masih memikirkan tentang kucing itu? siapa tahu kalau Lysander memang salah lihat." Nenek Louvinna membujuk Liana untuk keluar dari bawah meja.

"Tidak Nek, aku yakin Lysander tidak salah lihat. Aku tidak bisa membiarkan ada mahluk menggemaskan bersembunyi di rumah ini." Mata Liana berbinar, nampaknya ia amat bersemangat dalam kegiatannya tersebut.

Nenek Louvinna hanya menggelengkan kepala pasrah. Sifat Liana yang lugu dan keras kepala merupakan perpaduan sempurna yang unik. Liana memang menggemaskan.

"Ya sudah, kalau kau menemukannya beri tahu Nenek. Nenek akan merajutkan kalung spesial untuk kucing itu nanti," ujar beliau seraya berlalu ke kamar.

"Baik nek." Liana memasang pose hormat pada Nenek Louvinna.

Bisa kalian bayangkan bagaimana perangkap yang Liana buat? tidak? baiklah, akan aku jelaskan.

Liana mengaitkan banyak tali ke sepenjuru ruangan, seperti perangkap laser namun ini versi yang kasat mata (kebanyakan perangkap laser harus memakai bubuk kapur agar perangkapnya terlihat). Pada salah satu sisi pengait tali, di sambungkan pada spatula yang dikencangkan pada kotak besar yang apabila talinya terlepas kotak itu akan mengarah ke bawahnya alias tepat pada lokasi tali yang dikait.

Perangkap satunya sudah di pasang pada pematik api yang akan membakar salah satu bagian tali hingga putus, tali itu adalah penahan berat dari batu yang lumayan besar. Setelah tali putus maka pemberat itu akan langsung turun ke bawah dan menarik tali yang rupanya telah tersambung pada jaring di lantai.

Dan masih banyak lagi perangkap-perangkap rumit lainnya yang apabila disebutkan akan membuat kita mati bosan dan kebingungan. Karena terlalu ruwet perangkapnya.

Nenek Louvinna yang sempat keluar kamar dan menatap aktivitas Liana hanya bisa tersenyum dengan tatapan 'God always bless you honey.'

"Oh ayolah, bahkan aku sengaja bilang kalau aku tidak enak badan pada Lysander agar dia tak mengajar ke sini hari ini. Aku menantimu kucing kecil." Nada gusar keluar dari perkataan Liana. Dia sudah tak sabaran menanti kucing kecil menggemaskan tersebut.

"Johny, kalau kucing itu muncul di luar rumah bagaimana?" tanya Nenek Louvinna, ia khawatir pada Liana yang sudah tidak bergeming dari tempatnya sedari tadi. Ya, cukup lama. Hingga pie apel Nenek Louvinna sudah jadi 1 sejam yang lalu.

"Tidak Nek, tenang saja. Pasti sebentar lagi kucing itu akan ku dapatkan lalu aku akan mencuci baju-baju yang ku tumpuk di wadah tadi." Liana sangat fokus memperhatikan jebakannya.

"Nenek tidak mengkhawatirkan baju, juga tidak mengkhawatirkan rumah yang sudah persis seperti tempat jebakan maut gua harta karun, namun Nenek khawatir padamu. Kau sudah tidak beranjak di situ hampir 3 jam." Nenek memijat pelipisnya. Susah juga membujuk orang yang keras kepala seperti Liana.

"Ini terakhir kalinya Nenek membujukmu, setelah ini Nenek akan menerbangkam semua jebakanmu sampai habis," ujar Nenek Louvinna seraya duduk di kursi kayu ruang tengah. Beliau duduk di situ karena ingin mengamati Liana.

Liana meneguk ludah gugup. Namun ia yakin bahwa rencananya akan berhasil. Astaga Liana, ini hanyalah permasalahan tentang kucing. Kau sampai harus serepot ini.

Liana tiba-tiba mengantuk, Nenek Louvinna entah kenapa juga sudah terlelap. Suasana sepi, di tambah gemuruh angin dan awan yang mendung membuat suasana semakin nikmat untuk tidur.

"Miaww."

Dan benar saja, target penangkapan telah tiba di lokasi. Namun, Liana telah terlelap. Rasanya apa yang telah ia lakukan tadi sia-sia. Karena si kucing yang ia incar-incar itu dengan mudahnya berlenggak-lenggok di sekitaran Liana.

Kucing itu terlihat senang dan bangga karena bisa mengalahkan manusia. Dia lalu menghancurkan perangkap buatan Liana. Ia gigiti satu persatu tali di sana, dan ajaibnya perangkap-perangkap tersebut memang lepas. Sampai sekarang tidak ada perlawanan yang berarti dari Liana. Ya, karena ia tengah tertidur.

Disaat kucing itu sudah merasa puas bermain-main di rumah itu, ia lalu memutuskan untuk pergi. Namun beberapa detik sebelum kucing ajaib itu menghilang, tiba-tiba ada tangan besar menangkap kaki belakang kucing tersebut.

Kucing tersebut sontak kaget bukan main, seakan-akan tak percaya dengan apa yang telah terjadi. Namun dengan cepat kucing itu mencoba melepaskan diri dari Liana. Liana dalam kondisi masih mengantuk agak kesulitan menangkap kucing tersebut.

"Liana, ku dengar kau sakit. Ini aku bawakan---"

Belum sempat Lyosha menyelesaikan ucapannya dan ia cengo dengan kondisi di dalam Coil Cottage sekarang. Semuanya berantakan, ditambah Liana yang sangat kacau bak orang yang sedang mabuk. Lalu aksi kejar-kejaran terjadi. Lyosha membantu Liana mengejar kucing tersebut.

"Bodoh! kenapa aku ikut-ikutan mengantuk juga?!" Lyosha menguap, namun ia menahan kantuknya. Ia mengeluarkan uap panas dari tubuhnya untuk membunuh rasa kantuk.

Kalau Lyosha yang baru saja datang mengantuk apalagi Liana yang sedari tadi di sini? namun apabila dicermati, rasa kantuk yang aneh ini nampaknya bukan kantuk biasa. Apa jangan-jangan kucing ini penyebab kantuk tersebut?

"Arghh kenapa mata ku berat sekali?! pasti ada yang salah..." intonasi Lyosha semakin melemah, menandakan dia telah oleng menuju tumbang.

Sudah dapat dipastikan ini bukan peristiwa yang lepas dari unsur magis. Dan tersangka terjadinya ini semua dengan antengnya duduk menjilati tangannya layaknya kucing biasa. Sesekali kucing itu terlihat cekikikan. Setelah merasa cukup bersenang-senang, kucing itu nampak lelah. Lalu sebuah angin berpulas di sekitar kucing itu, ada aura energi magis yang mengelilinginya. Rupanya ia hendak menghilang dengan kekuatan magisnya. Putaran angin itu semakin berpulas, namun tidak kencang. Ketika penampakan kucing itu hampir hilang dari indera penglihatan, rupanya ada tangan mungil yang menangkap ekor halus sang kucing. Ya, tangan yang sama dengan tangan yang meraih kaki kucing itu tadi.

"A-ayolah kucing manis...aku hanya ingin bertemu dan menjadi temanmu...." Suara Liana terdengar lirih. Ia mati-matian menahan kantuknya. Bahkan matanya sampai juling saking ngantuknya.

Kucing itu hanya mendengus lalu berpaling, nampak tak memperdulikan Liana yang keadaannya begitu kacau. Padahl semua yang Liana lakukan semuanya tertuju ke kucing itu, sungguh kucing yang tidak manusiawi...tapi kan dia memang kucing, bagaimana dia bisa manusiawi? ada-ada saja.

"Mergesangini."

Dan poff, seketika kucing itu berubah menjadi sebuah weapon. Weapon Fragarach, Liana amat tak menyangka kalau weapon itu yang menjadi perubahan wujud si kucing. Seluruh rasa kantuknya hilang, Lyosha dan Nenek Louvinna pun bangun dari tidurnya. Liana bangkit dari posisinya dan mengambil weapon itu. Ia cengo, bagaimana tidak begitu? Fragarach merupakan salah satu senjata legendaris yang dapat memberi perintah atas kekuatan angin. Weapon ini pernah menjadi weapon Manńan mac Lir dan Lugh Lamfada. Ah Liana baru saja mempelajari sejarahnya dua hari yang lalu.

"Kenapa ribut-ribut?---WOAAAAHH FRAGARACH! BAGAIMANA BISA?!" Teriak Lysander heboh ketika membuka pintu.

Lysander sontak menghampiri Liana, ia letakkan buah tangan yang ia bawa ke atas meja. Lalu bertanya bagaimana kondisi Liana sekarang, sebenarnya keadaan Liana yang dilihat Lysander kini begitu mengkhawatirkan. Rambut Liana acak-acakan, matanya merah, baju nya berantakan, dan lain sebagainya. Jadi Lysander tidak tahu kalau Liana hanya berbohong soal dirinya yang sedang tidak enak badan.

Nenek Louvinna masih memproses apa yang sedang terjadi di depannya kini. Liana kini mengubah kembali weapon tersebut menjadi kucing seperti semula. Kucing itu nampak biasa-biasa saja, hanya terlihat sedikit bingung, namun tidak ada tanda-tanda dia terluka atau kelelahan karena kehabisan tenaga. Entah apa yang difikirkan kucing itu, namun ia langsung menurut saja saat di gendong Liana. Tentu saja Liana langsung kegirangan melihat kucing itu menurut padanya.

Tidak ada yang menakjubkan di sini, pengecualian tentang kucing Liana yang dapat diubah menjadi weapon Fragarach. Liana, Lysander, Lyosha dan Nenek Louvinna yakin kalau kucing itu termasuk dalam hewan magis, karena memiliki kekuatan magis. Dan kekuatan magisnya adalah membuat ilusi yang bisa membuat orang lain tertidur. Sampai di sini begitulah pemikiran mereka, namun apakah itu benar?