Beberapa menit sebelum Deon memberikan Long Dres pada Calisa.
Deon sedang mengecek kembali jadawalnya hari itu lalu tiba-tiba dia tersenyum kecil saat membaca jadwalnya di malam hari.
"Aku hampir melewatkan pesta pertunjukan itu," gumam Deon sambil membuka folder lain yang berkaitan tentang acara besar yang akan dia hadiri beberapa jam lagi.
Deon membaca dengan cermat setiap detail dari acara besar yang dia sponsori itu. Deon adalah salah satu donatur terbesar dari acara awal tahunan di dunia hiburan itu. Sebuah acara yang akan menjadi panggung besar bagi para Aktris, Aktor dan model yang menerima penghargaan.
Saat Deon sedang membaca setiap rinci dari acara itu tiba-tiba perhatiannya kembali terpusat pada objek yang beberapa waktu lalu berhasil mencuri perhatiannya.
"Menarik sekali... bukan hal yang tidak mungkin jika dia mendapatkan penghargaan di acara itu tapi yang membuatku tertarik adalah tentang siapa dia sebenarnya? Sudah tujuh belas tahun semenjak hari itu dan aku belum pernah sekali pun mengira orang lain sebagi dia, tapi Wanita itu... entah mengapa aku melihat bayangannya di dalam dirinya," gumam Deon di dalam hati sambil memperhatikan wajah dari Wanita yang sudah menarik perhatiannya.
"Aku akan mencari tahu sendiri kalau begitu," ucap Deon sambil meletakan tablet berwarna Putih itu di atas meja lalu menghubungi Erik untuk datang ke ruangannya.
Tak membutuhkan waktu lama, beberapa menit kemudian Erik pun tiba di ruangan Deon.
"Berikan intsruksimu Tuan," ucap Erik yang berdiri tepat di depan meja Deon.
"Ambilkan Long Dress yang menarik untuk pesta malam ini yang ukurannya pas di tubuh Calisa, aku ingin memancing sesuatu," ucap Deon memberikan perintah pada Erik.
"Baik Tuan," jawab Erik yang dapat memahami maksud Deon.
Begitulah kejadian di balik Long Dress yang Calisa terima.
***
Beberapa jam sebelum acara penghargaan.
"Erik... menurutmu berapa besar peluang aku menganggap orang lain sebagai orang yang sangat aku kenal?" tanya Deon pada Erik.
"Saya rasa peluangnya sangat kecil dan bahkan hampir tidak ada," jawab Erik dengan singkat.
"Lalu... apakah mungkin orang itu adalah orang yang sama dengan orang yang aku kenal? tapi... wajahnya terlihat berbeda... apa dia juga melakukannya?" tanya Deon yang masih mengumpulkan kemungkinan yang ada.
"Bisa saja seperti itu," jawab Erik tak bermuluk-muluk.
"Hah... sepertinya aku akan terus di bingungkan dengan hal ini... jadi aku punya tugas baru untukmu... cari tahu tentang kehidupan orang ini," ucap Deon sambil memberikan sebuah dokumen pada Erik.
Erik menerima dokumen itu lalu membacanya sekilas.
"Baik Tuan, Saya mengerti," jawab Erik sambil menutup dokumen yang sempat dia buka itu.
"Oh iya, satu hal lagi. Malam ini aku akan pulang larut malam jadi tolong jaga Nay," ucap Deon yang mengkhawatirkan adiknya itu.
"Baik Tuan, Saya akan menjaga Nona Nay dengan baik," jawab Erik dengan patuhnya.
"Kalau begitu kamu boleh pergi," ucap Deon mempersilahkan Erik pergi dan menjalankan tugas baru yang Deon berikan.
"Aku tidak pernah salah mengenali orang... apakah itu kamu?" tanya Deon di dalam hati sambil menatap keluar jendela dan memperhatikan langit yang perlahan mulai menghitam.
Di samping itu, beberapa jam sebelum acara penghargaan.
Calisa di sibukan dengan persiapannya untuk menemani Deon pergi ke acara penghargaan para selebriti. Calisa masih memusingkan Long Dress yang harus dia kenakan beberapa jam lagi.
"Bagaimana ini? mana bisa aku memakai pakaian yang sangat terbuka seperti ini," keluh Calisa pada Jake, teman dekat Calisa.
"Ayo yoh... tenang je lah... I(aku) bisa bantu Cali...s," sahut Jake dengan gaya bicaranya yang luwes.
"Grab!" Calisa dengan cepat memegang ke dua tangan Jake yang sibuk memainkan syal yang dia pakai.
"Chaliis... I tekejut," ucap Jake yang terkejut dengan ketiba-tibaan itu.
"Jake... kamu bisa bantu aku? Kamu serius?" tanya Calisa dengan mata yang memohon.
"Heeh... jangan tatap I macam tu... I geli... tentu saja I bisa... Chalis lupa siapa I? I adalah designer dengan talenta yang luar biasa... I akan rombak Long Dress ini...," jawab Jake sambil mengeluarkan Long Dress yang akan Calisa kenakan.
"Apa! Di rombak? Jangan!" ucap Calisa dengan spontan dan langsung mengambil Long Dress yang ada di tangan Jake.
"Why not? Chalis lupa kah? My Prince cuman say kalau Chalis harus pakai ni Long Dress bukannya say kalau Chalis May not ubah-ubah Long Dress ini... is it right My Chalis?" tanya Jake yang mengumpamakan Deon sebagai pangerannya.
Jake adalah salah satu orang yang mengagumi Deon sebagai sosok Lelaki sempurna bahkan Jake sering kali melebih-lebihkan Deon di depan para Kliennya meski pun Jake adalah laki-laki namun jiwanya seperti seorang Wanita yang mengharapkan belaian kasih sayang.
Mendengar Jake menyimpulkan demikian, Calisa pun kembali merenungkan apa yang sudah di katakan oleh Deon.
"Benar juga. Pak Deon kan cuman bilang kalau aku harus memakai Long Dress ini jadi mau aku apakan itu tidak jadi masalah selama aku memakai Long Dress yang sama. Ok! Aku akan ikuti cara mainmu Jake... terima kasih karena sudah membantuku," ucap Calisa yang terlihat begitu senang karena mendapatkan solusi yang tepat.
"Biase je... apa pun akan I lakuin buat My Chalis...," jawab Jake sambil merebut kembali Long Dress yang ada di tangan Calisa.
"Tapi.. mau kamu apain Long Dress ini Jake?" tanya Calisa yang menjadi penasaran dengan ide apa yang ada di kepala Jake.
"I nak buat Long Dress ni jadi sikit berbeza... tapi tak menyie-nyiekan kesexsiannye... nyaman di pakai Chalis tapi tetap sexy di mate My Prince," jawab Jake yang sudah mendapatkan gambaran tentang rombakan yang akan dia lakukan.
"Maksudnya?" tanya Calisa yang belum mengerti dengan imajinasi Jake yang terkadang liar dan membuatnya merinding namun malam itu dia memasrahkan nasib pekerjaannya pada Jake.
"Maksudnye... My Prince nak go sama Chalis yang tampil dengan Long Dress yang tampak sexy... tampaknya My Prince nak tunjukan ke every one kalau Chalis adalah Wanita yang spesiel buat My Prince... Aaah... Jake tak sanggup imagine... Chalis Very Lucky... Jake jadi Jelous deh," jawab Jake membuat Calisa benar-benar bimbang.
Calisa pun berpikir hal yang sama dengan Jake namun melihat sifat Deon Calisa selalu maju mundur jika menyangkut perasaannya itu.
***
Di malam acara penghargaan.
Deon menunggu Calisa di depan apartemen Calisa. Dengan mengenakan setelan jas hitam lengkap dengan sepatunya yang mengkilap. Tatanan rambut Deon yang sedikit berbeda dengan memamerkan keningnya yang menawan menambah karismanya sebagai seorang CEO dari salah satu perusahaan terbesar yang bergerak di dunia hiburan.
"Tak-tak." Suara sepatu Calisa menggema sampai ke luar pintu apartemen.
Dengan semua barang yang Deon siapkan, penampilan Calisa memang tidak mengecewakan namun Deon melihat sesuatu yang berbeda. Deon berjalan menghampiri Calisa yang berjalan menghampirinya.d
"Grab!" tiba-tiba Deon menarik punggung Calisa dan menatap Calisa dari jarak yang begitu dekat.
"Deg-deg." Jantung Calisa berdegub dengan begitu kencang saat Deon menarik tubuhnya dengan tiba-tiba.
"Pak... ada apa?" tanya Calisa mencoba untuk biasa saja.
"Aku... cuman... mengecek barang yang aku berikan padamu," jawab Deon sambil meraba punggung Calisa yang terbuka lebar.
Lalu setelah itu Deon melepaskan tubuh Calisa dan memperhatikan penampilan Calisa lebih jelas. Deon mendekatkan wajahnya dengan wajah Calisa lalu memperhatikan make up yang Calisa poles di wajahnya.
"Sepertinya kamu cukup mempersiapkan diri dengan matang, aku suka," ucap Deon menyampaikan pujiannya pada Calisa.
"Terutama dengan hair styling yang kamu pilih... aku sangat suka," sambung Deon sambil mencium ujung rambut Calisa yang aromanya sangat di sukai Deon.
Wajah Calisa terasa panas saat Deon mencium ujung rambutnya itu dan ke dua pipinya mulai memerah seperti orang yang terkena demam.
"Kamu gak papa kan Calisa? Kenapa wajahmu memerah?" tanya Deon yang menyadari perubahan perona pipi di wajah Calisa.
"Sa-saya tidak apa-apa Pak," jawab Calisa sedikit terbata.
"Kalau kamu bilang begitu ya sudah... ayo kita berangkat," ucap Deon sambil mengulurkan tangannya pada Calisa.
Dengan jantung yang tak mau di ajak bekerja sama, Calisa menyerahkan tangannya pada Deon lalu dia berjalan beriringan dengan Deon menuju mobil yang sudah Deon persiapkan khusus untuk menghadiri acara malam itu.
"Oh iya... aku lupa mengatakan ini. Meski aku gak tahu apa yang udah kamu lakukan ke barang yang aku kasih ke kamu tapi Over all aku suka... meski berbeda dari yang aku kasih tapi kesan yang ingin aku dapatkan masih ada di dalamnya," ucap Deon dengan tiba-tiba membicarakan Long Dress yang Calisa kenakan.
Calisa tersenyum dan menjawab,
"Maafkan Saya Pak. Seharusnya Saya tidak merubah apa pun dari barang yang Bapak berikan pada Saya tapi karena kurang nyaman dengan bagian depan yang terbuka jadi Saya meminta seorang teman untuk merombak beberapa sudut dengan ide yang dia punya."
Deon menganggukkan kepalanya lalu melemparkan senyuman pada Calisa dan menjawab,
"Tidak apa-apa... yang terpenting barang yang aku berikan kamu pakai dan tidak mengecewakan... silahkan masuk." Deon mempersilahkan Calisa masuk terlebih dulu ke dalam mobil yang pintunya dia tahan untuk Calisa.
Calisa membalas senyuman Deon lalu masuk ke dalam mobil itu lalu setelah itu Deon berjalan ke arah yang berlawanan sambil berkata di dalam hati,
"Maaf Calisa... aku terpaksa memanfaatkanmu demi kepentinganku."
Note:
yeoleobun moduege gamsahabnida...( Semuanya... terima kasih banyak...) karena sudah terus mengikuti Bang Deon... ke depannya Author harap para Reader sekalian masih mau untuk Stay dan mengikuti kelanjutan The Secret Of CEO dan Author harap para Reader sekalian puas dengan cerita Bang Deon ini. Oh iya, kalau Reader sekalian suka dengan cerita ini Author harap dapat membantu Author untuk mempromosikannya pada teman terdekat, terima kasih dan jangan lupa tinggalkan jejak di kolom review... See you All.