SEJAK DIBIASAKAN jadwal detail rumah, Apo bangun subuh-subuh kala mentari belum muncul total. Dia kaget menyadari sudah pindah tempat tidur. Di sisinya ada Raja Millerius yang bermimpi ala patung tampan. Posturnya lurus nan disiplin dengan lengan dilipat di dada. Selimutnya bahkan tak bergeser seolah terbujur lelap semalaman. Mata sipit Raja Millerius terkatup rapat. Napas teratur, dada kembang-kempis pelan, dan bibir agak terbuka adalah pertanda masih sangat pulas. Melihat semua itu Apo heran kenapa --di sini-- benar-benar tak ada jam yang dipajang. Pintu kamar juga terkunci seperti seperti sedia kala. Jangan bilang petugas yang membuka nanti adalah dayang istana? Apo rasa itu berlebihan, tapi bisa jadi juga.
"Ya ampun, mau keluar ...." keluhnya sambil berjongkok di keset pintu.
Jendela balkon Apo buka demi mendapat udara segar. Mau melompat juga takut karena tempat ini ada di lantai belasan. Serius Apo baru tahu kamar Raja Millerius begitu privasi. Tempatnya ada dalam menara dengan pembangunan di tengah Istana Pusat. Berlapis-lapis protokoler juga mengitari selama 24 jam. Apo jadi ingin tahu apakah prajurit merah-merah itu berganti shift pada jam tertentu. Mereka tetap berdiri tegak sebagaimana benteng senjata. Dilempar Apo pakai kukis pun tak menoleh meski sudah 3 kali.
"Issssh, tidak seru," keluh Apo sambil mengantongi kukis-kukisnya kembali. Itu adalah sisa jajan semalam. Membunuh waktu pun tidak mudah karena Apo tak digubris orang. Dia akhirnya ke ranjang lagi, padahal mau mandi, tapi takut pintunya dibuka Raja Millerius duluan.
"Tapi, sejak kapan aku takut dilihat lelaki lain? Perasaan dulu biasa saja telanjang," batin Apo sambil mengacak-acak rambutnya. "Ah, pusing. Semakin dipikirkan bisa-bisa aku jadi gila. Ckck."
[Selamat pagi, Tuan Nattarylie]
Sapa sistem tiba-tiba.
"Eh? Si tai ...." desah Apo tak menyangka. "Sampai lupa ada kau juga. Kemana saja selama ini? Aku tak pernah melihatmu berkeliaran? Ayo kupeluk sini-sini ...."
Sistem justru menjauh sebelum Apo meraihnya.
[Ssshhh ... suara Anda melebihi 200 mdb, Tuan Nattarylie. Itu dilarang jika Yang Mulia masih beristirahat. Mohon kebijaksanaannya, oke? Jika tidak poin Anda akan dikurangi 500 untuk setiap pelanggaran]
"Apaaaaaaaaa?! Lebay banget!!" kaget Apo dengan mata membulat. "Padahal bukan bonus level, loh! Serius? Biasanya kan dibatasi 500 mdb!" protesnya.
[ Ya memang begitu peraturannya. Saya terpanggil karena suara Anda mulai melanggar, Tuan. Ayo, lebih hati-hati. Barusan sudah dikurangi 500 poin]
"Hah? Anjing!" Apo terpana tidak menyangka. Dia batal bertanya poin karena --pasti-- masih di bawah si Gavin. Daripada itu, kenapa dia dibawa kemari? Apo tak mau mengira-ngira, melainkan berharap ada pendapat dari rekan sistemnya yang satu ini.
[Raja Millerius, maksud Anda?]
"Yeah. Siapa lagi ...." Apo mengendikkan bahu. "Lihat dia, jam segini belum membuka mata. Mau sampai kapan bertingkah seperti mayat, ha? Raja Inggris ternyata suka malas-malasan," julidnya. "Terus, kalau dipikir ulang dia juga tidak suka menyentuh paksa. Padahal aku sudah diculik dan dikunci begini, tapi tidak ada yang terjadi tuh. Cemen. Ya--walau sisi baiknya aku merasa aman sih. Tapi, bisa kau jelaskan kenapa? Memang sepenting itu ya keperawanan di kerajaan. Aku jadi bingung dengan kelakuannya."
....]
Apo jengkel emot sistem ikutan julid. Dia hampir saja menyemprot, "KENAPA?!" tapi tidak jadi karena hanya akan mengurangi poin.
[Anda kelihatannya perlu membaca buku etiket, Tuan Nattarylie. Padahal seharusnya hal mendasar seperti ini sudah diketahui sebelum log-in game kami]
[Di level 0 ada percakapan antara player dengan perdana menteri, terkait apa saja yang "boleh" dan "tidak boleh" dilakukan selama bermain. Jika di-skip, sayang sekali Anda takkan tahu harus apa nanti]
Oh!
Pas itu ....
Memang iya, sih. Apo sempat pencet-pencet langsung saat ada tokoh pembawa buku muncul di tengah layar ponsel. Apo rasa kelamaan kalau menunggunya nyerocos dulu soal aturan main. "Ya kan niatku cuma mengajari Phi Aye. Bukannya masuk begini," batinnya coba membela diri. "Yang penting paham kira-kira mainnya bagaimana, kan? Lagian Phi Aye pasti belajar sendiri nantinya."
[Namun, tak apalah. Untuk memanfaatkan masa koreksi. Saya akan jelaskan sedikit. Setelah ini Anda harus baca sendiri, ya Tuan. Fasilitas ada kan harus dimanfaatkan. Jangan bertanya ke saya terus. Bukunya sudah di kamar Anda sekarang. Di rumah]
"Oke? Terima kasih kalau begitu."
Sistem semakin tegas ternyata.
Menakutkan.
Dia membuat Apo tak berani menyela selama menjawab pertanyaan tadi, melainkan menyimak baik-baik apa saja yang disampaikan.
[Tring! Tring! Tring!]
[Loading informasi dalam 30 detik!!]
[Pertama, tentang jam istirahat. Jika tak ada kewajiban atau hal mendesak, Raja Inggris harus masuk ke kamarnya pukul 9 malam, kemudian bangun pukul 7 pagi. Tidak kurang, tidak lebih]
[Totalnya memang 10 jam, ini dilakukan untuk menjaga kesehatan dan mobilitas beliau selama menjalankan tugas. Semakin panjang umur seorang raja, semakin bagus untuk ketajaman sebuah negara. Apalagi pewaris beliau saat ini belum ada. Hanya sanak kerabat dari dinasti lain. Itu pun harus menggunakan surat wasiat untuk memasukkan mereka dalam daftar penerus]
[Dekrit tersebut tak bisa dirubah lagi, dan sudah ditetapkan sejak Era Ratu Victoria. Menjaga kestabilan lebih baik, demi menghindari dari pertumpahan darah. Sebagai calon pasangannya. Anda harus tahu dan menghormati hal ini]
"Baik, paham. Sekarang apa selanjutnya?" tanya Apo, walau dalam hati memendam iri mengenai Raja Millerius tidak pernah kekurangan tidur selama hidup, beda dengan buruh pabrik sepertinya.
[Terdapat 5 catatan buruk jam tidur Yang Mulia akhir-akhir ini. Tepatnya sejak Tuan Gavin dimasukkan dalam daftar calon ratu paling potensial]
[Hal ini sudah dibahas dalam forum perkumpulan partai 4 hari lalu. Karena besok sudah level 10, Tuan. Ingat, dalam game semakin tinggi level, pasti ada tantangan yang lebih sulit. Anda harus siap dengan tekanannya jika ingin bertahan]
[Player berguguran, game over di tengah jalan. Semua segera dimulai. Karena saat ini ada beberapa player yang poin-nya nyaris habis]
"Begitu ya?"
[Iya, Tuan. Saya sarankan Anda fokus ke diri sendiri sekarang. Jangan biarkan yang lain menggeser posisi Anda dari ranking 6]
[Terakhir, keperawanan sebenarnya bukan masalah. Hal seperti ini takkan dibuka di depan publik, tetapi mempengaruhi respek kerabat Yang Mulia kepada para calon ratu. Bisa jadi Anda menang dan naik takhta, tetapi tidak dihormati mereka setelahnya]
[Sekian dulu~ ]
[Tring! Tring! Tring!]
[Jangan lupa belajar lebih banyak lagi!]
Apo tergugu diam. Di titik ini dia paham Raja Millerius bisa anxiety juga. Keberadaannya yang dipaksa dekat baru-baru ini mungkin jadi serotonin. Buktinya sang dominan benar-benar pulas hingga sekarang.
Lelaki carrier itu memutuskan mandi begitu tahu waktu bangun Raja Millerius masih lama. Dia dapat baju ganti dari sistem berwarna ungu Sangria.
Momen gabut Apo habiskan untuk melihat-lihat dokumen kerajaan. Dia tersentak kala mendengar suara kenop pintu diputar dari luar sana.
"Ah! Akhirnya! Akhirnya!" seru Apo kesenangan. Dia melompat dari sofa dengan sebuah senyum lebar. Anjing Samoyed milik sang raja juga mengekori dari belakang.
Entah sejak kapan dia bangun Apo juga tidak tahu, yang pasti para dayang sungguhan masuk untuk kegiatan pagi seperti perkiraannya.
"Halo, Tuan Nattarylie. Selamat pagi ...."
"He he he, pagi juga ...."
"Apakah Anda tidur nyenyak? Bagaimana dengan Yang Mulia?" tanya mereka sembari mempersiapkan baju, trolly sarapan, dan mangkuk sereal si Samoyed.
Apo heran karena mengira kegiatan makan seorang raja selalu formal dalam meja panjang megah. Namun ternyata sama sederhana dengan miliknya semalam. Ada Tupperware yang berisi potongan buah-buahan. Ada juga gelas kecil berisi susu dan madu tertakar. Ada juga yang berupa salad didampingi saus berbagai varian rasa.
Raja Millerius baru duduk setelah didatangi 3 dayang. Satu membantu melepas piama luar. Satu meletakkan kursi kecil di bawah kakinya. Satu lagi melepaskan kaus kaki yang dipakai.
Wajah dibersihkan dengan waslap basah sebelum membuka mata. Rambut ditata sedikit agar tidak berantakan.
Begitu mereka pergi, jujur Apo hanya bengong. Dia bingung harus bagaimana melihat pola kehidupan yang serba teratur itu.
Benar-benar babi sekali.
Itu tidak adil untuk aku yang termasuk kaum mendang-mending. Brengsek!
"Ah, Tuan Natta, silahkan. Yang ini khusus untuk Anda ...." kata seorang dayang, yang tiba-tiba mendorong masuk trolly makanan lain. Usut punya usut ternyata mereka tidak tahu Apo menginap di sini. Lantas yang semalam bagaimana?! Jangan bilang itu jatah dinner Raja Millerius yang diberikan untuknya.
"Oh, terima kasih."
"Sama-sama."
Pikiran kabur jadi hilang karena Apo melihat Raja Millerius minum segelas air putih. Di depan pintu dia menatap sang dominan menyentakkan dagu tanpa dosa.
"Kenapa, Natta?"
"Apanya?"
"Kau melihatku seperti itu."
"Ya aneh!"
"Lebih aneh mana dengan yang selalu bertingkah aneh?"
"Anda ini tidak nyambung!"
Raja Millerius justru menepuk tempat di sebelahnya. Mata tidak melepaskan Apo yang antipati dengan semua hal yang dia lakukan. "Nattarylie, sini," katanya. "Jangan lupa bawa trolly sarapanmu sekalian. Bukankah lebih bagus kita diskusi baik-baik? Karena daripada 3 amplop reward di depanmu. Aku ingin kita berdua ke suatu tempat hari ini."
"Eh? Tempat apa?"
Ekspresi Apo seketika luluh.
".... apapun itu tak pernah kuperlihatkan ke orang lain?" kata Raja Millerius. "Kau harus melihatnya sebelum hari ulang tahun tiba."