Mobil honda jazz berwarna merah berhenti di depan gerbang dengan halaman rumah yang sangat luas. Dari dalam mobil itu, dua orang pasangan pria dan wanita turun dari pintu kanan dan pintu sebelah kiri.
Setelah pasangan itu mendekati pintu gerbang yang menjulang tinggi, salah satu dari mereka menekan bell. Pasangan pria dan wanita itu mengulas senyum, melihat anak laki-laki berusia sekitar empat tahun berlari-lari kecil mendekati mereka.
"Mami Tias... mami Tias...!"
Anak laki-laki itu menghamburkan tubuh mungilnya, memeluk kaki wanita yang ia panggil mami.
Tias berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan anak kecil tersebut.
"Arga suda siap?" Tias mendaratkan ciuman di pipi anak laki-laki yang bernama Arga. Pipinya gembil--putih dan berasih, belum terkontaminasi oleh produk-produk perawatan berbahan kimia.
Arga mengangguk, sambil meringgis. Menampilkan lubang dibagian tengah pada gigi susunya. Namanya anak kecil wajar kalau ompong. Setelahnya ia menolah pada pria yang berdiri di samping Tias. "Om endut..."
Pria itu bernama Ferry, hanya saja Arga lebih suka memanggilnya om endut. Sesuai dengan perutnya.
Ngomong-ngomong, Ferry adalah suami Tias, meski tidak setampan dan sekeren sahabtanya--Eza, namun Tias sangat mencintai dan menyayanginya. Entah apa yang membuat Tias akhirnya memilih Ferry menjadi teman hidupnya. Sementara begitu banyak pria-pria tampan berbadan atletis yang ingin mempersunting wanita itu.
Karena yang terpenting bagi Tias adalah, Ferry sosok laki-laki yang baik, sopan, tanggung jawab, dan pria sejati tentunya. Tias tidak peduli dengan perut buncit yang dimiliki Ferry.
Ferry mengusap ujung kepala Arga kecil, seraya berkata, "udah bilang ayah dan oma belum?"
Arga kecil hanya mengangguk.
Setelahnya mereka bertiga masuk ke dalam mobil--pergi jalan-jalan mengisi liburan akhir pekan.
Hampir setiap minggu Tias dan Ferry selalu mengajak Arga kecil jalan-jalan. Dipernikahan mereka yang sudah memasuki angka ke dua tahun, pasangan itu belum juga dikaruniai seorang anak. Itu sebabnya Tias dan Ferry sangat menyayangi Arga, seperti anaknya sendiri.
Bahkan Tias yang sudah memberikan nama untuk anak laki-laki itu. Namanya, Arga Ramadhan. Ramadhan diambil dari nama belakang sang ayah--Reza Ramadhan. Sedangkan Arga diambil dari nama seorang pria yang selalu dirindukan kehadirannya, oleh ayah dari anak laki-laki itu.
Terlalu sayang dengan anak sahabatnya, Tias membiasakan supaya Arga memanggilnya mami. Apalagi, setelah Eza bercerai dengan Mira--ibu dari Arga kecil, kasih sayang Tias semakin bertamah. Setidaknya Arga kecil tidak merasa kehilangan sosok seorang ibu.
***
Flashback
Kecelakan yang dialami Eza beberapa tahun lalu, tidak serta membuatnya kehilangan nyawanya. Pria itu hanya mengalami luka parah, namun masih bisa terselamatkan.
Selama hampir satu bulan Eza menjalani perwatan di rumah sakit. Beberapa bulan kemudain proses pernikahannya dengan tunangannya dipercepat, lantaran Mira sudah menyelesaikan s2 nya.
Meski tidak ada pesta--atas kesepakatan Eza dan Mira, namun pernikahan berjalan lancar. Dua bulan setelah pernikahan, Mira mengandung benih dari pernikahan mereka, yang kini bernama Arga.
Namun sayang, rumah tangga yang dibangun oleh Eza harus kandas setelah Arga kecil berusia enam bulan.
Meski Eza sosok laki-laki yang baik, dan bertanggung jawab namun Mira tidak puas hanya dengan itu. Perasaan seorang wanita yang begitu sensitife dan sebagai seorang istri Mira perlu tahu yang sebenarnya, Mira menikahai Eza bukan hanya ingin mendapatkan tubuh, tapi juga hatinya.
Meski berat dan amat menyakitkan namun kejujuran itu penting. Apalagi untuk pasangan suami istri, tidak perlu lagi ada yang di tutupi. Karena sejatinya pernikahan adalah menyatukan dua hati yang saling mencintai, jika tidak ada cinta dalam pernikahan maka tidak akan ada kebahagian dalam menjalani biduk rumah tangga. Yang ada hanya tekanan, kegelisahan, dan ketakutan.
Akhirnya, pernikahan mereka harus berakhir dengan kata cerai, setelah Eza mengakui bahwa tidak ada cinta di hatinya untuk Mira.
Yah, Eza harus jujur, Eza harus membuka topeng--memberi tahu isi hati yang sebenarnya.
Beberapa bulan setelah pernikahan, hak asuh anak jatuh kepada Eza, karena akhirnya Mira memutuskan menikah lagi dengan seorang pria yang mencintainya dalam diam, sewaktu menjalani pendidikan S2 di Jakarta.
Tidak berhenti sampai di situ. Kecelakaan yang menimpah Eza membuatnya harus berhenti dari pekerjaannya. Namun karena Eza adalah seorang yang telaten, sabar dan pekerja keras. Ia bisa mendirikan usaha sendiri yang bergerak dibidang marketing. Meski ia tidak kuat berjalan terlalu lama, namun dengan modal materi dan pengalaman, perusahaan kini berkembang.
Ngomong-ngomong Tias juga ikut andil membantu Arga mengembangkan perusahaannya. Wanita itu memilih keluar dari perusahan dan membantu Eza menjalankan bisnisnya.
ARGA CORP--nama perusahan yang dikelola oleh Eza dan Tias, kini semakin melebarkan sayapnya membuka anak cabang di bebebrapa kota.
***
"Gimana dengan program kita ke depan Za?" Tanya Tias setelah mengakhiri makan siangnya-di sebuah restoran.
"Seperti yang udah kita omongin waktu rapat sama klien kemaren." Jawab Eza. "Kita buka cabang di pulau Jawa__"
Tias mengangguk-anggukan kepalanya.
"-banyak client yang mau invest buat plan kita." Lanjut Eza.
"Terus, rencana kita mau buka cabang di mana? Harus dipikirkan mateng-mateng Za."
"Aku udah cari refrensi lewat internet, aku juga baca situasi pasar saat ini. Kalau liat dari berbagai perkembangan beberapa kota, kayaknya Cilegon kota yang punya potensi untuk cabang perusahaan kita." Eza mengulas senyum. "Cilegon juga enggak terlalu jauh kan, dari Lampung."
Tias mengangguk, "iya sih. Trus kapan kira-kira kamu mau survei ke sana?"
"Sekitar satu minggu lagi aku survei dulu ke Cilegon." Jawab Eza.
Tias tersenyum simpul. "Semoga berhasil."
Eza juga tersenyum. Dan senyumnya masih sama seperti dulu, pun hatinya.
Tbc