Pada rumah Bardolf yang telah compang-camping akibat perkelahian, Bayu sedang terlihat bersandar di dinding sambil memegangi benda bulat kecil di tangannya. Tidak jauh dari tempat ia berdiri, terdapat tubuh Fara yang masih tidak sadarkan diri. Bayu memainkan benda bulat itu, lalu menemukan sebuah tombol kecil tersembunyi, ia tekan tombol itu. Mulut Bayu sedikit terangkat di balik topengnya.
"Aku sempat berpikir, kenapa seseorang selalu cinta menandai karyanya? Bahkan walau karya itu merupakan sesuatu yang khalayak umum benci."
"…"
"Aku tahu kau mendengarku, kan? Alkemis."
"Huhuhu, aku baru saja menonton berita yang mengatakan kalau kreasiku berhasil meloloskan diri. Tidak pernah kukira, saat ini aku malah mendapati kontak ini. Huhuhu, menarik, sungguh menarik. Jadi, dengan siapa aku bicara?"
Bayu mendengarkan suara yang keluar dari benda bulat itu. Suara alkemis itu merupakan suara seorang lelaki tua yang terdengar tegas dan berwibawa.
'Hmm, dia tidak memakai pengubah suara. Percaya diri sekali orang ini.' Pikir Bayu, dia lalu merangkai kembali semua informasi tentang si alkemis yang ia dapat dalam buku Bardolf.
"Hmm, menurutmu siapakah aku? Haaa, sejujurnya seberapa percaya dirinya engkau akan mahluk buatanmu ini? Apa kau tidak berpikir kalau posisimu bisa dilacak lewat benda kecil ini?"
"Mahluk buatan… anda, bagaimana anda tahu kalau ini mahluk buatan? Terlebih lagi, bagaimana anda tahu kalau aku ini alkemis?"
"Hahaha, hanya alkemis yang bisa membuat mutan. Bukankah begitu?"
"Huhuhu, sangat menarik. Seharusnya alkemis sudah dianggap sebagai cerita fiksi belaka pada masa saat ini, tapi anda dengan mudahnya mengetahui bahwa aku adalah alkemis dan kreasiku merupakan mutan."
"Ayolah, dunia saja sudah menjadi sebuah mitos, tidak begitu aneh jika memang ada alkemis hidup di dunia ini sekarang. Terlebih, dibandingkan mutan yang kau buat, aku bertemu dengan homonculus yang lebih gila lagi."
"Homonculus? HUHUHU! Jangan bicara seenaknya, sampai saat ini pembuatan homunculus masih menjadi mimpi bagi alkemis. Bagaimana anda bisa bertemu sesuatu yang masih berada dalam khayalan kami?"
"Hmmm…"
Bayu kemudian menyadari kalau alkemis ini kemungkinan merupakan orang yang telah hidup selama ribuan tahun. Alkemis ini merupakan penyintas dari generasi alkemis terakhir. Tetapi bagiamana dia tidak tahu kalau homunculus sudah pernah berhasil diciptakan? Sepertinya Bookmaster keempat merahasiakan kreasinya dari dunia luar.
'Apa mungkin Ayu adalah satu-satunya homunculus di dunia? Kalau Bookmaster keempat dan alkemis ini satu generasi, mungkinkah mereka saling mengenal? Dan juga siapa nama Bookmaster keempat?'
<Bookmaster keempat adalah Tuan Alfenheim, beliau membuat dua homonculus, saya yang ditugaskan sebagai penjaga perpustakaan dan pemiliknya. Dan yang satu lagi merupakan adik saya, yang diberi kebebasan untuk mengelana di dunia.>
'Heee, jadi kau punya adik? Apa tidak ada rekaman bukunya?'
<Tidak ada, tuan. Homonculus termasuk hasil murni ciptaan manusia. Jadi tidak ada data tentang kami di database Gaia, perpustakaan ini tidak bisa mencari informasi tentang kami>
'… sepertinya keberadaan sosokmu lebih gila daripada yang selama ini kupikirkan.'
<Terimakasih, tuan.>
Bayu lalu menoleh kembali benda bulat yang berada di genggamannya, komunikasi masih terhubung dengan alkemis. Kemudian dia berpikir akan kemungkinan bahwa Bookmaster sebelumnya, pernah merekam buku tentang alkemis ini. Namun, sejenak dia mengingat tingginya menara perpustakaan. Mustahil bagi Bayu kalau harus menulusuri semua lantai menara di dalam dirinya. Kalau saja dia mengetahui namanya, ini akan menjadi sangat mudah. Bayu hanya bisa tertawa kering di dalam hatinya.
"Haa… kau masih mendengarkan, alkemis?"
"Huhuhu, aku malah berpikir kalau anda sudah pergi. Kenapa diam?"
Bayu mendengar kembali suara dengan nada percaya diri dari alkemis. Sepertinya alkemis ini merasa kalau dirinya tidak mungkin akan tertangkap.
"Aku hanya berpikir cara untuk berurusan denganmu, kalau harus jujur ini terlalu merepotkan."
"Oh, anda sepertinya berniat untuk mencariku."
"Ya, tadinya. Tapi sekarang, tidak. Jadi, ya sudahlah, aku harap kita tidak bertemu sama sekali."
"Huhuhu,"
"Kau benar-benar suka tertawa, ya? Oh! Alkemis, terimakasih untuk [Stumpp Belt]-nya, aku akan mengambilnya, oke?"
"!... Huhuhu! Sekarang aku mengerti, pengetahuanmu tentang mitos, yang juga memiliki kekuatan kelas platinum, dan bertempat di Kembang. Anda itu Panji, bukankah begitu?"
"Iya, itu aku. Kau benar-benar suka tertawa, ya? Lagipula, kelas platinum? Aku masih tidak tahu tentang itu, Bardolf-mu ini mungkin mempunyai artifak legendaris, tapi tanpa akal, kurasa dia hanya sekelas emas, atau mungkin nyaris emas. Hanya kekuatan tubuh dan regenerasinya yang membuat dia tampak seperti platinum. Dan karena aku belum pernah menghadapi kelas platinum yang asli, aku masih belum dapat menganggap diri ini sebagai kelas platinum."
"Huhuhu, anda tidak perlu menolak peryataan seperti itu. Huhuhu, ambil saja [Stumpp Belt], kalau anda bisa, huhuhu!"
"…"
"Huhuhu, kenapa diam lagi?"
"Kurasa kau menganggap aku ini hanya sejarawan mitos biasa, tapi ya tidak apa-apa. Baguslah kalau kau berpikir demikian. Jadi ya… semoga kita tidak bertemu. Sungguh aku tidak mau berurusan denganmu atau Lucionation yang ada di belakangmu. Bye!"
Bayu lalu menjatuhkan benda bulat itu ke tanah yang kemudian dia injak dengan sekuat tenaga hingga hancur berkeping-keping. Bayu lalu menoleh ke tubuh Bardolf yang tergeletak tidak jauh dari dirinya. Dia pandangi [Demon Stone] yang masih berada di tengah-tengah badan mayat itu. Bayu berpikir untuk membiarkan batu itu tetap di sana, dan tidak mengambilnya. Bayu ingin tahu reaksi dan simpulan polisi atau mungkin petinggi negara setelah melihat mayat ini. Bardolf saat ini bukanlah seperti mahluk yang pernah mereka temui sebelumnya.
Bayu kemudian kembali melihat [Stumpp Belt] yang masih menyatu dengan tubuh mayat. Melihat dari kondiri artifak legendaris ini, sudah tidak mungkin artifak ini bisa dipulihkan kembali. [Stumpp Belt] bukanlah lagi sebuah artifak, namun sudah seperti organ dalam sebuah mahluk hidup. Tidak ada teknik untuk memulihkan hal seperti ini. Tidak ada, bagi sejarawan lain, bagi Bayu, dia punya jalan lain. Hanya Bayu agak pusing memikirkan akumulasi waktu yang mungkin akan bertambah lama. Dia hanya bisa menghela nafas panjang.
Bayu lalu mengambil buku tentang Bardolf yang melayang di sekitarnya. Sampul bukunya yang awalnya berwarna ungu dengan bercak merah, kini menjadi sampul dengan warna abu-abu tanpa warna lain. Ini menandakan kalau sumber individu bagi buku itu telah meninggal.
Bayu kemudian mencari halaman pada buku yang menceritakan tentang awal pembuatan mutan Bardolf. Sebenarnya buku hanya menceritakan apa yang dilihat oleh si sumber individu. Oleh karenanya, ini menjadi hal yang gila, karena Bayu dapat membaca masa pembuatan Bardolf menjadi mutan dari sudut pandang Bardolf sendiri. Ketika Bardolf diubah menjadi mutan, dia yang saat itu sudah menjadi mayat hidup, masih sadar ketika alkemis mengambil organ-organnya, lalu mengganti dan menyatukannya dengan bahan-bahan campuran lain. Pada buku dijelaskan betapa sakit yang Bardolf rasakan ketiku itu terjadi, dan oleh rasa sakit ini jugalah yang sebenarnya menyebabkan akal dari Bardolf menghilang. Dia mematikan akalnya sendiri agar terhindar dari rasa sakit.
Setelah Bayu menemukan halaman yang menceritakan pembuatan mutan Bardolf. Bayu lalu menggunakan salah satu kekuatan [Sloth Page] yang lain.
"Halaman empat [Löschen] darah troll, mani siren, otot orc, saraf orc, tulang wyvern,…" Dengan kekuatan [Löschen] yang merupakan kekuatan yang merepresentasi dan dibuat oleh Bookmaster keempat, kekuatan ini dapat menghapus kata benda yang tertera pada buku di perpustakaan. Bayu menghapus satu persatu kata pada halaman buku yang menyatakan bahan-bahan yang tergabung dengan [Stumpp Belt]. Tidak jauh dari Bayu, [Stumpp Belt] sedikit demi sedikit mulai pulih setelah hubungannya dengan tubuh Bardolf dihapus satu persatu. Setelah semuanya selesai, Bayu lalu mengambil [Stumpp Belt] yang sudah pulih sebagai artifak kelas legendaris. Bayu menampakkan senyum puas dari balik topengnya.
'Kemarin kelas pusaka, sekarang legendaris. Aku tidak tahu kalau memungut artifak itu semudah ini'
<…>
"Apa?" Ayu hanya terdiam tidak tahu kata yang harus ia ucapkan, Bayu melanjutkan, "Jadi berapa lama sekarang waktunya?"
<Delapan hari, dua jam dan dua puluh lima menit. Sepertinya dalam seminggu ke depan saya bisa puas melayani tuan di perpustakaan.>
"…"
Bayu langsung simpan apa yang dikatakan Ayu jauh di belakang kepalanya. Dia agak pusing memikirkan ibu dan kakaknya yang tidak bisa berkomunikasi dengannya setelah malam nanti. Bayu harap mereka tidak terlalu cemas. Bayu kemudian melihat Fara yang masih saja tergeletak di lantai ruang tengah. Di sekitar tubuh Fara terdapat puing-puing tembok hasil pukulan Bardolf. Bayu melihat senyum di wajah Fara yang lebar dengan air liur mengalir ke pipi.
"…"
<Apa dia tidur?>
"Jangan tanya aku," Bayu menggelengkan kepalanya. Ia lalu merubah buku tentang Bardolf menjadi buku 'Fara Blairheel'. Sebuah buku dengan sampul cokelat pun melayang di dekat Bayu.
"Tambah satu atau dua jam sudah bukan lagi masalah. Haa… [Yazmak] bangun," Bayu dengan kekuatannya menuliskan kata 'bangun' di buku Fara. Sedetik kemudian, mata perempuan yang tertutup itu tiba-tiba terbuka lebar. Fara terbangun, dirinya dengan pandangan linglung melihat keadaan sekelilingnya. Air liur kini menetes ke tanah dan pahanya.
"Slurrp!" Fara menghisap lalu mengusap air liurnya. "Di mana ini?" Lalu matanya melihat seseorang dengan topeng panji tidak jauh darinya.
"!... Oh! Bayu! Lagi ngapain? Kenapa kamu pake kostum Panji?"
"…" Bayu melihat senyum perempuan yang dengan indahnya menelan liurnya kembali, dan ke dua matanya yang bersinar itu membuat Bayu tidak bisa berkata apa-apa.
"[Yazmak] tidur."
Fara pun tertidur kembali setelah seketika terbangun.
<Tuan…>
"Biarkan polisi yang mengatasinya, terlalu merepotkan."
Bayu lalu berjalan keluar dari rumah. Dia menemui tidak jauh dari rumah Bardolf, sekumpulan orang berkumpul dengan wajah pucat. Lelaki tua yang Bayu kenal berada di depan mereka, memandang Bayu dengan penuh teror. Bayu kemudian melihat langit yang mulai cerah akibat akan terbitnya mentari pagi.
"Satu jam, telponlah polisi dalam satu jam lagi. Kau tahu konsekuensinya kalau melanggar, bukan?"
Semua orang itu mengangguk beriringan. Bayu puas, dan ia pun berjalan menjauh dengan [Stumpp Belt] di tangannya.