webnovel

Sakura With My Bad Boy

作者: caramel
青春言情
連載 · 13.6K 流覽
  • 1 章
    內容
  • 評分
  • N/A
    鼎力相助
摘要

J-Novel (Genre: Romance, School Life, Mistery, Drama, Crime) 18+ alert! "Apapun yang terjadi, jangan tinggalkan aku ya, Takaki?" - Akari "Orang sepertiku mana pantas menyukai seseorang seperti Akari? Menjadi pemujanya saja tidak pantas." - Takaki --- Dua anak manusia yang sama-sama terbuang, berusaha mencaritahu siapa diri mereka yang sebenarnya. Hingga suatu saat, Takaki membuat kesalahan besar, demi mencapai tujuannya, tanpa ia sadari cintanya telah direnggut paksa darinya.

標籤
5 標籤
Chapter 1Beginning With Sakura

"Hei, Akari, kenapa kamu suka sekali menatap kelopak bunga itu?"

Di bawah langit jingga Kota Shizuoka, angin berembus sepoi menggoyangkan kembali ranting-ranting tipis pohon sakura dan menerbangkan kelopak-kelopak bunga itu ke udara. Meninggalkan ranting tempat mereka bernaung selama ini. Seakan sudah waktunya mereka pergi dan kembali pada musim semi selanjutnya. Dengan ringan terbang ke udara. Perlahan. Perlahan. Hingga akhirnya jatuh perlahan menyentuh dataran di bawahnya, membentuk karpet merah muda lembut yang tergelar di seluruh sisi jalanan kota yang ditanami oleh pohon tersebut.

Akari, seorang siswi kelas 1 Eiwa High School, yang saat ini tengah berjongkok di bawah pohon sakura, terus asyik mengamati kelopak-kelopak sakura yang menutupi aspal jalanan sore ini. Sekali lagi angin turut menerpa wajah dan rambutnya yang harum nan lembut ke udara. Wajah yang ceria, senyum yang menyenangkan, mata cokelat yang cerah, melekat erat pada sosok diri Akari selama ini.

Tanpa menghiraukan pertanyaan yang baru saja mengusik pendengarannya, Akari menoleh ke samping dan mendongak mencari seraut wajah si pemilik pertanyaan tersebut.

Di sampingnya, telah berdiri seorang laki-laki yang usianya terpaut dua tahun darinya, juga tengah menatap ke bawah. Menatap ke titik tempat di mana Akari mengamati dengan saksama. Mencoba menemukan apa yang bagus dari kelopak-kelopak sakura yang berjatuhan sehingga mereka beruntung mendapat perhatian khusus dari Akari. Merasa tak menemukan apapun yang membuatnya ikut tertarik, ia mengangkat sebelah alisnya. Merasa bingung. Karena baginya, tidak ada yang istimewa dari kelopak bunga itu.

Akari tersenyum padanya. Pemuda ini, jelas saja ia tidak akan bisa memahami kebiasaan anehnya. Pun tidak berharap lelaki ini akan turut menyukai apa yang disukainya. Seperti saat ini. Saat ia mencoba menangkap kelopak sakura yang berjatuhan dari udara.

"Kenapa aku suka, ya? Uhm…," Akari berlagak berpikir keras, namun tak mengalihkan pandangannya dari wajah lelaki di sampingnya. Karena lelaki itu selalu menampilkan ekspresi datar, Akari jadi bertanya-tanya, mengapa di musim semi ini pun sulit sekali membuatnya tersenyum. Lalu Akari kembali mengulas senyum di wajahnya dan memberi lelaki itu jawaban. "Karena aku suka."

Tidak ada respon dari si pemuda. Bibirnya masih terkatup rapat, namun matanya masih tak beralih dari tangan Akari yang terus bergerak-gerak mengikuti jatuhnya para kelopak bunga itu. Tentu saja, jawaban itu tidak memuaskan rasa ingin tahunya. Pasti ada alasan lain selain karena-aku-suka, karena tak hanya sekali Akari berdiam diri dulu di tempat ini sepulang dari sekolah hanya untuk menyaksikan kelopak-kelopak sakura yang berserakan di tanah.

"Melihat langsung di pohonnya lebih cantik. Atau saat dia terbang ke udara."

Akari kembali tersenyum mendengar ucapan pemuda itu. Memang benar. Menyaksikan sakura tepat di pohonnya atau saat kelopak bunga itu terjun ke tanah layaknya salju, itu jauh lebih menyenangkan. Lebih cantik. Tapi bagi Akari, itu merupakan aktifitas normal yang sering dilakukan kebanyakan orang di musim semi seperti saat ini. Dan hal tersebut mengundang opini yang lain bagi Akari. "Lihat," tunjuknya pada kelopak-kelopak sakura yang menutupi aspal yang diinjaknya. "Ada banyak cara menikmati indahnya sakura, termasuk seperti ini."

Pemuda itu semakin menautkan alisnya. Menunggu penjelasan unik apa lagi yang akan gadis ini utarakan padanya.

Akari beralih menatap kelopak sakura di bawahnya, lalu mengambil salah satunya dan menaruhnya di telapak tangan. "Semua orang melihat kecantikannya di atas sana, atau saat dia terbang bebas di udara sampai jatuh ke bawah. Tapi … hanya sedikit yang memperhatikannya saat dia benar-benar jatuh dan terinjak. Hanya sekilas melihatnya di tanah dan berkata 'cantik sekali sakura yang berguguran itu', lalu mereka kembali mendongak ke atas. Yang di bawah dihiraukan, meskipun mereka masih tetap terlihat cantik. Bukankah itu menyedihkan?"

"Mau bagaimana lagi? Sudah semestinya begitu, kan? Dimana ada kehidupan, pasti ada kematian. Sama seperti bunga ini. Dimana ada yang mekar, pasti ada waktunya gugur dan layu," jawab pemuda itu diplomatis.

"Ya, kamu benar," Akari mengangguk setuju. "Tapi bagiku … kecantikan sejati bunga ini adalah pada saat mereka ada di atas tanah. Lihatlah, meskipun mereka jatuh dan tidak bisa menghiasi pohonnya lagi, tapi mereka masih bisa menghiasi jalanan, taman bermain, ataupun halaman rumah orang. Meski pada akhirnya mereka layu dan kering, tapi selama warna merah muda cantik ini belum meninggalkan mereka, mereka akan tetap indah di manapun mereka berada. Meskipun mereka kering dan layu, mereka tetap dikenang. Karena sakura itu, indah dan cantik."

Pemuda itu tak berkomentar apapun. Alasan yang menurutnya biasa dan sederhana, tetapi entah mengapa begitu menyentuhnya. Setiap beberapa detik kelopak bunga itu berjatuhan, dan selama itu pula Akari mencoba menangkapnya dan meletakkannya di bawah, di atas aspal yang mereka pijak. Berbeda dengan orang lain, Akari adalah Akari. Ia memiliki cara sendiri untuk menikmati setiap musimnya. Meskipun yang dilakukan Akari saat ini sangat kurang kerjaan di matanya, namun baginya, dialah yang terunik di antara banyaknya orang di kota ini.

Juga, yang tercantik.

"Aku juga ingin seperti itu. Bisa tetap menyenangkan banyak orang meskipun dalam keadaan terpuruk sekalipun. Juga bisa dikenang banyak orang, pasti sangat menyenangkan. Iya kan?"

Pemuda itu lagi-lagi tak merespon. Ucapan Akari kali ini entah mengapa terdengar agak lirih di telinganya.

Puas mengamati kelopak-kelopak sakura, Akari lekas berdiri dan terlukislah jarak tinggi tubuhnya dengan pemuda di sampingnya. Tingginya hanya sebatas bahu pemuda itu. Ya, pemuda itu memang tinggi. Dan di bahu itulah tempat biasa Akari menyandarkan kepalanya ketika penat atau sekedar ingin bersandar. Tempat ternyaman selain bantal di tempat tidurnya.

"Ryouta Takaki…," panggilnya ceria. "Saat aku jatuh dan terpuruk, apa kamu juga akan tetap memperhatikanku dan memelukku?"

"Uhm, aku─"

"Apa kamu akan terus bersamaku?"

"Aku─"

"Apa kamu akan selalu ada untukku?"

"Itu─"

"Apa kamu tidak bosan padaku?"

"Aku tidak bosan!" sahut Takaki cepat, takut jika Akari memotong kembali ucapannya. Setelahnya, Takaki kembali bungkam. Setelah menyadari ucapannya sendiri yang bernada tinggi. Lalu kembali menatap sebatang pohon sakura yang menaungi mereka.

Akari tertawa renyah, menghiasi sore yang damai. "Ryouta Takaki, apapun yang terjadi, jangan tinggalkan aku, ya? Apa kamu bisa berjanji padaku untuk hal ini?"

Takaki, lagi-lagi terdiam tak memberikan jawaban. Kenapa Akari bertanya dan meminta hal seperti itu? Padahal jawabannya sudah sangat jelas dan pasti. Akari tahu pasti apa jawabannya tanpa harus menanyakannya.

"Tidak usah dijawab," kata Akari mengerti. Mengerti bahwa seorang Ryouta Takaki tidak akan pernah langsung menjawab setiap pertanyaan seriusnya. Entah apa yang dipikirkannya sekarang, Akari tidak tahu. Namun yang pasti, Akari mengerti seorang Takaki tidak akan pernah meninggalkannya. "Aku tahu kamu tidak akan pernah meninggalkanku dalam keadaan apapun. Iya kan, Takaki?"

Lagi. Tak ada jawaban yang terlontar selain embusan napas hangat Takaki. Udara makin terasa menyentuh kulit mereka. Langit pun semakin menampakkan senjanya, pertanda sebentar lagi malam akan menyapa. Dan menggelapkan seluruh kota, membiarkan cahaya dari berbagai macam lampu menggantikan tugas sang mentari.

Takaki kembali mengembuskan napas ringan. Ditatapnya wajah Akari. Ekspresi itu masih tetap sama. Polos namun ceria. Wajah yang selama ini selalu menghangatnya hatinya. Diraihnya tangan hangat gadis itu dan menggenggamnya erat. Kemudian berkata pelan, "Ayo, sebentar lagi malam. Ibu panti tidak suka kita pulang terlambat."

Lalu, sebuah senyuman terukir di sudut bibir Takaki. Hangat. Hingga sampai ke mata Akari.

你也許也喜歡

"Ku Tunggu Kau di Surga"

Nirmala, gadis berusia 20 tahun, dia pengidap penyakit leukimia. Dan divonis dokter umurnya tidak akan lama lagi. Dia adalah anak pengusaha kaya. Nirmala tinggal bersama ibu tirinya. Suatu hari Nirmala dijebak Lea sedang minum-minuman keras di sebuah bar, dan berfoto-foto mesra dengan seorang pria dalam satu ranjang. Hingga dia diusir dari rumahnya sendiri oleh Sony(papanya). Nirmala tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena kejahatan Lea. Dengan bantuan Bi Ijah asisten rumah tangga Nirmala, Nirmala bisa tinggal bersama Bibinya di kampung. Suatu hari dia bekerja terlalu keras membantu sang Bibi di persawahan. Hingga dia lemas, mimisan dan akhirnya pingsan. Sang Bibi membawanya ke dokter, kata dokter itu hanya faktor kelelahan. Seminggu kemudian, itu sering terjadi. Hingga kejadian itu terjadi beberapa hari kemudian. Dari pemeriksaan dokter dirumah sakit, Nirmala pengidap penyakit Leukimia akut. Disebuah pasar Nirmala bertemu dengan Kevin. Dari sanalah awal mereka kenal. Yang tiap harinya mereka selalu bertengkar, namun lama-lama kebencian itu berubah jadi cinta. Karena biaya pengobatan Nirmala yang mahal, dia memutuskan untuk bekerja sebagai penyanyi disebuah King Club terbesar di Asia Tenggara. Dengan memakai topeng Nirmala menutupi identitasnya. Nirmala bertemu dengan pemilik Club, Jack Wilson. Dia juga Pemilik perusahaan besar di beberapa kota. Jack jatuh cinta pada wanita yang berinisial Issabella itu? bagaimana kelanjutan kisahnya?

Iin_Romita · 青春言情
5.0
400 Chs

Was My Sweet Badboy

WARNING !! [cerita ini hanyalah fiktif belaka, semua setting tempat adalah fiktif! kesamaan nama tokoh, tempat, sekolah maupun scene dalam novel ini adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan!] ------------------------------------------------- Bimo namanya, anak baru pindahan dari Bandung yang tiba-tiba memberiku surat, isinya dia minta izin untuk menyukaiku. hah?! 'kenapa suka aku?' kuputuskan untuk tanya hal ini. lalu dia jawab begini ; 'aku tidak punya alasan, tidak paham juga kenapa bisa suka, hanya mataku tidak bisa berhenti melihat kemanapun kamu pergi, aku tidak bisa menahan senyumku dan rasa senangku kalau sedang dekat denganmu, aku suka lihat kamu ketawa dan tidak senang lihat kamu nangis, aku benci orang-orang yang bikin kamu sedih sampai-sampai ingin ku tendang pantat mereka biar sampai ke pluto, aku mau pegang tanganmu dan bilang pada cowok-cowok yang suka padamu untuk tidak lagi mengganggumu.' ku baca tulisannya yang panjang itu. aku deg-degan, sumpah kalau dia bisa dengar jantungku, itu seperti ada drum band di dalamnya. Dia orang yang unik, dan punya pendekatan berbeda padaku, orang yang percaya diri dengan bagaimana kepribadiannya, tidak kasar, berusaha dengar perkataanku, tapi sebenarnya dia juga adalah orang yang keras pada idealisnya, suka naik gunung bahkan bikin jantungku sering ingin lompat karena khawatir setiap kali dia melakukan hobinya itu. Bimoku... Elangku yang selalu terbang bebas tanpa peduli apapun.. Elangku yang selalu terbang menerjang badai... ini, adalah kisahku saat itu, saat dia bersamaku.. -------------------------------------------- VOLUME 2 : Menggapai kembali Ketika masa lalu menyesak masuk saat kau telah mulai lari darinya. Seseorang yang tetap berdiri di persimpangan hidup mereka. Yang tetap tegak di persimpangan waktumu dengannya. Kini persimpangan itu mempertemukan mereka kembali. Dengan segala keajaiban-keajaiban yang kau kira telah tiada. Dia berusaha menggapaimu sekali lagi. Berlari dari masa lalu, mengejarmu yang telah lama tertatih untuk bisa berdiri di titik ini. Mencoba meraihmu dengan senyumnya lagi. "Kamu masih punya hutang jawaban sama aku." "Apa?" "Yang mau kamu jawab 10 tahun lagi sejak waktu itu." "Hahah, kamu pikir itu masih akan berlaku?" "Tentu! Ray, marry me please ..." POV 3 ---------------------------------- Volume 3 : Langit dan Rindu Kisah si kembar buah hati Bimo dan Raya, akankan kisah mereka semanis kisah remaja kedua orang tuanya? Bagaimana jika Langit Khatulistiwa punya kecenderungan sister complex dan juga tsundere akut terhadap adik kembarnya? Intip yuk ... ---------------------------------------------- [karya ini bergenre romance-komedi, harap bijak dalam membaca, jika sekiranya tidak sesuai selera, silahkan close, gak usah masukin koleksi] [mengandung kata kasar, dan diksi tidak serius dalam penceritaan!] Credit cover : Pinterst cover bukan milik pribadi

MORAN94 · 青春言情
4.9
425 Chs

鼎力相助