webnovel

Rafflesia

film animasi

Carvina_Mysha · 电影同人
分數不夠
4 Chs

Bagian 02~Pandangan Pertama

Seperti biasa, Dimalam hari seorang Raga akan berkutat pada kameranya. Geka dan Rian pun sama.

Saat ini Raga sudah berada diStudio milik Desainer ternama, sekaligus CEO Agensi model. Tugas Raga disini sebagai fotografer. Dibantu oleh Geka dan Rian.

Raga sedang sibuk membersihkan lensa kamera besarnya sebelum pemotretan dimulai. Rian sudah siap dibelakang Laptop yang sudah terhubung langsung dengan kamera Raga. Sedangkan Geka, tugasnya mengatur tripod dan alat-alat untuk pemotretan.

"YUHUUUUUUU!!"

Sebuah teriakan pria yang suaranya menyerupai wanita itu menggema. Raga, Geka, maupun Rian sudah hafal betul suara siapa itu. Siapa lagi kalau bukan pemilik Agensi ini. Marc Alexander.

Namanya memang Laki banget. Tapi aslinya dia seorang desainer kondang, bergaya ngondek.

"Gak bisa apa datang itu pake salam biar ademan. Ini teriak-teriak mulu, heran," Gerutu Geka.

Marc tersenyum senang melihat para tim potret-memotretnya. "Yaebooooo! Iye pada ganteng binggow sih hari ini, pada rapi ini tumbenan si Raga pake Jas. Ah! Makin jatuh cinta deh eyke." Oceh Marc Lalu mencolek dagu Raga yang sedang sibuk membersihkan lensa.

Tentu saja Raga langsung menepisnya. "Najis! Banci!"

"Iiihh, mulut lo yaa minta dibacok." Protes Marc.

Raga mendelik dan kembali fokus pada lensa-nya.

"Lima menit yaaa, para model bakal masuk." Ucap Marc mengintruksi.

*******

"Kim Fiora!! Masuk!!"

Seorang gadis yang sangat familiar dimata Raga masuk ke set pemotretan. Raga, Geka maupun Rian terbelalak melihat gadis itu.

Gadis yang begitu cantik dengan balutan Dress berwarna Perak rancangan terbaru seorang Marc Alexander. Rambut panjang itu tergerai indah, Heels hitam melengkapi penampilannya.

Benar-benar sempurna.

"Dia Ruth!?" Sentak Rian kaget bukan main.

Geka meneguk liurnya kasar. "Bukan bukan. Ruth kan bukan model, masa iya Kolot gitu bisa jadi model,"

"Yakan bisa aja bego. Lo juga gak menutup kemungkinan jadi Sarini topeng monyet, Jika Tuhan berkehendak,"

"Sembarangan lo kuda lumping." Sinis Geka.

Jangan tanya seberapa kaget mereka. Tak berbeda dengan Geka dan Rian. Raga pun turut kaget melihat gadis secantik itu adalah Ruth. Jika benar, maka gadis itu benar-benar penuh dengan kejutan.

Kesempurnaan yang tersembunyi. "Dia Ruth?"

******

"Cewee!! Tunggu!! Berhenti ditempat!!" Pekik Geka dilorong Studio.

Raga, Geka dan Rian sepakat untuk mengorek lebih dalam siapa gadis yang begitu mirip dengan Ruth itu. Seperti begal, mereka bertiga membekuk model bernama Kim Fiora itu dilorong.

Merasa terpanggil, Gadis itu pun berbalik. Melihat tiga pria sedang berjalan kearahnya. Keningnya berkerut. Dan sedikit takut.

Sampai-lah Raga, Geka dan Rian dihadapan Ruth.

Ya, dia memang Ruth. Gadis bau yang penuh dengan kejutan.

Ruth mengedarkan pandangannya. "Kamu manggil saya?" Tanya Ruth pada tiga orang itu.

Geka memandang Ruth bingung. "Lo nanya gue?"

Ruth semakin bingung, Ia hanya mengangguk sebagai jawaban.

Geka mengulum senyumnya sebentar. "Dia ngomong Aku-kamu an gue baper, masa," Ucap Geka pada Rian dan Raga.

Rian langsung memukul belakang kepala Geka tanpa alasan. Setidaknya cukup untuk membuat Geka meringis. "Udah balik ketempat semula kaga otak lo?"

Geka melirik Rian sinis. "Tadinya aman. Abis lo pukul kelempar dia. Dasar pentil Anoa." Gerutu Geka.

"Maaf, kalo kalian gak ada keperluan. Saya bisa pergi," Ucap Ruth menyela.

"Eh jangan dulu Jangan! Tuhkan orang cantik ngambek, elu sih main banyak omong," Ucap Rian menyalahkan Geka.

"Iya lama-lama gue serempet ginjal lo!" Ketus Geka.

Ruth yang kebingungan pun memilih berbalik untuk segera pergi. Daripada menyaksikan mereka. Namun belum sempat dilangkah ketiga, Ruth sudah dihalangi oleh Raga.

Ruth mendongak, menatap Raga yang lebih tinggi darinya. Pria itu juga sedang menatapnya, dengan mata memicing. "Kenapa?" Tanya Ruth kebingungan.

Sungguh ia sudah gerah dengan pakaiannya sekarang. Meski cenderung terbuka, namun ia tidak terbiasa. Pekerjaan yang membuatnya harus berpakaian seperti sekarang.

Raga masih diam, menatapnya dengan lekat. Memperhatikan apakah gadis dihadapannya benar-benar Ruth, karna Raga masih setengah tak percaya.

Ruth membuang napas. "Kalo gak penting. Saya mau pergi, Permisi."

Ruth pun melangkah, namun ketika melewati Raga, tangannya tiba-tiba dicekal oleh pria itu. Sontak langkah Ruth pun terhenti, ia langsung menepis tangan Raga dengan perasaan kesal, Tidak suka atas kelancangan Raga.

"Kamu kena---",

"Lo Ruth?" Tanya Raga sebelum Ruth menyelesaikan peekataannya.

Ruth terdiam, Jangan sampai identitasnya sebagai model ketahuan. Ia gelagapan, Memikirkan bagaimana caranya menutupi identitasnya.

Sekali lagi, Ruth menatap Raga sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya. Ah, Saya ingat, dia Raga yang siang ini datang ke mininarket beli Pembalut.

Ruth menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. "Saya bukan dia. Kamu salah orang,"

Ruth kembali melangkah namun lagi dan lagi Raga menghentikannya.

"Minggir, saya mau ganti baju." Pinta Ruth masih berusaha sopan.

Raga menggeleng. "Cara bicara lo pun sama seperti Ruth, gadis Kolot yang suka sekali berkeliaran dengan bau sampah dikampus gue."

Raga berpindah menatap Geka dan Rian yang sibuk dengan handphone mereka, seperti mencari sebuah informasi dari benda pipih itu. "Geka, Udah belom?". Tanya Raga.

"Ahh!! Udah udah, pas banget baru dikirimin sama pak Bondan." Jawab Geka antusias.

"Siapa nama lengkapnya?" Tanya Raga lagi.

"Ruth Kim-Alfiora, Usia 20 tahun, Tempat Tanggal lahir Yogyakarta 11 Oktober. Golongan Darah AB, As---",

"Cukup." Potong Raga. Pria itu tersenyum samar pada Ruth. "Lo mau ngelak gimana? Nama lo disini Kim Fiora kan? Itu pasti nama panggung. Nama asli lo Ruth Kim-Alfiora. Bener gue, lo Ruth!" Seru Raga semangat.

Ruth membuang napas kasar, Sepertinya mengelak pun percuma. Wajahnya berubah semakin masam. Ia menatap Raga dengan tatapan memohon.

"Iya, Saya Ruth. Ruth bau yang sekampus sama kalian. Saya harap kalian bisa jaga identitas saya." Pinta Ruth berusaha tenang meski dirinya seperti orang yang tertangkap basah sedang mencuri.

Geka dan Rian maju kesamping Raga. Mereka menatap Ruth heran. "Emang kenapa? Kalo warga kampus tau bahwa lo model kan bisa aja lo berenti dikasarin." Timpal Geka.

Ruth menggeleng cepat. "Jangan. Saya punya alasan sendiri. Kalian gak akan ngerti. Tolong, Jangan sampai identitas saya sebagai model ketahuan."

Raga menatap Ruth curiga. "Kalo lo model, kenapa lo berpenampilan buruk saat dikampus?" Tanya Raga penasaran.

Ruth menggaruk pelipisnya. Bingung harus menjelaskan atau tidak. Pasanya Ruth tidak mengenal mereka bertiga, Jika Ruth memberitahukan tentang dirinya bisa saja segalanya akan terbongkar.

"Tenang aja," Sela Raga. Seakan tau pemikiran Ruth. "Kita gak akan ngomong apa-apa. Tentang ini, aman di kita."

"Kalian gak perlu tau,"

"Kalo lo gak ngasih tau, kita beberin soal ini." Sahut Rian cepat.

"Kamu ngancam saya?"

Rian mengangguk dua kali. "Lebih tepatnya gue usaha, biar tau alasan lo kenapa. Karna cewe-cewe diluaran sana berharap bisa secantik lo, tapi lo malah sembunyiin kecantikan lo."

Ruth terdiam, memikirkan jawaban yang tepat untuk menjawab perkataan Rian. "Itu argumen pasaran, Saya nyembunyiin cantik biar saya terhindar dari orang-orang kaya kalian."

Semua langsung menatap Ruth bingung. "Kaya kita? Maksudnya apa?" Sambar Geka.

"Orang-orang yang manggil saya cuman karna saya cantik," Sambung Ruth.

Rian dan Raga takjub mendengar jawaban Ruth. Berbeda dengan Geka yang sudah ingin melayangkan pukulan berputarnya kewajah Ruth. "Andai lo bukan cewe, udah gue kapak! Sombong bener,"

"Lo mau ngasih tau kita, Atau kita sebarin soal Kim Fiora?" Ulang Rian lagi yang membuat Ruth kembali kalah telak. "Kita janji, kalo lo ngasih tau kita alasan lo gak mau identitas lo terbongkar, kita bakal tutup mulut. Tentan apapun. Rahasia lo aman."

"Bahkan orang yang saling kenal bertahun-tahun pun bisa berkhianat. Gimana saya bisa percaya sama kalian?" Balas Ruth ragu.

"Kita janji ini aman." Sahut Raga cepat.

"Kalian serius?"

Raga mengangguk sebagai jawaban.

Ruth menghela. Dan memilih memberitahu mereka. "Sebenarnya, saya selalu berangkat rapi dan bersih kekampus. Tapi setiap hari, setiap kali baru datang, saya selalu dihadang oleh genk Naya,"

"Naya yang cabe-cabean itu bukan sih? Yang suka nempel-nempelin Raga?" Sela Rian bertanya pada dua temannya.

Geka mengangguki. "Ya nama Naya dikampus cuman itu cabe," Jawab Geka. Lalu kembali menatap Ruth. "Terus terus?"

"Saya selalu dihadang sama mereka. Mereka ngebully saya, numpahin isi bak sampah kebadan saya, dan ngelakuin hal-hal yang bikin saya kotor seperti yang kalian liat seperti biasa. Itu sebabnya saya selalu bau dikampus." Jelas Ruth.

"Jadi, lo kotor bukan karna lo jorok?" Tanya Geka memastikan, namun langsung dihadiahi pelototan oleh kedua sahabatnya.

Sedangkan Ruth hanya tersenyum tipis dan menggeleng.

"Tapi kita nanya kenapa lo gak mau identitas lo ketahuan, Lo belum jawab." Timpal Raga.

Ruth tersenyum tipis. "Kalian akan tau nanti. Kalo saya udah percaya sama kalian. Kalo gak ada keperluan lagi, saya bisa pergi? Saya harus ganti baju terus pulang,"

"Gue anter," Sambar Raga dan Rian berbarengan.

Geka langsung menatap mereka bingung. "Kalian habis tidur berdua? Bisa kompakan gitu. Biasanya menyimpang."

Raga menyenggol bahu Rian sambil melempar lirikan maut. Rian pun hanya bisa mendelik dan mengalah. Membiarkan Raga maju duluan dalam hal ini.

Raga menatap Ruth pasti. "Gue anter."

Ruth diam, menatap mereka bergantian dengan tatapan dingin. "Saya gak butuh tumpangan, Permisi."

Mereka shock berat ketika mendapati Ruth langsung berbalik dan beranjak pergi. Meninggalkan sosok setampan Raga. Dan mengabaikan tawaran manis seorang Raga Diandra.

Geka terkekeh melihat ekspresi kaget Raga yang lebih dominan seperti orang bodoh. "Kasian Abang Raga, Sinting gara-gara ditolak cewe," Goda Geka.

"Otewe," Gumam Raga yang bisa didengar oleh dua sahabatnya.

"Lo kerasukan?" Sinis Rian.

Raga menggeleng, Tiba-tiba ia mencengkram kedua bahu Geka dan menatapnya dengan begitu pasti.

"Ini apaan?! Yan! Tolong gue! Raga beneran setress!" Geka meronta dibuat-buat yang langsung dijitak oleh Raga agar kembali diam.

"Gue bilang Otewe, Jadi pacarnya Ruth."

"Apa?! Lo suka Sama si Bau?!"

- To be continue -