webnovel

4. Gadis Bandel

"Awas kau gadis bandel! Aku tak akan menyerah dan akan ku hajar kamu, meskipun perempuan." Shem mengejar kembali gadis itu.

****

Kini Shem yang sekarang. Dia memegang tangannya sambil tersenyum lucu, teringat masa pertama kali bertemu dengan Adaline kala itu. Sekarang ia tak pernah membayangkan akan terjadi peperangan yang luar biasa ini.

"Adaline ... kau sangat bandel dan lucu saat masih remaja, aku tak mengira. Gadis selugu dirimu sekarang harus menjadi incaran,"

Kembali Shem mengingat lagi tentang asyiknya masa berusia belasan tahun waktu dulu itu.

Gadis bandel itu berlari memasuki sebuah koridor, Shem berusaha mengejarnya, karena gaunnya yang terlalu lebar dan panjang, sia jadi terpelanting di lantai koridor.

"Jebluk!!!" Benturan badannya yang terjatuh ke lantai.

Kesempatan bagi Shem untuk segera membalasnya dan mencekalnya.

Shem tarik tangannya lalu meraih katapel itu, siap ia arahkan ke wajah gadis itu, semakin kencang Shem menarik karet katapelnya. Semakin menyedihkan ekspresi gadis itu. Dia memejamkan mata dan mengeluarkan wajah yang berkeringat, Lama tidak juga gadis merasakan pantulan kerikil di wajahnya. Harusnya kerikil itu sudja melukai wajahnya. Akhirnya ia melirik dan membuka mata dengan perlahan.

"Bamgunlah! Aku memaafkanmu, kamu hanya seorang anak perempuan, aku seorang ksatria dan calon Raja, maka aku dengan kebijakanku telah memaafkanmu, jangan ulangi lagi. Jangan jadi gadia bandel lagi" teriak Shem sambil melempar jauh-jauh katapel itu. Gadis itu merasa telah aman, tapi dia tak cukup puas jika dia berakhir dengan kekalahan. Ia segera mendekati Shem dan menginjak dengan keras kaki Shem.

"Hei! Kamu tak tahu diri, kalau kena aku akan menghukummu!" Teriak Shem. Terdengar gadis itu tertawa-tawa keras sambil terus berlari. Shem berusaha mengejarnya, namun gadis itu berlari menyusuri koridor dan semakin menghilang, dia seperti menuju ke kamar istana, menjadikan Shem tak berani untuk mengejarnya, tapi dia masih jelas ingat wajah gadis bandel itu, jadi sewaktu-waktu jika bertemu, ia akan membalasnya.

"Sungguh keterlaluan, di istana sebagus ini, ada anak gadis yang sangat bandel, apa dia tidak bersekolah?" umpatnya dalam hati. Shem memutuskan untuk kembali ke tempat dimana Ayahnya berada. Di ruang pertemuan penting tadi.

"Ah, darimana kamu Shem, aku mencarimu sejak tadi," tukas sang Ayah.

"Aku melihat-lihat taman istana ini, Yah," jawab Shem.

"Ooh, maafkan putra saya Raja Ignasius, dia lancang memasuki taman istana ini," sahut Ayah Shem.

"Ooh ... tidak apa-apa Raja Theophylus. Aku senang anak anda menyukai taman kami. Ini pangeran penerus kerajaan Sadrach? Waah pemuda yang sangat tampan. Heheee," puji Raja Ignasius terhadap Shem.

"Aku juga memiliki seorang Putri dan seorang putra kecil," lanjut Raja Ignasius

"Oh ya? Berapa usia putrimu? Putraku berusia 14 tahun," balas Raja Theophylus.

"Putriku 12 tahun, Putraku berusia 2 tahun." Raja Ignasius sambil memerintahkan pelayan yang sedang membereskan meja makan itu, untuk memanggil anak gadisnya.

Mereka tertawa-tawa seakan sudah menyetujui sebuah perjanjian mengenai sumber daya alam yang berupa batu bara dan jenis minyak. Mereka bekerja sama untuk saling memenuhi dan saling mengisi untuk meningkatkan perekonomian masing-masing.

Putri Raja Ignasius telah hadir bersama pelayan yang mendapat perintah tadi. Dia menuju sang Ayah tercinta.

"Hei, Kamu?!," teriak Shem?

"Apa? Kenapa?" jawab gadis itu.

"Waaah anak-anak kita rupanya sudah saling mengenal, Hahaa," jawab Raja Ignasius.

"Ayah, anak itu sejak tadi menggannguku, dia melempar kerikil dengan katapel kepadaku, Ayah," lapor Shem.

"Waaah ... Apa kamu nakal kepada Pangeran, tamu agung kita Adaline?," tanya Ayahnya.

"Iya! Dia berkali-kali melempariku dengan kerikil, dia sungguh bandel," tambah pangeran Shem. Membuat Ayahnya semakin terbahak-bahak.

"Ayo, kau minta maaflah kepada pangeran Shem, Adaline. Dan kamu tak boleh mengulanginya." Perintah sang Raja Ignasius kepada putrinya. Ini belum seberapa, belum lagi kekerasan kepada Shem, yaitu menggigit tangannya dan menginjak kakinya. Ia tak mau mengutarakannya. Karena juga malu kalau disampaikan. Mungkin anak gadis itu masih kurang dewasa, jadi masih suka main-main dan berbuat usil kepada anak lain. Dia hanya anak yang berusia 12 tahun. Sedang dirinya sudah lebih dewasa meskipun hanya 14 tahun.

"Perkenalkan saya Adaline, Putri Raja Ignasius. Saya meminta maaf dengan tulus atas kesalahan saya tadi. Saya hanya bercanda pangeran," ucap gadis itu sambil membentangkan rok gaunnya dan menunduk sebagai tanda hormat.

"Oke, jangan diulangi lagi ya." jawab Shem masih dengan nada yang sedikit geram. Dia memandang wajah gadis yang bernama Adaline ini, masih terlalu polos dan belum begitu nampak kecantikannya. Hanya saja kulitnya putih dan memiliki senyuman yang manis itu. Rambutnya yang keemasan terlihat sangat cantik.

"Huummm ... Adaline gadis yang bandel. Dia sangat lucu," Shem berbisik kelada dirinya sendiri sambil menggelengkan kepalanya.

Pangeran Shem Theodorus mulai membuyarkan lamunannya yang sesaat lalu telah mengundang memory di dalam otaknya. Saat pertama kali bertemu gadis yang ia cintai itu. Saat pertama kali bertemu di taman istana setafin yang indah itu. Sekarang ia memutuskan untuk menaiki kuda dan memacunya dengan cepat. Dia ingin secepatnya bertemu dengan Adaline disana. Dia jiga ingin segera sampai ke kastil tua yang telah lama ditinggalkan itu, berjarak sekitar 400 meter dari Istana Serafin.

menurut info dari panglima sekaligus pengawal setianya. Putri Adaline sudah ditahan dan di amankan disana atas perintahnya.

Pangeran Shem segera menaiki kastil tua yang tak begitu tinggi itu. Dia segera ingin menemui Adaline. Kastil itu telah aman dari amukan prajuritnya karena telah di sterilkan oleh pengawal setianya Pangeran Shem. Panglima Abraham.

Suara dera langkah kaki bersepatu itu terdengar di telinga Adaline.

"Apakah dia Shem?" Jantungnya semakin berdetak kencang. Ia merasakan tubuhnya gemetaran karena rasa takut yang menyelimutinya.

"Kriek ...." pintu perlahan dibukanya.

Lalu pangeran berjalan mendekati Adaline yang tampak pasrah di sudut dinding kastil.

"Adaline ... katakan dengan sebenarnya. Kenapa Kerajaanmu berkhianat terhadap Kerajaanku? Kenapa harus terjadi ketika hari pernikahan kita sudah dekat?" tegasnya sambil menatap tajam mata Adaline.

"Aku sungguh tidak tahu apa-apa. Aku tidak terlibat Yang Mulia," jawab Putri Adaline menangis tersedu-sedu.

"Apa Ayahmu menggunakan dirimu sebagai umpan untuk menjebakku?," tuduhnya semakin membuatnya patah hati.

"Aku tidak tahu Yang Mulia, sungguh,"

balasnya dengan suara lirih.

"Sekarang katakan padaku. Apa jaminannya kalau yang kau katakan adalah benar? Bahwa kau benar-benar tak tahu" Pangeran berdiri sambil menghunuskan pedang.

Sedangkan Adaline meringkuk ketakutan dilantai. Ia sangat lemah dan tak tahu harus melakukan apa?.

"Aku bersumpah atas nama Tuhan, jika aku terlibat dengan rencana Ayah, maka hari ini kau akan lihat aku mati, entah dengan pedangmu, pedang orang lain atau cara lain yang Tuhan takdirkan, tapi jika esok kau dapati aku masih hidup, maka aku berkata jujur kepadamu," balasnya dengan bibir yang gemetaran.

Salam Hangat readers, semoga terhibur. Dukung penulis dengan berikan komentar, review dan jangan lupa lempar power stone ke buku ini. Terima kasih dan jangan lupa bahagia.

Lika_FRcreators' thoughts