Shem sangat kasihan kepada kekasihnya, Abraham mengatakan Adaline atau Masyayel baru saja pagi dini hari ditemukan dalam keadaan demam tinggi dan pingsan, baru saja siuman, meminum ramuan dan obat serta sarapan tadi. Shem yang menyuapinya. Namun ia lupa gadis itu memang belum sempat mandi? Bukankah tadi dia yang mengajaknya mandi bersama? Pikir Shem, namun semuanya hilang dan terlupakan gara-gara amukan dan kemarahannya terhadap berita memilukan itu, Betapa risih dan merasa jorok semua tubuhnya itu, dari berapa hari dia tidak bisa membersihkan diri. Akhirnya Pangeran berinisiatif ingin memandikan kekasihnya yang masih pingsan itu.
"Kalian, kembalilah ke tempat masing-masing, Lakukan tugas kalian. Ini hanya peringatan. Jangan sampai teledor lagi, kalau sampai terulang, kalian akan mati di tanganku! Aku tidak main-main!" Sumpah serapah Pangeran Shem seraya meminta mereka meninggalkan kamarnya.
Setelah keduanya pergi, Pangeran mengunci pintu kamarnya, lalu Pangeran dengan hati-hati mulai membuka pakaian yang menutupi tubuh kekasihnya itu. Dengan perlahan dia pun menggendong tubuh gadis yang nampak makin kurus itu, setelah terlepas semua kain yang tadinya menutupi tubuh indahnya. Pangeran membawanya ke kamar mandi, dia benar-benar berniat memandikan kekasihnya yang tampak kotor dan ternoda oleh kebiadaban dan kebejatan dua bedebah sialan yang tak punya otak itu.
Dengan perlahan ia meletakkan di dalam bak mandi besar, sungguh ia dengan lembut dan penuh kasih sayang, mengusap dan mengguyur tubuh itu agar terkikislah semua kotoran dan peluh selama dua hari ini. Dia memandikannya dengan hati dan penuh cinta. Dirinya masih menangisi sambil membayangkan. Bagaimana tubuh indah dan kecantikan Tuan Putri tercintanya telah direnggut dan dinikmati oleh lelaki-lelaki rendahan. Dia akan sangat menyesal seumur hidup dan tak akan pernah bisa melupakan ini.
Shem tak menyangka, di Medan peperangan dirinya terkenal bengis dan tak ada ampun kepada siapa saja lawannya. Tua atau muda akan dihabisi dengan tangannya. Dia juga terkenal sebagai seorang Pangeran yang misterius dan pendiam. Ternyata bisa menangis tersedu-sedu juga menyaksikan keadaan calon istrinya ini tergolek tak berdaya di bak mandinya. Shem hampir susah membuka hatinya kepada perempuan, karena itu dari belia hingga saat ini, dia hanya mencintai satu perempuan saja, bahkan dia adalah firstlove-nya dan bertahan sampai kini, karena itu ... setiap Pangeran diajak bersama Raja untuk berkunjung ke Kerajaan-kerajaan lain, tak banyak yang bisa dilakukan oleh para Putri-putri Raja itu. Meskipun dengan harapan sebenarnya ingin mengenalkan dan mendekatkan Shem dengan Putri-putri Raja yang cantik-cantik itu. Dasar Shem bukan tipikal Pangeran yang mata keranjang, jadi dirinya sama sekali tidak ada niatan mendekati mereka itu.
Jika dalam perkenalan atau basa-basi dengan Putri Raja yang lain, maka dia akan dengan tegas mengatakan bahwa dirinya telah memiliki kekasih dan segera ingin menikahinya. Bahkan sampai saat ini dirinya belum ada terbesit keinginan untuk mencari pengganti Adaline. Dia hanya mau Adaline. Sama sekali bukan yang lainnya. Meskipun saat ini dihadapan dirinya tengah terbaring di pemandian ini, gadis kotor karena ulah lelaki-lelaki busuk itu. Shem meraba hatinya sendiri dan bertanya kepada perasaannya, bahwa dirinya tetap mencintai gadis ini. Tak berkurang sedikitpun rasa sayangnya.
Kejahatan dan pelecehan itu tidak mengubah takaran cintanya kepada Adaline. Dia malah merasa ingin selalu dekat dan ingin lebih menjaganya lagi. Karena kejadian pemerkosaan ini juga bukan murni kesalahan Adaline. Shem selalu mengurungnya. Bahkan berjalan-jalan di ruang lain istana saja, dia tidak membolehkan. Maka wajar sepeninggalnya kemarin untuk misi Kerajaan, Adaline mencoba keluar mencari angin segar. Dia tidak menyalahkan Adaline. Karena Shem juga merasa bersalah. Karena kecantikan Adaline yang tidak pantas menjadi pelayan harus ia paksakan, sehingga lelaki-lelaki tak punya otak akan tergiur dan ingin menjamah dirinya.
"Maafkan aku, Sayang! Ini semua salahku! Bukan salahmu. Mereka si bedebah itu mengira kamu hanya pelayan. Makanya mereka sembarangan melampiaskan nafsu bejat mereka kepadamu, ini salahku terlalu ceroboh memposisikanmu." Shem semakin menangis dengan suara tersayat di pojokan dan ujung bathtub itu.
Kepalanya menunduk dan ia sandarkan ke bak tersebut, dekat dengan kepala Masyayel yang juga bersandar di sana. Berkali ia berpikir. Sekarang gadis itu adalah bukan gadis suci yang hanya jadi miliknya seorang, gadis itu telah dimasuki oleh dua lelaki lain selain dirinya. Bagaimana kalau dia hamil? Anak siapa itu nanti? Shem sangat depresi memikirkan itu. Mana mungkin seorang putra mahkota terlahir dari benih para bedebah? Dia sangat takut kalau Adaline hamil dari kejadian pemerkosaan dirinya itu. Padahal ketika bersamanya berkali pun, Adaline belum pernah hamil dengannya, tapi Shem juga tak mampu menyangkalnya. Dirinya tidak berubah sedikitpun. Gadis ini tetap ia cintai dan tetap tidak berubah posisinya didalam hati Pangeran Shem.
Shem berusaha mencuci wajahnya yang berderai air mata, cukup sikap lemahnya ini hanya dirinya yang tahu, juga Adaline saja, jangan sampai orang lain tahu. Karena tangisan seorang Putra Mahkota. Apalagi karena cinta adalah hal yang memalukan! Itu harus ia rahasiakan dalam hatinya dalam-dalam.
Setelah ia membasuh wajahnya itu. Shem segera melepaskan seluruh pakaiannya juga, dia berpikiran akan ikut bergabung juga di dalam bathtub bersama Adaline. Dia mengangkat tubuh gadis itu yang masih lemas dan belum juga siuman. Lalu Shem berbaring lebih dulu dan memasuki baknya untuk berendam, lalu giliran Masyayel ia baringkan di atas tubuhnya. Dalam pangkuannya. Kepala Masyayel ia sandarkan di bahunya dan dirinya memeluk erat gadis itu dari belakang. Sungguh Shem bergetar merasakan kulit tubuh keduanya bersentuhan didalam air mandi yang harum wewangian alami bunga dan rempah yang sudah ditaburkan oleh Paman elliot tadi.
Shem juga turut menyandarkan kepalanya di ujung Bathtub. Dia memejamkan matanya. Dia ingin rileks sebentar beduaan dengan kekasihnya yang tengah pulas dalam pingsannya.
Aku akan mencintaimu sampai mati
Aku akan membersamaimu dalam suka dukamu
Dan jika ada kehidupan kedua setelah itu, hanya kamu yang tetap aku cinta.
Adaline ... Kamu satu-satunya penghuni kekosongan hatiku selama ini.
Sejak aku masih belia.
Hanya kamu saja ...
Kejadian apapun takkan menggoyahkan cintaku kepadamu.
Ini janji seorang ksatria. Putra Mahkota Sadrach ...
Pangeran Shem Theodorus,
Dalam memejamkan matanya untuk relaks bersama Adaline. Tetap muncul sebutir air dari kelopak mata sang Pangeran. Dia tak bisa melarang air mata kepedihannya itu jatuh lagi.
"Tidak Sayang, aku belum menyentuhmu sama sekali setelah kepergianku. Kau tidak boleh hamil dari hasil kebejatan orang-orang brengsek itu! Pasti ada cara. Ramuan Paman Elliot mungkin bisa jadi solusi. Aku tak mau ada anak kotor sisa keburukan mereka lahir dari rahimmu. Rahimmu hanya milikku. Tempat anak-anakku kelak. Keteledoran ini harus dituntaskan sehingga tidak menimbulkan masalah ke depannya. Aku harus mencegahnya sebelum terlambat." Shem sedang dilanda pergolakan batin.