webnovel

PERNIKAHAN TERSEMBUNYI : ISTRI SIMPANAN SANG CEO

现代言情
連載 · 75K 流覽
  • 95 章
    內容
  • 評分
  • NO.200+
    鼎力相助
摘要

Michella Claire tidak pernah menyangka jika akan menjadi seorang istri dari pengusaha terkaya di kota London yang bernama Ben Stone. Ben Stone yang tak lain seorang CEO di perusahaan property bernama STONE ENTERPRISES HOLDINGS, INC. Pertemuannya dengan Ben tidak di sengaja, ketika Mic sapaan dari Michella berniat membantu sahabatnya untuk menemui Ben dan melakukan wawancara untuk tugas akhir. Awalnya Michella menolak, namun karena ia masih memiliki rasa empati yang tinggi pada sahabatnya yang bernama Kate. Akhirnya Michella mau membantu Kate untuk mewawancarai CEO tersebut. Namun ada rahasia lain yang tidak Michella ketahui tentang Ben dan keluarganya, pasalnya Ben menikahi Michella karena kesalahan di masa lalu yang membuat Mic hampir kehilangan nyawa dalam kecelakaan yang pada akhirnya harus membuat kedua orang tuanya meninggal. Dan sejak saat itu Ben sangat terpukul dan merasa bersalah pada keluarga Michella, tak hanya sampai di situ Michella juga harus menerima kenyataan jika ternyata ia bukanlah wanita satu-satunya di hati Ben. Ada wanita lain yang hidup berdampingan dengannya di hati Ben Stone. Sanggupkah Michella menerima takdirnya seperti ini?

標籤
2 標籤
Chapter 1BAB 1 - STONE ENTERPRISES HOLDINGS INC

Aku begitu tergesa-gesa ketika baru saja turun dari dalam bus yang kini membawaku ke pusat Kota London, Hai perkenalkan namaku Michella Claire. Aku akrab di sapa Mic, tentu saja bukan microphone seperti yang kalian bayangkan. Hanya saja aku menyukai panggilan itu karena Ibuku yang memberikan nama panggilan tersebut. Oh ya sebelum jauh lagi kalian mengenalku, aku akan menceritakan tentang diriku sendiri. Aku adalah anak tunggal yang bahagia, sebelum sampai pada akhirnya kedua orang tuaku meninggal dunia karena kecelakaan yang terjadi sekitar 12 tahun yang lalu.

Saat itu usiaku baru menginjak 10 tahun, mobil yang kami tumpangi ringsek dan tak terlihat lagi rupanya seperti mobil. Yang aku ingat saat itu posisiku sedang tertidur pulas ketika baru saja pulang dari acara makan malam bersama di rumah teman Ayah. Sejak kejadian tersebut, aku sangat terpukul karena aku harus kehilangan kedua orang tua ku di waktu yang bersamaan. Dan saat itu pula aku di asuh oleh teman Ayah ku yang bernama Luke dan istrinya Trisha, Paman Luke dan Bibi Trisha sudah aku anggap seperti orang tuaku sendiri. Karena mereka tidak memiliki momongan selama 25 tahun menikah, maka dari itu mereka mengadopsiku sebagai anak mereka.

"Permisi! saya ingin bertemu dengan Tuan Ben Stone" ujar Michella sambil menyerahkan berkas pada sang receptionist.

"Apa kau sudah membuat janji dengannya?" tanya receptionist tersebut.

"Tentu saja, aku di minta temanku untuk datang menemui Tuan Ben. Ia berhalang hadir karena harus ikut ujian matematika yang bertepatan dengan hari wawancara"

"Siapa nama temanmu?"

"Kate Olson"

"Oke, mari saya antar ke ruang direktur" ujar receptionist tersebut, sementara Michella segera berjalan mengekori receptionist tersebut yang bernama Clara.

Mereka berdua menaiki lift ke lantai 12, tepat di depan ruang yang bertuliskan "Ruang Direktur" Mic di serahkan pada sekretari Ben Stone yang bernama Dylan Marvine. Dylan mengecek beberapa berkas yang di bawa oleh Mic, sementara Michella harap-harap cemas dan takut jika berkasnya akan di tolak karena peserta yang hadir tidak sesuai daftar.

"Kate Olson?" panggil Dylan.

Michella tersentak kaget. "Bukan! Ehm. Maksudku Kate itu temanku yang seharusnya datang untuk wawancara ini, tapi berhubung hari ini dia ada ujian matematika jadi Kate memintaku untuk datang kemari menggantikannya"

Dylan berdehem pelan. "Kau ini baik sekali, tunggu sebentar aku akan berikan berkas ini pada Tuan Ben. Berdoa saja dia mau menerimamu wawancara" ujar Dylan tersenyum dan langsung pergi dari hadapan Michella.

Mic tersenyum pada Dylan, ia segera duduk di kursi tunggu yang berada di sebrang meja Dylan. Hampir 5 menit Michella menunggu, Mic semakin cemas dan pasrah jika dirinya tidak akan di terima.

Tepat 6 menit 35 detik Michella menatap jam tangannya, dan suara deritan pintu terdengar. Michella langsung beranjak dari duduknya, ia sangat penasaran dengan hasil yang akan di sampaikan oleh Dylan.

Dylan menghela nafas. "Maafkan aku, Mic"

Mendengar ucapan Dylan di awal sudah membuat Michella yakin jika dirinya di tolak oleh CEO tersebut.

"Baiklah Dylan, aku mengerti maksudmu" ujar Michella yang langsung beranjak pergi dari hadapan Dylan.

"Michella, kau salah jalan" teriak Dylan.

Michella menoleh ke arah Dylan. "Salah jalan? Tapi jalan ini benar untuk menuju lift" gumam Michella bingung.

Dylan tersenyum. "Jalan yang benar adalah lewat sini" Dylan menunjuk ke arah ruangan CEO.

Michella terbelalak dan langsung menghampiri Dylan. "Maksudmu bagaimana? Itukan ruangan CEO"

Dylan mengangguk pelan. "Ya kau benar, kau seharusnya menyelesaikan dulu tugasmu dengan Ben Stone. Karena dia telah menunggumu di dalam"

"Jadi aku di terima untuk wawancara?" tanya Michella antusias.

"Tentu saja! Selamat berjuang ya, ayo cepat masuk ke dalam" gumam Dylan menyemangati.

Michella menganggukkan kepalanya dan langsung masuk ke dalam ruangan CEO tersebut. Mic merasa gugup, ia takut jika wawancaranya kali ini akan gagal. Kini ia sudah berada di dalam ruangan tersebut, ruang kerja milik CEO perusahaan Stone Enterprise Holding Inc sangatlah besar. Bahkan lebih besar dari apartemen yang di sewa nya bersama Kate.

Cat dinding berwarna putih dan sebagian nya di cat berwarna hijau muda, menambah kesan segar di ruangan ini. Meja kerja yang cukup luas berwarna cokelat dan di atas nya tersusun rapi dokumen-dokumen kerjanya, sebuah komputer dan juga laptop ada di sana. Dan tak lupa sebuah plakat berbahan akrilik bertuliskan nama Ben Stone dan di garis bawahi di bawahnya bertuliskan CEO.

Tak lama kemudian Ben memutar kursi kerjanya menghadap Michella, Ben terperangah melihat Michella yang masih mematung di depan pintu.

"Bagaimana kau ingin mewawancarai ku? Sementara kau masih mematung di sana" tanya Ben lirih dan hal itu membuat lamunan Mic buyar.

"Ah, hai selamat siang Tuan Ben Stone. Perkenalkan saya Michella Claire, kedatangan saya kemari untuk mewakili teman saya Kate yang berhalangan hadir karena sedang ujian matematika" ujar Mic mengulurkan tangannya pada Ben.

Ben tersenyum dan langsung menjabat tangan Michella dengan lembut. "Kau memang teman yang baik, silahkan duduk"

"Ah, ya terima kasih Tuan" gumam Michella.

Michella menarik nafas panjang dan menghembuskan nya secara perlahan. Ia mulai mengeluarkan alat perekam suara dan meletakkannya di meja. Setelah itu Mic mengeluarkan berkas pertanyaan yang akan di tanyakan pada CEO tersebut.

"Baiklah bisa kita mulai wawancaranya Tuan?" tanya Mic lirih.

"Ya tentu saja" gumam Ben menatap Michella tajam dan hal itu membuat Michella berdebar.

pesona CEO tersebut benar-benar tidak di ragukan lagi, postur tubuhnya yang tinggi tegap, dengan rambut hitam mengkilap nya. Kulit putih, mata berwarna abu-abu, hidung mancung, dan juga bentuk garis rahang yang tegas makin memperlihatkan dirinya terlihat sangat kharismatik.

"Apa kau akan menanyaiku dengan pertanyaan sebanyak itu?" tanya Ben.

"Tidak! Ini rangkuman dari beberapa pertanyaan yang telah aku pelajari semalam. Kate memang orang yang sangat teliti dan juga kritis untuk hal wawancara seperti ini"

"Baiklah, aku mengerti"

"Baik, Tuan Ben bisa kau ceritakan awal mula kau mendirikan perusahaan ini?" tanya Michella antusias.

Ben menghela nafas. "Aku merintis usahaku sejak masih duduk di bangku kuliah, awalnya aku hanyalah seorang sales properti. Aku menawarkan beberapa properti kepada rekan, dan sanak keluarga, dan aku juga sering menawarkan properti yang ku jual kepada para dosen tempat aku menimba ilmu"

"Aku selalu antusias dan tak jarang beberapa teman ku mengejekku, untuk apa kau kuliah kalau harus bekerja sebagai sales? Namun aku tidak pernah menyerah, aku terus mencoba dan terus mencoba sampai pada akhirnya jabatan aku naik menjadi manager marketing ketika aku masih di semester terakhir ku" ujar Ben antusias.

Sementara Michella merasa sangat bangga mendengar cerita Ben yang sangat memotivasinya.

"Sangat menarik, kau sangat menginspirasi Tuan"

Ben tersenyum. "Kau bisa saja"

"Lanjut untuk pertanyaan selanjutnya, apakah kau pernah mengalami kegagalan di masa lalu? Dan bagaimana kau menanggapi tentang kegagalanmu tersebut?"

Ben menghela nafas dan langsung menjawab pertanyaan dari Michela. "Semua kegagalan yang terjadi dalam hidup saya, selalu saya jadikan sebagai keberhasilan yang tertunda. Maka dari itu saya tidak pernah merasa kalau diri saya ini telah gagal, melainkan saya hanya butuh bekerja lebih keras lagi supaya keberhasilan yang tertunda tersebut dapat saya raih dengan sempurna" ucap Ben antusias.

Sementara Michela begitu takjub mendengar ucapan Ben, baginya Ben adalah panutan baru dalam hidupnya karena Ben selalu optimis dan pantang menyerah.

"Oke, kita lanjut ke pertanyaan berikutnya" ujar Mic antusias.

Namun belum sempat Mic melanjutkan pertanyaannya, ia begitu tercengang membaca isi percakapan yang di tulis oleh Kate. Michella bingung ia tidak tau harus memberikan pertanyaan ini atau tidak.

Sampai pada akhirnya Ben yang melihat Michella seperti orang bingung, langsung menanyakan hal itu padanya.

"Apa masih ada pertanyaannya atau tidak, Mic?" tanya Ben lirih.

Michella tersentak kaget dan sontak langsung membacakan pertanyaan yang sudah di tulis oleh Kate.

"Apakah anda seorang gay?" tanya Michella spontan.

Dan sontak hal itu membuat Ben terkejut mendengarnya, Michella mencoba untuk mengklarifikasi pertanyaannya karena ia merasa tidak enak dengan Ben.

"Maaf Tuan, bukan maksud menyinggung anda. Tapi saya juga tidak mengerti kenapa teman saya menulis kata-kata seperti ini. Tapi di sini di jelaskan, sebab anda tidak pernah terliput media sedang mengencani seorang wanita. Bahkan anda juga jarang di temani seorang wanita di setiap anda menghadiri acara penting"

Ben menghela nafas. "Okey, aku mengerti. Menurutmu aku bagaimana? Apa aku terlihat seperti seorang gay?"

"Hah? Tuan tanya saya?" Michella tampak bingung.

Ben beranjak dari duduknya dan menarik kursinya tepat di hadapan Michella.

Ben memajukan wajahnya mendekati wajah Michella. "Tentu saja! Bagaimana menurutmu?"

"Hmmm.. Maaf Tuan bukan maksud menghina, saya benar-benar tidak tau tentang anda" jawab Michella gugup.

Ben menghela nafas, aroma mint menyeruak dan menerpa wajah Michella. "Jadi kau memiliki pembenaran jika aku ini gay?"

Michella menggeleng. "Bukan begitu maksud saya, Tuan. Saya baru kali ini mendengar dan bertemu dengan anda dan bagaimana teman saya mengetahui tentang anda, saya juga tidak tau. Saya mohon maaf kan saya, saya tidak bermaksud menghina anda"

Melihat Michella yang memelas, membuat Ben kasihan dan langsung meraih berkas yang ada di tangan Michella. Ben langsung menandatangani berkas tersebut dan mempersilakan Michella untuk pergi.

Michella langsung merapikan barang-barang miliknya kemudian keluar dari dalam ruangan Ben, sesampainya di depan ruangan. Michella merasa lega karena tugasnya sudah selesai, sehingga ia tidak perlu lagi berurusan dengan laki-laki macam Ben yang menyeramkan.

"Kau sudah selesai wawancara, Mic?" tanya Dylan.

"Hah! Iya sudah" jawab Mic terbata.

"Ini souvenir dari kantor kami, terima kasih sudah melakukan wawancara di kantor kami. Semoga harimu menyenangkan Mic" ujar Dylan sambil menyodorkan sebuah paper bag pada Michella.

"Terima kasih Dylan, semoga harimu menyenangkan. Kalau gitu aku pergi dulu"

"Baik Mic, hati-hati di jalan" ujar Dylan lembut.

Sementara Mic langsung bergegas pergi dari kantor tersebut. Tak lama kemudian Ben keluar dari dalam ruangannya.

"Apa kau sudah memberikan souvenir untuk gadis tadi?" ujar Ben.

"Maksud anda Michella?"

"Ya Michella"

"Sudah Tuan"

"Bisakah kau membantuku untuk mencari semua tentang Michella?"

Dylan tersenyum. "Tentu saja Tuan, dengan senang hati" ujar Dylan antusias, sementara Ben kembali masuk ke dalam ruangannya.

你也許也喜歡

Lepaskan, Mencintai Lagi - Perkahwinan Kilat dengan Tuan CEO

Arwen Quinn, ahli waris dari keluarga Quinn yang bergengsi, menyadari terlambat bahwa tidak peduli apa yang dia lakukan, dia tak akan pernah memenangkan cinta Ryan. Masa depan yang menantinya adalah kehidupan yang terperangkap dalam penderitaan tanpa akhir dari pernikahan tanpa cinta. Dengan tegas, ia mengakhiri hubungan mereka dan berjalan pergi. Yang tidak dia duga adalah, dengan membebaskan diri dari Ryan, dia telah membuka pintu bagi Aiden untuk memasuki hidupnya — sebuah kesempatan yang selama ini dia tunggu. Aiden Winslow, seorang CEO yang enigmatik tidak hanya misterius — ia bertekad, dan tidak akan mengizinkan Arwen untuk terambil dari dirinya lagi. Kutipan: Aiden menyipitkan matanya, "Apakah kamu yakin akan ini?" "Jika saya tidak yakin, saya tidak akan memintanya," jawab Arwen dengan tenang. "Berhenti berlengah-lengah. Jika kamu tidak bersedia, saya akan mencari orang lain yang bisa mendapatkan sertifikat pernikahan hari ini." Ekspresi Aiden menjadi gelap saat dia menarik Arwen mendekat. "Sekali ditawarkan kepadaku, itu hanya milikku." Tanpa terganggu, Arwen bertanya, "Jadi, kamu setuju? Jika ya, kita akan mendapatkan sertifikatnya sekarang." "Dengan satu syarat," katanya. "Saya tidak melakukan pernikahan kontrak. Wanita yang saya nikahi akan menjadi wanita yang saya bagikan tempat tidur dengannya. Jika kamu setuju, maka kita akan—" "Tidak masalah. Ayo berangkat," kata Arwen tanpa membiarkan dia menyelesaikan, menariknya ke dalam Biara Pernikahan Sipil.

Scarlet_Shine · 现代言情
分數不夠
254 Chs

Setelah Bercerai, Keluarga Besar yang Berkuasa Menyambutnya Kembali ke Rumah!

Setelah Tan Ming hamil, suaminya menyerahkan surat cerai padanya. Dua puluh tiga tahun yang lalu, Tan Ming masih merupakan anak yatim piatu yang tidak ada yang menginginkan. Orang tua angkatnya mengadopsinya dari panti asuhan karena mereka kesulitan memiliki anak sendiri. Namun, nasib sial Tan Ming tidak berubah karena hal itu. Dalam waktu satu bulan, ibu angkatnya hamil. Setelah adiknya, Tan Si, lahir, Tan Ming menjadi orang yang paling tidak disukai di keluarga. Sejak kecil, dia harus mengalah pada Tan Si dalam segala hal. Orang tuanya hanya menyukai Tan Si karena Tan Ming bukan anak biologis mereka. Tiga tahun lalu, Keluarga Tan memaksanya menikah dengan seorang pria yang koma demi kepentingan bisnis mereka. Selama dua tahun penuh, Tan Ming hidup sebagai seorang janda. Hingga setahun yang lalu, ketika suaminya yang koma tersebut bangun secara tidak terduga, Tan Si jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Kali ini, Tan Ming memutuskan untuk tidak mengalah lagi. Dia dengan tegas berusaha memutus hubungan dengan Keluarga Tan. Namun, dia tidak menduga bahwa pada akhirnya dia akan dihadapkan dengan surat cerai. Untuk kepentingan anak-anak dalam kandungannya, Tan Ming dipaksa oleh suaminya untuk menandatangani surat-surat tersebut. Ketika anak-anaknya lahir, ayah biologis mereka sedang menemani wanita lain untuk tes kehamilan. Saat dunia Tan Ming berada dalam kegelapan terdalam, kerabat kandungnya muncul. Mereka adalah keluarga yang sangat kaya hingga Keluarga Tan pun memandang mereka dengan hormat, dan mereka menyambutnya kembali ke rumah! Setelah kembali ke rumah, dia tidak lagi menjadi anak yang tidak diinginkan. Tidak hanya dia memiliki orang tua yang memanjakannya, tetapi dia juga memiliki tiga saudara laki-laki yang sangat memperhatikannya! Kemudian, mantan suaminya menyesali keputusannya dan datang untuk meminta maaf secara langsung. "Tetap jauh dari hidupku," kata Tan Ming.

JQK · 现代言情
分數不夠
575 Chs

Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

DICARI!!! Seorang perempuan muda, usia tidak lebih dari 23 tahun, cantik, menarik, mulus, dan belum pernah menikah alias masih perawan untuk melahirkan minimal 3 anak. Akan dinikahkan dengan seorang billionair tua dan cacat. Kompensasi berupa uang 100 juta perbulan sampai melahirkan 3 anak. Dan kompensasi perceraian berupa uang 1 milyar, 2 apartemen mewah, dan 1 kendaraan mewah. Calista Ardiningrum menghela nafas panjang membaca sebuah postingan di akun IG maklampir, sebuah akun gosip yang memiliki jutaan follower dan beritanya selalu tajam aktual namun belum dipastikan kepercayaanya. Ribuan komentar beragam ada yang menertawakan, mengejek, mencemooh, bahkan ada yang menghina sampai ke urat. Calista adalah seorang mahasiwi jurusan keguruan sebuah universitas negeri ternama di Jakarta yang juga bekerja paruh waktu sebagai office girl di sebuah perusahaan multinasional ternama di ibukota demi membiayai kuliahnya sendiri. Dia juga anak rantauan dari kota gudeg yang ayahnya hanya seorang tukang becak dan ibunya penjual jamu gendong keliling. Calista anak pertama dari 2 bersaudara. Adik laki-lakinya masih menyandang status pelajar SMK yang setelah pulang sekolah menyambi jadi pengamen di sekitar stasiun Tugu ataupun sepanjang jalan Malioboro. Tapi, kenapa dia sampai begitu perhatian dengan postingan dari akun gosip tersebut? Karena tiba-tiba ibunya menelepon kalau ayahnya menjadi korban tabrak lari sebuah mobil yang tidak diketahui pemiliknya. Kini ayahnya masuk ICU dan harus membayar puluhan juta untuk biaya operasi. Calista tidak tahu harus meminjam kemana karena uang sebanyak itu tentu saja tidak akan mudah didapatkan dalam waktu singkat. Sedangkan, phak rumah sakit berkata semakin cepat uangnya tersedia maka operasi pun akan secepatnya dilakukan. Apakah Calista akan mengorbankan hidupnya demi menolong ayahnya? Temukan jawabannya di novel ini .... *** Terima kasih untuk semua readers yang bersedia meluangkan waktunya membaca novel kedua saya, yang kemungkinan besar akan hadir dalam versi bahasa Inggris juga. Author selalu setia menunggu komen, vote power stone, dan gift yang teman-teman berikan di setiap chapternya. Silahkan menikmati karyaku lainnya: 1. Cinta Tak Berbalas 2. Angel's Blue Eyes 3. Tetaplah Bersamaku! 4. My Lovely and Sassy Wife 5. Runaway Ex-Wife

Anee_ta · 现代言情
4.8
555 Chs
目錄
1

鼎力相助