webnovel

Teknik Tapak Raja Setan

"Uhuk!" Lin Wei mengernyitkan dahi kesakitan, dengan tangan kanan memegang bagian perut. Tinju tadi sangatlah dahsyat. Namun, untungnya tidak sampai menciptakan luka dalam sehingga Lin Wei harus memuntahkan darah segar.

Kemudian sekilas pandangan Lin Wei yang semula terarah pada sang pemimpin utama, lekas teralih pada seseorang yang memegang si wanita.

Saat itu Lin Wei sempat bertemu tatap dengan si wanita. Si wanita itu menunjukkan wajah memelas, tapi sambil menggeleng kepalanya. Dia menujukkan isyarat kepala pada Lin Wei agar Lin Wei segera pergi saja dari situ.

Lin Wen pun menggeleng. Dia mengembalikan tatapannya ke arah pemimpin utama, lalu menghela napas agak panjang dan menghembuskannya perlahan.

Lin Wei mengarahkan tangan ke samping. Pedangnya yang sebelum itu terlepas dari genggaman, lantas terbalut aura cahaya biru, bergerak, dan lalu melesat ke arah telapak tangannya.

"Iya. Beginilah kemampuanku. Dan dengan kemampuan ini, kau dan seluruh pasukanmu akan menemui kematian hari ini juga. Akan kubuat sejarah di bukit ini!"

'Siuf'

Setelah berucap, Lin Wei lantas mempertebal cahaya aura birunya. Badan pedang yang digenggamnya juga sekarang telah dibaluti oleh cahaya aura mental. Dapat membelah gunung hanya dengan beberapa kali ayunan saja.

Menyaksikan hal itu, pemimpin utama hanya tersenyum remeh. Hanya cahaya aura, apanya yang menakutkan. Bahkan dia bisa merembeskan lebih besar dari pada yang dilakukan Lin Wei.

Seiring itu, di bawah tekanan sang pemimpin utama. Pasukan yang tersisa setengah itu berbondong-bondong melesat ke arah Lin Wei sambil mengayunkan senjata mereka.

Lin Wei juga merespons. Saat sebelumnya dia membantai setengah pasukan dengan aura cahaya kekuatan pedang. Kali ini, hasrat membunuhnya memuncak. Dia tidak mengayunkan pedanganya, kecuali untuk menebas tubuh lawan dan membuatnya terbelah menjadi dua bahkan beberapa bagian.

Lin Wei menekan pijakannya. Dengan secepat kedipan mata dia melesat, mengayunkan pedang dengan sangat buas. Membuat orang-orang kembali ragu-ragu untuk menyerang setelah melihat banyak dari rekan-rekan mereka yang telah ditebas oleh Lin Wei.

'teknik tarian pedang pembunuh naga'

'Syat syat ting ting syat'

Sayatan-sayatan dan aduan pedang terdengar sangat keras di arena pertarungan. Dengan lawan yang masih berjumlah ratusan, terlihat Lin Wei sangat mendominasi pertarungan. Kecepatan gerakannya menyerang bahkan hanya berjarak pada satu tarikan napas.

Sementara itu. Pemimpin yang sebelumnya memimpin empat belas bandit untuk menculik si wanita, tengah menelan ludah menyaksikan sekali lagi aksi Lin Wei yang membuat dua dengkulnya bergetar. Tidak lama setelah itu, dia diam-diam ingin lari saja dari tempat tersebut, karena sadar, kekuatan yang dimilikinya, berbeda jauh dengan kekuatan Lin Wei.

Di dalam hatinya sendiri, sangat takut dengan kematian. Dia cenderung memilih lawan yang lemah dari dia dan apabila melihat lawan yang kuat, dia akan mengeluarkan jurus andalannya yaitu pil penciptaan asap--seperti tadi yang dia lakukan.

Sayangnya, dalam aksi pelariannya. Dia diciduk oleh pemimpin utama.

Pemimpin utama sontak muncul di depannya yang membuat dia spontan melototkan mata karena terkejut. Raut ketakutannya tampak sangat jelas pada gemetar tubuh dan keringat yang menetes di pelipisnya.

"Cih! Dasar pengecut. Kau pikir kau ingin ke mana?" ketus pemimpin utama, kemudian mencengkeram kerah baju pemimpin itu. "Apa kau ingin berkhianat? Pengecut sepertimu tidak pantas memikul tugas sebagai pemimpin!"

Dengan nada dongkol. Pemimpin utama lekas mencengkeram lebih keras kerah baju si pemimpin dan segenap tenaga melemparnya ke arena pertarungan Lin Wei.

"Aaaaaa!" teriak pemimpin bandit itu.

Saat dilempar. Pemimpin empat belas bandit sama sekali tidak memiliki persiapan untuk mengandalkan kekuatannya untuk menghindar. Sehingga, ketika Lin Wei menoleh ke arahnya setelah menyadari ada seseorang ingin menyerang dari atas. Tubuhnya dengan mudah dilahap oleh pedang Lin Wei, hingga menjadi dua bagian.

"Kalian tidak memberikanku pilihan," ucap Lin Wei menekan.

Saat ini tubuhnya yang dibaluti aura cahaya biru telah berlumur darah. Ada simbol wajik bercahaya keemasan di antara kening Lin Wei. Sementara di bagian lengan, tampak garis-garis yang warnanya sama seperti wajik tersebut.

Ini adalah perubahan bentuk tubuh oleh mereka yang kekuatannya telah mencapai level jiwa suci duniawi. Semula Lin Wei yang ada di level jiwa duniawi gerbang kelima, kini dengan cepat melompati dua gerbang dan langsung berada di level suci duniawi gerbang pertama.

Setelah melontarkan ucapan itu. Lin Wei kembali melesat ke arah lawan yang tersisa seperempat dari jumlah keseluruhan pasukan. Mereka terlihat tidak bernafsu menyerang seperti awal-awal mereka menyerang. Kekuatan Lin Wei, membuat mereka sedikit tertekan.

"Cukup!" tandas si pemimpin utama.

Sontak saja, saat itu Lin Wei hendak mengayunkan pedangnya untuk menebas satu orang. Tangan tengkorak raksasa yang merembeskan aura kekuatan spiritual berwarna merah, terbentuk tidak jauh di atas Lin Wei.

"Kau begitu sombong memperlihatkan kekuatanmu. Aku tidak akan membiarkan kau melakukan itu di hadapanku," tambahnya.

Saat ini, si pemimpin utama itu tengah mengangkat tangan kanannya ke atas. Tangan tengkorak tadi terbentuk setelah si pemimpin mengangkat tangan.

Si pemimpin itu tidak lagi menutupi wajah. Terlihat jelas perangai kejamnya. Janggut dan kumis tipis yang telah memutih, memperlihatkan umurnya yang berusia sekitar lima puluhan. Melihat dari perawakannya, dia ini pak tua yang sudah berpengalaman dalam bertarung dan bukan lawan yang mudah untuk kelas pendekar berkekuatan lumayan tinggi.

Buktinya, tangan tengkorak raksasa yang telapaknya menghadap pada Lin Wei, tekanannya cukup hebat bahkan walau saat ini tubuh Lin Wei tengah dibaluti oleh aura cahaya mentalnya.

Lin Wei terlihat mengernyitkan dahinya, mencoba menggerakkan tubuh. Namun, seiring dia menggerakkan tubuhnya, dia malah tertekuk lutut saking kuatnya tekanan kekuatan dari tangan tengkorak itu.

"Teknik tapak raja setan. Aku akan memberikan sebuah tepuk tangan, jika kau berhasil keluar dari lingkaran tapak setanku," ujar si pemimpin utama. Dia begitu ringan melengkungkan bibirnya, sebab dia tahu tidak ada yang bisa lolos dari teknik itu kecuali dia telah menguasai teknik khusus yang hanya pendekar di level jiwa suci surgawi yang bisa melakukannya.

"Cih! Kau pikir kau yang terhebat. Akan kubuktikan bagaimana ketangguhan Lin Wei!" ujar Lin Wei dengan napas terdengar menekan.

Si pemimpin utama pun hanya tersenyum remeh, memperlihatkan giginya. Lekas dia menekuk jemarinya yang tangannya terangkat, hingga posisinya tampak mecakar. Seiring itu juga, terlihat tangan tengkorak mengikuti gerakan tangan si pemimpin utama. Tekanan yang begitu kuat, kini menjadi lebih kuat, sehingga membuat Lin Wei memutahkan darah segar. Hidung, kedua telinga, dan matanya terlihat juga mengalirkan darah. Sementara baju yang masih menempel di badannya, lekas terkoyak hingga terlepas dari badan dan memperlihatkan tubuh kekar Lin Wei yang warna kulitnya sawo matang.

"Aaarggh!" Lin Wei memekik, tetapi dengan suara yang tertahan. Sangat sakit, sampai-sampai dia tidak lagi dapat menahannya.

Namun, lekas Lin Wei teringat dengan raja Yuan Lao, pengeran Yuan Chen, empat muridnya, serta seluruh masyarakat Ludong, bahwa kepergiannya dari Ludong adalah untuk kembali lagi. Jika dia mati di sini, maka sama saja menghancurkan janji yang telah dia buat. Jika dia mati di sini, dia tidak akan bisa membalaskan dendam pada pamannya. Jika dia mati di sini, giok merah jambu kemungkinan akan didapatkan oleh orang jahat dan kedamaian dunia akan tamat.

Lin Wei yang memejamkan mata sambil mengingat itu pun lekas membuka matanya. Dia langsung teringat bahwa dia membawa pil penambah aura yang diberikan tabib Tuo Yen padanya.

Lin Wei awalnya hanya memakan satu pil. Namun, aura yang dihasilkan tidak cukup. Dia memakan tiga pil secara berurutan, tetapi masih belum cukup juga. Hingga akhirnya Lin Wei menelah tiga pil sekaligus yang lantas membuat perubahan pesat pada tubuhnya.

Luka dalam yang dialami Lin Wei lekas pulih, sedangkan darah yang mengalir dari hidung, mata, dan telinganya, berhenti seketika. Saat ini, tersisa dua lagi pil penambah aura dan Lin Wei menyimpannya untuk nanti. Kekuatan yang terkumpul tadi, telah cukup baginya, sebab saat ini, dia sudah bisa menggerakkan tubuhnya tanpa harus tertekan oleh kekuatan tapak raja setan si pemimpin utama.