Namaku Arthur William bila kusebutkan lengkapnya sangatlah panjang, karena aku mempunyai satu ibu dan dua ayah bermarga bangsawan yang berbeda. Seperti yang sudah di ketahui aku sejak kecil dibesarkan oleh ayahku Daniel Spencer yang ternyata bukan papa kandungku yang sebenarnya. Ibuku Isabella Anderson menjalin cinta dengan seorang pria yang telah dicintainya sejak dulu yaitu Jeff Marshal dan dia lah sebenarnya kedua orang tuaku yang sesungguhnya.
Tapi aku lebih memilih dengan ayahku Daniel Spencer di banding dengan papa kandungku Jeff Marshal. Bukan masalah mencintaiku tapi karena lebih ke keluarga besar dari papa kandungku yang kurang menerimaku sebagai bagian dari keluarga besarnya terutama nenek dan mama tiri dari istri papaku. Sedangkan ayah Daniel seperti mengerti keinginanku yang membebaskanku melakukan apa saja sesuai keinginanku walau sempat ibu tiriku hendak menjodohkanku dengan seseorang tetapi tidak jadi karena ibuku berhasil membatalkannya.
Walau keadaan seperti itu aku tahu papa Jeff sangat menyayangiku, dia tidak perduli dengan aturan dari mamanya alias nenekku yang sejak awal tidak setuju dengan hubungan papa dan mama. Sementara mama tiriku entah apa yang membuatnya kurang menyukaiku, papa sepertinya tahu tapi tidak mengungkap alasannya. dari pernikahan mereka aku punya 2 saudara tiri. Aku sendiri tidaklah begitu dekat yaitu Tom dan Elsa.
Sedangkan dari ayah Daniel aku punya dua adik perempuan kembar, yang termasuk dekat denganku nama Mary dan Maria. Oh iya, aku sudah punya pacar Aurel seorang perempuan cantik yang bekerja sambilan di sebuah cafe.
------------
Aku bertemu dengannya pertama kali di sebuah taman, aku suka sekali ke sana setelah pulang sekolah di salah satu yang terbaik di kota London. Usiaku 10 tahun setelah 6 tahun aku meninggalkan Woodchester ketika usiaku 4 tahun, di stasiun aku menerima sebuah bros antik dari seorang wanita. Entahlah saat itu aku tidak tahu siapa dia. tetapi seperti mengenalnya sudah lama.
Ketika tiba di London aku merasa kesepian karena ayahku Daniel sering sekali bepergian, tak lama ia pun menikah kembali dan aku mempunyai mama baru, papa Daniel tidak pernah bercerita siapa ibu kandungku sebenarnya. Bahkan nenek dan bibiku juga tutup mulut dengan apa yang terjadi.
Ketika usiaku 10 tahun aku dimasukan oleh papaku ke sekolah elit berasrama tapi untuk aku yang berumur 10 tahun di perbolehkan pulang nanti bila usiaku 13 tahun barulah bisa tinggal di asrama.
Pada saat itulah aku bertemu Aurel tanpa sengaja untuk pertama kalinya, aku meminta berhenti kepada sopir yang menjemputku di sebuah toko es krim, aku sangat suka es krim. Ketika menunggu antrean membeli es krim itulah aku melihat gadis perempuan yang seperti menginginkan es krim tapi dengan ekspresi sedih di depan pintu toko. Aku membeli dua es krim dan ketika keluar toko aku tidak melihatnya lagi.
Suatu hari sopir yang menjemputku tidak datang entah apa sebabnya, tapi aku sudah tahu jalan pulang, aku memutuskan untuk pulang sendiri. Ternyata sangat menyenangkan berjalan kaki dibanding naik mobi karena banyak yang kulihat. Aku menyelusuri sebuah taman. Banyak orang dan anak seusiaku yang sedang bermain. Tanpa diduga aku melihat gadis tempo hari, awalnya dia sedang bermain tapi tiba-tiba ada seseorang mendorongnya dan terjatuh.
"Dasar orang miskin !" begitulah ejekan yang ku dengar mereka pun pergi sedang gadis itu hanya menunduk. Aku mendekatinya dan terdengar suara isak tangis.
"Kamu kenapa ?" tanyaku ia hanya terdiam dan bangun sambil mengusap air matanya. Entah kenapa aku tarik tangannya dan ku bawa ke toko es krim yang tak jauh dari taman, dia tidak menolak.
"Ini, untukmu !" aku memberikan satu es krim untuknya, dia menatapku.
"Terima kasih !" ucapnya pelan.
Setelah itu kami bermain berdua, sampai lupa waktu tak terasa sore menjelang. Aku baru menyadarinya.
"Aurel .... Aurel !" terdengar panggilan dari seorang perempuan dan gadis itu pun pergi. Aku tahu kini namanya.
Sedang aku akhirnya di temukan sopirku yang kelimpungan dan khawatir terjadi sesuatu kepadaku dan tentu saja takut di pecat. Toh kedua orang tuaku tidak sekalipun menanyakan apapun kenapa aku terlambat. Sejak itu aku dan dia selalu bertemu dan bermain berdua saja. Sedang sopir hanya menungguku.
-----------------
Sayang situasi sedang memburuk berita perang beredar cepat, di mulai Jerman menginvasi Austria membuat bangsa Inggris dan negara eropa lain khawatir apalagi ketika Jernan di pimpin oleh seorang yang di takuti karena partai Nazinya yang terang-terangan ingin menguasai seluruh dunia.
Usiaku 13 tahun ketika pecah perang dunia ke dua, dan aku sudah jarang bertemu dengan Aurel lagi entah kemana. Semakin lama perang meluas apalagi satu persatu negara eropa jatuh ke tangan Jerman dan Inggris mendapat berita bahwa target selanjutnya mereka, maka pemerintah memutuskan meminta bantuan ke Amerika Serikat karena setelah eropa di kuasai akan melanjurka ke negara lain termasuk negara adi daya itu.
Tidak tinggal diam maka Amerika mengirimkan tentaranya ke Eropa melalui Inggris yang belum di kuasai oleh Jerman mereka membuat kelompok sekutu untuk melawan Jerman. Pada akhirnya tentara Jerman mulai menyerang Inggris tentu saja kami tidak tinggal diam. Beberapa kali pesawat Jerman melintas di udara kota London yang pada awalnya hanya seperti itu.
Tapi semua berubah ketika tentara Jerman mulai mengebom kota London dan sekitarnya semua panik dan menghindar. Aku dan kedua orang tuaku sudah pindah dahulu ke rumah salah satu bibiku di desa tapi kakek dan nenekku masih disana karena menganggap aman dipinggiran kota London.
Sayang ketika penyerangan berikutnya mereka tewas kena bom pesawat di bunker persembunyian, berita itu di sampaikan papa Daniel, tentu saja itu sangat menyedihkah bagi kami semua. Hal itu terus berlanjut sampai usia ku 15 tahun tapi aku tetap sekolah di tempat bibiku.
Ketika usiaku 18 tahun tamat SMU, perang pun usai semua merasa bahagia dan terbebas walau banyak kesedihan karena banyak korban berjatuhan. Aku berhasil diterima di universitas Oxford yang sangat bergengsi. Papa Daniel sangat bangga denganku. Satu tahun setelah masuk kuliah, suasana damai setelah perang terlihat. Geliat ekonomi mulai nampak di kota London yang mulai bebenah dari kehancuran akibat perang.
Aku diajak teman-teman bersenang-senang ke bar atau klub, suatu ketika aku sedang berjakan di sekitar kampusku dan melihat sebuah kafe dan memutuskan untuk mampir. Pada saat itulah mataku tertuju kepada salah satu pelayan yang mengingatkanku kepada teman masa kecilku. Dan benar saja dia Aurel yang sudah tumbuh menjadi gadis cantik. Dia datang mendekatiku.
"Anda mau pesan apa ?" aku terdiam menatapnya apa dia mengenalku atau tidak.
"Apa ada, es krim ?" tanyaku dia membalas menatapku.
"Tidak ada, kalau Anda mau ada toko es krim tidak jauh dari sini !" ucapnya,
"Oh begitu, kopi saja satu !" jawabku.
"Oke, ada lagi ?" tanyanya.
"Apa ada kue yang enak untuk menemani kopi ?" tanyaku lagi.
"Hmmm ... anda coba keik coklat kami yang enak !" tawarnya, aku mengangguk.
"Jadi kopi satu dan keik coklat !" ujarnya dan langsung pergi. Ternyata benar ia tidak mengenaliku.
Bersambung ....