Layaknya hidup di kota musuh, tiap kali kakinya melangkah, hatinya selalu saja berdesir. Di sini memang tidak ada Jihan, tetapi di sini ada yang lebih bahaya! Ibu, sepupu, Tante, mereka bisa kapam saja lewat tanpa terduga. Ini wilayah mereka. Reva merunduk, kedua tangannya terus beradu saling bertautan.
Melihat tukang bubur sedang ramai pembeli, membuat Reva mencak-mencak. Haruskah dia cari tempat lain? Apa harus menunggu? Menunggu lama, cari tempat baru pun membutuhkan waktu. Iya kalau dapat, kalau engga?
"Gimana ya," guman Reva dengan gelisah.
Rava menoleh ke kanan dan kiri sambil memikirkan opsi terbaik. Tapi ya sudahlah, lebih baik Reva menunggu, daripada harus berkeliling mencari yang tidak pasti. Sambil menunggu, Reva ingin mengecek ponselnya.
Tunggu, tunggu.
Di mana ponselnya? Kenapa tidak ada di segala saku? Di tangannya pun tidak ada, masa iya jatuh? Tapi gimana bisa jatuh, sedangkan dompetnya ada?
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者