Zelyn saat ini sudah berada di dalam taksi yang membawanya ke apartemen sahabat baiknya. Saat ini, ia membutuhkan teman untuk sekedar curhat atas kejadian menyebalkan yang baru saja dialami seharian ini. Manik bening miliknya kini tengah mengamati punggung tangannya yang terlihat merah karena perbuatan liar dari pria yang selalu disebutnya si bocah edan (orang gila).
Zelyn tidak berhenti mengusap berkali-kali bekas merah di tangannya dengan mulut yang sibuk mengumpat. "Si bocah edan itu benar-benar sudah gila. Aku sangat jijik melihat bekas ini. Pasti bibirnya sudah tercemar karena sering berganti-ganti pasangan. Semoga tidak ada virus yang menular."
Dengan bahu yang bergidik ngeri, Zelyn merasa mual karena membayangkan Axel berganti-ganti pasangan di tempat tidur. Menyadari kebodohannya, ia sudah berkali-kali menepuk jidatnya.
"Dasar bodoh, kenapa juga kamu buang-buang waktu untuk memikirkan bocah edan itu. Buang-buang energi saja." Zelyn kembali mengamati bekas merah di tangannya, "Astaga, ini bahkan tidak bisa hilang. Bagaimana ini, mana ini sangat jelas terlihat. Ardhan tidak akan mencurigai aku, kan."
Masih dengan hati yang dongkol, Zelyn berkali-kali mengentakkan kakinya. "Aah ... hari ini aku sangat kesal, seperti ingin makan orang saja."
Tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya, yaitu sang supir yang dari tadi mengamati tingkahnya di balik spion mobil, Zelyn sibuk mengumpat Axel.
Dua puluh menit kemudian, Zelyn sudah tiba di sebuah apartemen mewah yang merupakan milik sahabat baiknya mulai dari kuliah hingga sekarang pun menjadi rekan kerja di kantor. Namun, ia dan sahabatnya berbeda jenis pekerjaan. Ia adalah seorang arsitek, sedangkan sahabatnya adalah akuntan di kantor.
Ia yang dari kecil mempunyai bakat di bidang menggambar, membuatnya memilih mengambil jurusan arsitektur dari fakultas teknik yang bukan hanya mengajarkan teknik. Akan tetapi, juga seni dan estetika. Arsitektur yang lebih cenderung menuangkan ide, konsep, dan desain di atas kertas dan hal itulah yang sangat disukainya. Apalagi ia sangat beruntung mempunyai orang tua yang sangat mendukung bakatnya.
Karena itulah ia bisa lebih serius menekuni bidang yang sangat disukai. Menurutnya, kedua orang tuanya merupakan sosok yang sangat dihormati, sekaligus disayanginya. Karena selalu menuruti apapun yang ia minta. Mungkin itu disebabkan ia adalah anak tunggal dan membuat orang tuanya sangat menyayanginya.
Setelah membayar pada sang supir, Zelyn turun dari mobil dan berjalan menuju lobby lift dan masuk ke dalam. Jemarinya sudah menekan tombol lima yang merupakan tempat tinggal sahabatnya. Begitu denting lift berbunyi, kaki jenjangnya melangkah dan berjalan ke tempat tinggal wanita yang tak lain bernama Yessy Ariyanti.
Ia pun menekan kode apartemen dan masuk ke dalam. Tentu saja karena ia sering ke sana, membuatnya tahu berapa kode apartemen Yessy. Saat ia sudah berada di dalam apartemen, dilihatnya sosok wanita seksi yang hanya memakai hotpants berwarna hitam dengan t-shirt tanpa lengan berwarna putih tengah menikmati camilan keripik kentang sambil menonton film Drakor terbaru yang lagi trend di Korea dengan judul My Rommate is a gumiho.
Zelyn membulatkan kedua matanya saat melihat adegan yang menurutnya sangat vulgar, yaitu, tokoh utama pria tengah mencium bibir tokoh utama wanita.
"Astaga, Yessy. Kamu suka banget menonton film vulgar setiap hari. Masa setiap aku ke sini, selalu kamu ajak nonton adegan kissing."
Yessy masih fokus melihat adegan yang membuatnya juga ingin melakukannya, bahkan saat ini ia tidak menanggapi rengutan dari Zelyn. Hingga bahunya yang ditepuk dari samping oleh Zelyn dan saat adegan kissing sudah selesai, ia baru menoleh pada sahabatnya yang tengah duduk di sebelah.
"Kamu terlambat tiga puluh menit, Zelyn. Memangnya kamu dari mana?"
"Astaga, aku ngomong apa, malah kamu bilang apa," keluh Zelyn yang mengambil snacks keripik kentang di tangan sahabatnya dan langsung memasukkan ke dalam mulut. "Aku sedang sangat kesal karena bertemu dengan bocah edan."
Yessy hanya terbahak saat melihat wajah lesu Zelyn. "Baru kali ini kamu mengeluarkan bahasa kasar dari daerah orang tuamu. Berarti kamu benar-benar sangat kesal hari ini. Kalau begitu, kita nonton saja film-film Drakor romantis yang ada adegan kissing biar kamu belajar bagaimana cara berciuman yang benar. Agar tidak malu-maluin saat malam pertama nanti," ejek Yessy yang sudah memutar ulang film saat adegan berciuman.
Zelyn mengarahkan tangannya untuk mencubit lengan Yessy. "Sialan, kamu Yes. Aku ke sini ingin mencari penghiburan, tetapi kamu malah membuatku semakin kesal saja. Jangan membahas hal tidak penting itu karena bocah edan itu sudah mengataiku wanita tidak normal. Sialan, bukan!"
Bukan meringis kesakitan, yang ada malah Yessy tertawa terbahak-bahak begitu mendengar perkataan dari Zelyn. "Astaga, si bocah edan itu ganteng, nggak? Sepertinya dia bukan orang sembarangan karena berani bilang kamu tidak normal. Karena sebenarnya, aku pun berpikiran yang sama."
Zelyn mengerutkan kening dan menatap kesal sahabatnya. "Kamu juga mau bilang aku adalah wanita yang tidak normal karena belum pernah berciuman, begitu bukan?"
"Iya," jawab Yessy dengan terkekeh.
"Kamu sahabatku, bukan sih, Yes? Bukannya menghibur sahabatnya yang sedang sedih, tetapi malah ikut-ikutan mengejekku. Bukannya aku mendapat sebuah penghiburan, yang ada malah aku semakin stres." Zelyn sudah menepuk bantal sofa ke arah sahabatnya berkali-kali untuk meluapkan kekesalannya.
Yessy masih terbahak-bahak karena tidak bisa menahan diri lagi. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia merasa iri pada sahabat baiknya yang akan menikah dengan pria yang selama ini disukainya. Namun, tidak pernah meliriknya sama sekali.
Yessy menangkap bantal yang masih diarahkan ke badannya. "Maaf-maaf, Zelyn. Sekarang kamu ceritakan apa yang tejadi padamu hari ini. Aku akan mendengarkan. Siapa si bocah edan yang mengejekmu tidak normal?"
"Pria itu adalah putra dari pemilik hotel yang akan dibangun di Bali. Aku akan satu bulan bekerja bersama dengan pria yang sangat menyebalkan dan menjijikkan itu di Bali." Zelyn bergidik ngeri saat membayangkan kejadian di hotel saat kepalanya ditaruh apel dan hampir menjadi kelinci percobaan untuk menembak.
Refleks Yessy merasa tertarik mendengar cerita dari Zelyn, sehingga ia sudah menghadap ke arah sahabat baiknya yang memang terlihat sangat frustasi saat bercerita.
"Kamu serius? Berarti dia masih muda dong?"
"Memangnya wajahku terlihat bercanda? Mau dia muda atau tua, memangnya kenapa? Kamu mau?" tanya Zelyn dengan tatapan menyelidik.
"Kalau ganteng aku mau, kenalin ya."
"Boleh, dia lagi cari teman wanita. Kamu mau?"
"Mau ... mau," jawab Yessy dengan bersemangat.
"Lebih baik jangan deh, aku cuma bercanda. Karena dia pria yang sangat menjijikkan, aku tidak mau sampai sahabat baikku mendapatkan pria bejat sepertinya. Kamu tahu dia bilang apa tadi? Aku disuruh mencarikan wanita yang akan menemaninya di atas ranjang. Gila, bukan?" tanya Zelyn.
"Apa?" Astaga, jadi dia adalah pria yang suka celap-celup. Tidak jadi, aku mundur saja." Yessy mendadak mempunyai ide di otaknya.
"Aku tidak mau, pria itu buat kamu saja. Karena aku menginginkan Ardhan," gumam Yessy di dalam hati.
TBC ...