webnovel

Chapter 13

Normal Pov.

"Apa yang kau pikirkan Howard?" Tanya Helena.

"Seperti biasa."

Helena menghela nafas panjang, tuannya memang sangat senang memberi obat perangsang pada pasangan di sini. Strategi pemasaran yang aneh namun berhasil. Karena para pasangan kekasih itu merasa sangat bergairah jika menginap di hotel ini. Maka reputasi hotel ini menjadi terkenal dan banyak pasangan kekasih yang memilih menginap di sini dari pada di hotel lain.

*

*

*

Di hotel yang dipesan oleh Dimitri sebelum beralih ke love hotel. Seorang gadis berambut brunette secara mengejutkan sedang memuaskan anak buah Smith. Dia tidak tau jika hanya digunakan Dimitri untuk menghambat pengejaran anggota Blackfire. Siapa yang menyangka jika Tracy melakukan lebih dari yang Dimitri perkirakan.

Awalnya Tracy ingin menikmati kamar hotel mewah, gratis dan nyaman ini. Terlebih ia sudah mendapatkan bayaran. Di saat itulah empat orang anggota Blackfire datang. Melihat penampilan mereka yang tegas, tampan dan terlihat kuat--telah membangunkan libido Tracy yang sempat istirahat.

Dia menggoda keempat anggota Blackfire tersebut dengan sangat buruk. Mereka yang awalnya tidak menghiraukan Tracy akhirnya terjerat oleh keahliannya dalam menaklukkan pria. Akhirnya terjadilah hal yang diinginkan Tracy.

"Hari ini aku mendapatkan lebih dari yang kuinginkan. Uang dan pria. Sungguh beruntung." pikir Tracy.

Anggota lainnya yang belum mendapatkan giliran merekam kegiatan Tracy dan rekannya. Kemudian mengirimkan pada Smith yang berdiri angkuh di depan Max.

Seringai puas terukir di bibirnya yang menawan. Sambil menunjukkan rekaman adegan itu pada Max, dia menghisap cerutunya.

"Lihatlah. "

Smith yakin jika rekaman ini akan membuat Max lebih menderita. Dia akan berharap mati karena melihat gadis itu di garap anak buahnya.

"Kau melindungi gadis karena takut dia bernasib seperti inikan?"

"Kau bajingan."

"Sepertinya dia malah menikmatinya.Hahaha. Kau menyusahkan dirimu hanya untuk wanita jalang seperti itu?"

Sedangkan Max memicingkan mata untuk melihat wajah wanita yang di apit dua orang itu. Max yakin itu bukan Patricia. Tetapi wanita lain yang dia sewa sesuai instruksi Dimitri. Diam-diam Max bersyukur dan menertawakan Smith yang lengah dan mengira Tracy adalah Patricia.

"Benar aku memang bodoh." Max tersenyum sinis.

Dia harus pura-pura terlihat terluka agar Smith tidak curiga. Dirinya tidak bisa membayangkan betapa marahnya Max jika tau wanita itu bukan Patricia.

'Kau yang bodoh, Smith. Pemimpin menyedihkan yang hanya menggunakan kejantananmu untuk berpikir.' batin Max. 'Sudah kuduga kau tidak ada apa-apanya jika tidak berada di bawah perlindungan ketiak Axton, ' lanjutnya dalam hati.

'Tinggal menunggu waktu dimana kau akan tergulung oleh bukti yang di bawa Dimitri. Saat itu tiba maka ratusan gadis yang sakit hati karena perbuatanmu akan menginjakmu.'

***

Di sisi lain, Axton yang mendengar kabar itu dari anak buahnya hanya terdiam menatap kayu didepannya. Pandangannya lurus ke arah kayu yang berjejer di depannya. Sebuah pedang panjang berada di tangannya. Dia tampak menawan dengan rambut terurai.

Zziiing

Sepuluh kayu itu terbelah dalam hitungan detik secara bersamaan. Tidak ada yang melihat gerakan tangan Axton karena kecepatan yang begitu tinggi.

'Ini aneh...' batin Axton.

'Semua ini terlalu janggal. Tidak mungkin Dimitri meninggalkan Patricia yang merupakan objek dari transaksi itu di hotel begitu saja. '

"Di mana rekamannya? "tanya Axton.

"Godfather Smith membawanya, saat ini dia sedang berada di gudang selatan untuk mengawasi pengiriman senjata. "

"Lalu dimana gadis yang ada dalam rekaman itu sekarang?"

"Dia berada di dalam kasino. "

Axton menyerahkan pedangnya pada wanita yang duduk bersimpu di pojok ruangan latihan. Tangannya mengambil senjata api yang terbuat dari logam mulia.

Dor.

Dor.

Dor.

Patung berbentuk manusia yang terletak tidak beraturan terdapat lubang tepat di tengah. Kemampuan yang luar biasa dari seorang Godfather.

"Lanjutkan pencarian keberadaan Dimitri. Terus selidiki kegiatan yang dilakukan Max setelah transaksi antara Smith dan Dimitri. "

"Baik. "

Axton melepas jubahnya di bantu oleh kedua pelayan wanita yang bersiap dari tadi. Gerakan mereka yang lemah gemulai seperti kupu-kupu menandakan jika mereka terlatih dengan baik.

"Panggil Smith ke tempatku. "

Salah satu pelayan berdiri, " Baik. "

****

Patricia hampir merasakan jantungnya meledak. Pemicunya adalah pria dewasa yang sedang melatih tubuhnya di balkon kamar hotel.

Dia berkeringat, basah dan seksi. Sebuah godaan yang mampu menimbulkan keributan besar pada wanita yang di lewatinya. Sekarang Dimitri yang hanya menggunakan celana panjang berhasil secara brilian menarik atensinya pada sesuatu yang terlihat jantan.

'Mengapa Max mengirim dewa seks ini. Seharusnya dia mengirim pria yang tidak terlalu tampan. '

Sedangkan pria yang diamati itu tidak menperdulikan tatapan sang gadis. Pikirannya masih berkutat pada rencana selanjutnya.

Dimitri menyadari jika saat ini tengah melakukan perang taktik dengan Axton. Seperti yang Dimitri tau, Axton ahli dalam strategi dan dia juga haker profesional.

'Aku harus segera membawa gadis itu ke tempatnya. '

Dimitri menoleh ke arah Patricia. 'Wajahnya memerah? Apa itu karena tubuhku? '

Dimitri mengamati tubuhnya yang penuh bekas luka. Mereka justru terlihat mengerikan dan jauh dari kata luar biasa.

'Mungkin dia terpesona dengan tubuhku karena tidak melihat bekas luka yang mengerikan ini. '

Dimitri mendesah, gadis itu seharusnya beristirahat.

"Aku akan berterimakasih jika kau memilih tidur dari pada melototiku? "

Glek.

Ucapan dari Dimitri membangunkan Patricia dari rasa terpesona. Ditegur seorang pria karena tidak sopan adalah hal memalukan.

"Maaf, aku-aku... Baik, aku akan tidur. "

Wajah cantik itu seolah kehilangan uang sejuta dolar. Dia nampak menyesal tidak bisa memanjakan matanya dengan pemandangan bagus. Bagaimana tidak, pria itu berotot, berkilau tertimpa cahaya. Sinar matahari yang mulai surut memberikan efek warna keemasan pada tubuh Dimitri.

Baru pertama kali, Patricia merasakan jantungnya berdetak lebih kencang. Tubuhnya mendamba pada pria yang berada di balkon. Sebesar apapun dia berusaha menepis keinginannya untuk memandang Dimitri, nyatanya hatinya tidak bisa berbohong. Hal itu diekspresikan oleh tubuhnya secara langsung.

Secara tidak sadar, mata hijau Patricia tetap mengarah pada Dimitri. Melemparkan tatapan memuja yang terselip sorot kasih sayang di dalamnya.

'Mr Dimittri, bagaimana aku bisa hidup tanpamu. Aku sudah terlalu terbiasa denganmu. '

Perlahan mata Patricia tertutup. Dia terlelap begitu cepat tanpa ia sadari. Kelelahan mengambil kendali tubuhnya yang masih ingin memuja Dimitri. Patricia yang hidup hanya untuk menari di club Max, akhirnya merasakan sebuah perasaan manis yang diselingi rasa sakit yang indah.

Tbc.