webnovel

Nabastala Cinta

作者: ALWA1196
现代言情
連載 · 6.9K 流覽
  • 5 章
    內容
  • 評分
  • N/A
    鼎力相助
摘要

Aiden Pramasatya Dimitri adalah salah satu editor di platform novel online yang saat ini sedang booming seantero negeri, Cassie Novel itu namanya.  Dunia yang Aiden tekuni saat ini sangatlah berbanding terbalik dengan apa yang menjadi dunia keluarganya. Ya, sejak awal memang dia telah beda sendiri.  Perjalanan panjang Aiden akhirnya mengantarkan dia pada pertemuan kembali dengan wanita yang telah diam-diam mencuri detak jantungnya saat dia masih berseragam putih abu-abu. Di adalah Gianira Savira Utami.  Keduanya bercimpung dalam satu atap yang sama. Nira sebagai penulis dan Aiden sebagai editor yang menangani naskah Nira.  Jika pergi menjadi pilihan terbaik, maka cobalah untuk mengerti. Jika memang ditakdirkan untukmu, percayalah suatu saat pasti akan kembali untukmu. 

Chapter 1Mahar Untuk Nira

"Kamu yakin mau resign, Ra?" tanya lelaki yang saat ini sedang menatap Nira dengan sangat lekat. Dia adalah Wahyu Adi Kencana, yang tak lain dan tak bukan adalah calon suami dari Gianira Savira Utami. 

"Kamu yang memintaku untuk resign, lalu kenapa justru kamu yang ragu dengan ini semua, Mas?" Bukannya menjawab apa yang menjadi pertanyaan dari Wahyu, Nira justru balik bertanya yang pada akhirnya membuat Wahyu hanya geleng-geleng kepala mendengarnya. 

"Okay … you're the winner, Honey!" Mendengar apa yang dikatakan oleh Wahyu, Nira hanya bisa menarik sebelah ujung bibirnya membentuk senyum durjana. Tidak sulit memang untuk Nira bisa menang dalam berdebat dari Wahyu, karena dia kalau dirinya adalah prioritas tertinggi dari lelaki itu. 

"Ya, ada baiknya memang kamu berhenti saja untuk bekerja karena kamu itu tulang rusuk bukan tulang punggungku." Gombalan yang selalu diulang oleh Wahyu, tapi menjadi candu terbaik untuk Nira dengarkan. 

"Ra …." Panggilan dari Wahyu kembali membuat Nira saling beradu pandang pada pria yang memiliki pandangan super teduh itu. 

"Makasih ya, sudah mau bertahan ama aku. Padahal aku jarang banget loh ada waktu untuk kamu," kata Wahyu dengan nada yang dia buat sesendu mungkin. 

"Mas … memangnya sibuknya kamu yang mana sih yang nggak aku mengerti, hah?" tanya Nira dengan nada  yang terdengar sangat jelas. Tanpa ada ragu sedikit saja di dalam hatinya. Dan Wahyu saat mendengar hal tersebut merasa tertampar dengan sangat hebatnya. 

"Maaf," cicit Wahyu dengan nada yang dia buat sesendu mungkin. Kedua tangan milik Nira lalu terulur untuk mengelus pipi milik pria yang sebentar lagi akan hal untuknya. 

"Kamu kerja untuk aku, untuk kita, jadi atas dasar aku tak memaklumi hal tersebut, Mas?" tanya Nira dengan kedua manik matanya tak barang sekejap saja berpaling dari dua netra pekat milik Wahyu. 

Tanpa menunggu untuk waktu yang lebih lama, Wahyu lantas membawa Nira untuk masuk ke dalam dekapannya mengunci dengan sangat rapat tubuh ringkih wanita tersebut, wanita yang namanya terukir dengan sangat indah di relung hati miliknya. 

"Ra … aku tidak tahu kebaikanku yang mana yang sedang Tuhan balas sehingga menghadirkanmu sebagai satu-satunya tempatku untuk berhenti." Mendengar apa yang dikatakan oleh Wahyu, Nira semakin menenggelamkan wajahnya di dalam dada bidang milik pria beraroma maskulin itu. 

"Sama aku terus ya, Mas. Jangan tinggalkan aku, kita ukir cerita jatuh cinta terbaik yang pernah ada. Tumbuh dan melegenda bersamaku," pinta Nira pada Wahyu. Menghirup dalam-dalam aroma parfum milik Wahyu, yang selama ini menjadi candu terbaik untuk dirinya. 

"Aku mencintai kamu, Gianira Savira Utami sampai matahari menyelesaikan tugasnya dengan baik." Satu kecupan hangat dan juga penuh dengan cinta Wahyu daratkan di kening Nira sesaat setelah mengikrarkan hidupnya hanya untuk wanita itu. 

"Sayang … kamu mau mahar apa?" tanya Wahyu pada Nira. 

Nira tidak lekas menjawab apa yang  menjadi pertanyaan dari Wahyu, dia butuh jeda untuk bisa memahaminya dengan sangat baik. 

"Yang tidak memberatkanmu, tapi juga tidak merendahkanku, Mas!" Wahyu tampak kesulitan untuk bisa menelaah dengan baik apa yang apa dikatakan Nira barusan. 

"Memangnya ada mahar yang seperti itu?" tanya Wahyu dengan menggaruk keningnya yang tak gatal sama sekali, itu hanya bentuk spontanitasnya saja. 

"Ada," jawab Nira dengan sangat mantap tanpa ada ragu yang saat ini sedang menyelimuti hatinya. Sayangnya Wahyu belum bisa menelaahnya dengan sangat baik. Semua yang Nira katakan masih ambigu di dalam benak milik Wahyu. 

"Apa?" tanya Wahyu yang pada akhirnya memilih untuk menyerah dalam memahami apa yang ada di dalam benak milik Nira. Jika ada yang sulit untuk Wahyu jawab maka itu adalah Nira dan semua keinginan abstraknya. 

"Aku mau kamu memberikan aku mahar, bacaan Surah Yusuf." Rahang bawah milik Wahyu sontak saja terbuka dengan sangat dalam saat mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Nira. 

"Surah Yusuf? Are you sure?" tanya Wahyu dengan menghunuskan tatapan penuh pada Nira. Dia butuh penjelasan tentang ini semua. Iya, Nira memang terlalu abu-abu untuk Wahyu yang hidupnya penuh dengan banyak sekali warna,  tidak melulu tentang hitam dan juga putih. 

"Apakah aku terlihat seperti orang yang sedang bercanda, Mas?" Bukannya menjawab apa yang dipertanyakan oleh Wahyu, Nira justru balik bertanya dengan tatapan yang sangat tegas. Tidak hanya itu, bahkan rahang bawah milik Nira pun tampak mengeras saat berkata seperti itu pada Wahyu. 

Tanpa Wahyu tahu setan dari mana yang saat ini memegang kendali atas dirinya dia lantas menggelengkan kepalanya dengan sangat kuat sebagai tanda kalau saat ini dia ikut baiknya Nira. 

"Tapi kamu jelaskan ke Mas kenapa harus Surah Yusuf? Karena notabenenya wanita itu meminta surah Ar-Rahman bukannya surah Yusuf." Kali ini apa yang dikatakan oleh Wahyu dapat diterima dengan baik oleh Nira, sehingga tak ada lagi kalimat keberatan yang terlontar dari kedua bibir ranum miliknya. 

"Kenapa harus Surah Yusuf, ya?" 

"Kamu ingin punya suami setampan Nabi Yusuf begitu?" Nira lantas menggelengkan kepalanya, bukan itu alasannya. 

"Bukan itu, Mas!" jawab Nira dengan hati yang terlihat sangat mantap ada keraguan yang mengikutinya. 

"Lalu apa?" 

"Aku meminta kamu untuk memberikanku mahar Surah Yusuf bukan karena aku ingin suami yang memiliki paras setampan Nabi Yusuf, tidak sama sekali."

"Aku ingin mahar Surah Yusuf karena aku ingin suamiku kelak memiliki keteguhan hati layaknya Nabi Yusuf saat dia dihadapkan oleh ujian bernama wanita." 

"Pria bisa lolos dengan sangat mudah dari ujian harta dan juga tahta, tapi sangat sedikit sekali pria yang bisa lolos dari ujian wanita." 

"Dan aku mau kamu menjadi  bagian dari yang sedikit itu, Mas!" 

Mendengar kata per kata yang terlontar dari kedua bibir ranum milik Nira, dengan sangat cepatnya Wahyu lantas menyunggingkan senyum renjana khas dirinya. Alasan yang selalu membuat Nira jatuh cinta berulang kali pada orang yang sama. 

"Ra … Tuhan itu baik, ya?!" kata Wahyu dengan nada yang terdengar sangat lembut di telinga milik Nira. 

Nira hanya diam bukan karena tidak ingin menjawab apa yang dikatakan oleh Wahyu, tapi dia cukup peka kalau apa yang prianya itu katakan belumlah mencapai titik finalnya. 

"Tuhan baik, karena telah menjadikan kamu sebagai tempat sebaik-baiknya aku untuk berhenti. Bahagia terus sama aku ya, Ra. Karena kadang rindu sulit untuk diajak berkompromi." 

"Ra, kamu tahu nggak kalau aku ini sudah terkunci dengan rapat." Sebelah alis milik Nira terangkat dengan sangat baik, itu sudah lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa Nira tak dapat menelaah apa yang dikatakan oleh Wahyu. 

"Terkunci? Terkunci bagaimana?" tanya Nira sambil memperlihatkan raut wajah polosnya.

"Aku terkunci di hati wanita bernama Gianira Savira Utami. Aku tidak lagi bisa yang pergi, karena tempat aku untuk pulang  hanya kamu."

你也許也喜歡

Pernikahan Elite Penuh Cinta: Suami Licik, Istri Manis Penyendiri

Wen Xuxu adalah seorang wanita ulet, berbakat, cerdas dan berani yang diasuh oleh keluarga Yan pada usia empat tahun ketika dia kehilangan kedua orang tuanya. Dibesarkan untuk menjadi penerus konglomerat besar, Yan Rusheng adalah seorang pria penyendiri, cerdas dan sombong yang merupakan seorang bujangan paling dicari di ibu kota. Meskipun tumbuh bersama, keduanya seperti saling memperlakukan dengan buruk. Wen Xuxu mengecap Yan Rusheng sebagai seorang yang berengsek dan penakluk wanita, sementara di mata Yan Rusheng, Wen Xuxu adalah seorang wanita pemarah. Seiring waktu, mereka saling jatuh cinta, tetapi mereka tetap menyembunyikan perasaan mereka satu sama lain. Karena sebuah nasib, mereka dipaksa untuk menikah. Dan tidak diketahui oleh orang lain dan Yan Rusheng, Wen Xuxu telah menyembunyikan rahasia yang mendalam selama bertahun-tahun .... Kata kunci: Kekasih masa kecil, Penakluk Wanita, Penyendiri, Belahan Jiwa, Pernikahan Paksa, Anak Yatim, Sekretaris Adegan Manis: Tiba-tiba, Wen Xuxu mengulurkan tangannya untuk mencengkeram dan menarik pergelangan tangan Yan Rusheng dengan paksa. Yan Rusheng tertangkap basah dan dia kehilangan pijakannya. Dia jatuh di tempat tidur dan kemudian napasnya melambat. Tuan Muda Yan takut bahwa dia mungkin kehilangan kendali atas dirinya dan melakukan sesuatu pada Wen Xuxu ... wanita yang dibencinya. Oleh karena itu dia buru-buru mengangkat kepalanya. Tetapi dia belum sempat bergerak menjauh ketika Wen Xuxu mengulurkan tangan dan melingkarkannya ke leher Yan Rusheng. "Jangan pergi."

Wei yang · 现代言情
4.6
1998 Chs

評分

  • 全部評分
  • 寫作品質
  • 更新穩定度
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景
評論
哇! 如果您現在填寫評論,您將會是第一個評論的人!

鼎力相助