webnovel

MILO(Akmil dan Akpol ku)

Seorang Gadis yang masih duduk dibangku kelas 11 yang enggan memikirkan percintaan, terpaksa dijodohkan dengan lelaki berumur 23 tahun yang bersekolah di Akademi Militer. Namun dibelakang itu gadis itu memiliki hubungan special dengan adik lelaki nya, yang merupakan seorang Taruna yang bersekolah di Akademi Kepolisian. Kisah percintaan gadis ini tak selancar jalan tol, ia harus menyaksikan segala hal di umur nya yang masih beranjak dewasa. Gadis kecil ini menatap lampu kota dan berkata, "berat banget ya kalo disuruh pilih dua orang dalam satu waktu, " Lelaki berbadan tenggap menjawabnya, "Lebih berat push up 200 kali karena telat," Gadis itu langsung memalingkan Wajahnya, "Tapi kan kalo push up buat kurus kalo kangen? Buat tambah sakit hati!" "Yaudah ga usah kangen.."

Orcabear37 · 青春言情
分數不夠
61 Chs

Bagian Tujuh: Bersamping tapi tak segenggam

Perjalanan masih diawalan namun, tiba-tiba ada telpon masuk ke handphone Vania dan memotong canda tawa Vania dan Wildan. 'Kringgggg',

"Siapa Van?" Tanya Wildan menoleh ke arah Vania,

"Bentar..." Vania meliat ke layar handphonenya, "Kak rizal ?" Batin Vania,

"SiapaVan? Van?" Tanya Wildan yang melihat Vania terdiam,

"Kak Rizal.." Vania langsung mengangkat telpon nya.

Sambungan telpon langsung dimulai dengan suara Vania "Assalamualaikum..."

"Walaikum, Vania.."  Suara Rizal yang sedikit serak, mungkin baru selesai latihan?

"Yaa...?"

"Kamu dimana?" Tanya Rizal berbeda dengan ekspetasi Vania,

"Diluar kak..kenapa?"

"Sama?" Ucapan Rizal selalu singkat singkat, 

"Kak Wildan, kak.."

"Wildan? Mau kemana kalian?" Kali ini suara Rizal sedikit tinggi?

"Masih belum tau kak..." Vania melirik ke arah Wildan, dan dibalas Wildan hanya mengangkat alis kirinya.

Sambungan telpon itu hening beberapa menit, "Van!" Rizal menaikan nada bicaranya kembali,

"Iya kak?" Vania melembutkan nada bicaranya,

"Kasih handphone-nya ke Wildan," 

"Ahh iya iyaa..." Vania langsung merubah Mode telpon menjadi speaker dan mengarah kan ke Wildan.

"Halo!" Wildan yang memulai percakapan,

"Luh mau ngajak Vania kemana?" Tanpa basa basi Rizal langsung saja ke point utamnya, 

"Cuman nyari makan aja," Jawab Wildan sedikit dingin,

"Gausah aneh-aneh, jagain dia!" Sebelum Wildan menjawab lagi Rizal langsung melanjutkan kalimatnya "Gua yakin sama lu, gua titip dia.."

"Iyaa bang...tenang kenapa sih aman kok!" Wildan seakan meyakin kan Rizal,

"Mana Vania?" Tanya Rizal sebelum menutup Telpon, Vania mematikan Mode speaker dan kembali menaruh ponsel dikupingnya.

"Ya kak?" Vania langsung menjawab sahutannya,

"Van dua hari lagi ditunggu ya.."

"Hah?"

"Udah dulu yaa, lagi pada nonton ga enak kalo sambil telponan..."

"Bentar maksud 2 hari lagi apa kak..?"

"Entar kamu juga tau kok.."

"Ta-tapi koman-"

'Tutttt..'

Oke sambungan telpon sudah dimatikan oleh Rizal. Darah Vania seekan naik, kesal rasanya diawal dibuat serasa di perdulikakan seketika diakhir dengan penasaran ditambah sambungan telpon di matikan tiba tiba.

Bentar bentar...Vania tadi menyebutkan "komandan" kan, Yang pasti Wildan mendangar ucapannya tadi.

Vania melihat perlahan ke arah wajah Wildan yang sedikit berubah, tak ada senyum nya hanya wajah datar saja.

Wildan menyadari jika Sambungan sudah terputus berarti keadaan kembali normal, "Aduhh pacarnya ngapel pagi pagi nih.." sahut Wildan tak melihat kek arah Vania, dan hanya fokus melihat ke arah jalan.

"Ihh orang kak Rizal sama kaya Kak Wildan aja kok.." Balas Vania menjelaskan,

"Masa sih Van?" Wildan menyaut kembali,

"Iyaa sumpahh!" balas Vania menegaskan pernyataannya,

"Masa sih orang bang Rizal sampe segitunya? tanggal berapa kalian jadian?" Ini Wildan kenapa langsung emosi, kan Vania berbicara baik-baik,

"Ihhh apan sihh kak.." Jawab Vania dengan nada kesal, "Iya iya percaya temenan doang..." Sepertinya Wildan menyadari ia terlalu kasar dengan omongannya,

"Katanya sih temen tapi Rizal sampe segitu ke Vania.." batin wildan.

Perjalanan sedikit menjadi beku, Bincang bincang mereka pun berkurang, hanya obrolan singkat antara mereka,

Sampai disalah satu cafe dibandung COCORICO, cafe dengan pemandangan kota yang memanjakan mata sekali.

"Ini tempat nya kak?" Tanya Vania sambil melihat bangunan cafe,

"Iya...yuk masuk kedalem," Ajak Wildan.

Yang baru turun dari kursi supir,

Mereka berdua masuk ke dalam cafe. Dengan tangan yang hanya berdekatan bukan pegangan,

"Diatas aja ya.." Ajak Wildan menaiki anak tangga. "Untuk berapa orang Kak?" Tanya pelayan, "Dua mbak," Wildan melihat lihat ke area kursi kursi

"Mau no smoking atau smoking area kak?" Pelayan itu menujuk ke arah luar dan area dalam cafe. "Diluar aja mbak.." Jawab Wildan sambil jalan ke arah luar cafe,

"Bisa disini kak, oh iya mau langsung order atau..."

"Mau liat menu dulu ya mbak," jawab Wildan menarik kursi untuk duduk,

"Baik kak.." pelayan sudah meninggalkan mereka berdua.

"Mau makan apa Van ?" Wildan melihat-lihat buku menu yang di tinggalkan pelayan di atas meja,

Vania hanya terdiam sambil melihat area mereka duduk dengan tatapan jenuh, "Van.." Wildan memanggil Vania.

Vania langsung menyadarkan dirinya dari lamunan "Ehh iya kak kenapa?"

"kamu kenapa?"

"Eh gapapa kok kak.." Vania hanya berbicara singkat.

"Ga enak sama Rizal ya?" Wildan menggunakan nada bicara yang pedas, seperti menyindir.

"Ihh apan sih kak, ga lah.."

"Kenapa Van..." Wildan masih berusahan membuka topik,

"kenapa kakak milih tempat yang diluar?" Vania langsung melemparkan pertanyaanya.

"Soalnya diluar lebih bagus buat foto- foto" Wildan hanya menjawab santai,

"Masa...."

"Waitttt i know what u thing, pasti kamu kira aku mau ngerokok ya?" Wildan langsung menebak dan ya langsung tepat pada sasarannya.

"EH...GA KOK!!" Wah sepertinya Wildan mencium apa yang Vania pikirkan,

"Hayoo jujur.." Wildan mengangkat alis kirinya seperti menakuti Vania.

"Emang kak Wil ngerokok?"

"Engga, dirumah ga boleh ada yang ngerokok..." Wildan langsung menjawab dengan jawaban tepat sasaran lagi,

"Bener nih?" Vania menatap Wildan Sinis.

"Hahahahah bener lah, emang ada apa Van?" Wildan masih terkekeh kekeh,

"Ga suka cowok ngerokok, ga suka asepnya sih lebih tepat.."

"Hahahha tenang tenang aku ga ngerokok.." Wildan masih terkekeh, "Eh mau pesen makan ga?" Mereka sampai lupa tujuan awal mereka pergi ke sini.

"Boleh boleh.." Vania membuka buku menu,

"Mbakk!" Wildan memanggil pelayan, Mereka berdua memesan makan, dan 10 menit kemudian makanan sudah datang.

"Mau foto-foto ?" Tanya Wildan yang masih mengunyah makanannya,

"Mau sih tapi mendung, jadi nya kalo difoto pasti ga bagus.."

"Ga ah aman kok..malah lagi bagus spotnya," jawab Wildan

"Pengen tapi mager," Jawab Vania dan menekuk bibirnya dan membuat bibirnya yang tebal menjadi manyun,

"Hahahha yaudah," Wildan terkekeh melihat tingkah orang didepan nya in. Jangan Tanya bibir yang ditekut Vania berhasil membuat pipi lelaki dihadapanya memerah bak tomat yang baru matang,

Bunyi notif chat yang masuk ke ponsel Vania sedikit terdengar ke kuping Wildan, dengan Cepat Vania menarik Ponsel di meja.

Group bernama 'Udah pada punya pacar kecuali Vania' yang pertama muncul di layar ponselnya. Ah ini pasti kerjaan group tak

Berakhlak nih,

Group

Nissa bawel:

guys minggu jadikan ? Jangan lupa bawa pacarnya masing masing

Off

Vania baru ingat jika minggu ia memiliki jadwal bertemu dengan teman-temannya berserta dengan pasangan masing-masing, kecuali Vania.

"Lah baru inget" sontak Vania yang masih menatap layar,

"Kenapa Van?" Tanya Wildan yang kaget melihat Vania terkejut,

"Ah ini kak..aku hari minggu mau keluar...."

"kemana?" Langsung memotong omongan Vania,

"Ke paskal kayanya kak"

"Ouhhhhh, mau aku anterin?"

Jreg jreggg...akan kah Wildan mengantar Vania dan bertemu dengan teman teman Vania??

Mereka hanya menghabiskan 20 menit di cafe dan sisanya Vania mengajak Wildan ke tempat lain yang sudah dia janjikan.