webnovel

Master Devil - 2

Adellia menggeliatkan tubuhnya kesamping, namun anehnya yang Ia rasakan seperti ada sesuatu yang menahan kedua tangannya dan juga kakinya, membatasi pergerakan tubuhnya. Adellia mencoba membuka kedua kelopak matanya dengan perlahan, Rasa sakit dibagian kepala di rasakan Adellia, saat Ia ingin menyentuh kepalanya dengan tangan kanan-nya, lagi Adellia sama sekali tidak bisa melakukannya.

Setelah berhasil membuka kedua mata nya dengan susah payah, Adellia terkejut melihat kedua tangan dan juga kakinya yang dengan kondisi terikat di pilar tempat tidur, Adellia merasa takut ketika Ia baru sadar jika kamar yang Ia tempati sekarang bukan lah kamarnya yang ada di rumahnya.

Adellia berusaha melepaskan ikatan tali yang mengingat kedua tangannya, bukannya lepas melainkan kedua tangannya menjadi merah karena Ia memaksa membuka tali tersebut dari tangannya. Adellia juga meringis merasa perih di pergelangan kakinya.

Dia masih berusaha menggerakkan kedua tangannya berharap tali yang mengikat kedua tangannya itu segera terlepas, Namun tiba-tiba pintu kamar tersebut terbuka menampilkan sosok pria tampan tanpa menggunakan pakaian atas yang hanya menggunakan celana panjang memasuki kamar tersebut, pria itu bersandar di dinding ruang kamar tersebut sambil memperhatikan Gadis yang menatapnya terkejut.

"Apa yang sedang kau lakukan, Sweety?" tanya Pria itu tersenyum miring yang tidak lain adalah Max, Ia berjalan mendekati Adellia yang mulai kembali ketakutan, Max menatap tubuh Adellia dengan tatapan tanpa ekspresi apapun yang di tunjukkan Oleh wajah tampan itu.

"Mr.Axzwall tolong lepaskan saya, saya ingin pulang, kedua orang tua saya akan khawatir jika saya belum kembali kerumah" Kata Adellia takut-takut menatap Max yang sudah duduk di tepi ranjang, di dekat dirinya.

"Hssttt, Kau ingin kemana Sweety? mulai sekarang rumah mu ada di sini,Bersamaku" Ucap Max berbisik di telinga Adellia dengan seksual,ibu jari dan telunjuknya Ia gunakan membelai bibir tipis Adellia, membuat tubuh Adellia bergetar ketakutan.

"Tidak, A-aku mohon Mr, lepaskan saya, saya harus kembali kerumah orang tua saya" bukan hanya tubuh Adellia yang bergetar melainkan suaranya pun mulai ikut bergetar mengikuti ritme tubuhnya karena takut.

"Jangan coba berbohong Sweety, aku tau kedua orang tua mu sudah di pindah tugaskan ke Korea" Max diam-diam tersenyum licik di sela-sela kegiatannya yang menciumi aroma rambut Adellia.

"Da...dari mana anda tau- jika kedua orang tua saya di pindah tugaskan ke sana?" Adellia berusaha menjauhkan kepalanya dari jangkaun Pria itu, membuat Max menggeram tidak suka, Ia tidak suka kesenangan-nya harus di ganggu dan Ia juga Tidak suks Ditolak.

Max menarik leher Adellia dengan paksa untuk mendekat kembali kearah wajah Pria itu, membuat gadis itu memekik terkejut, lalu Max kembali menyembunyikan wajahnya di leher Adellia, bahkan Max tidak segan-segan lagi untuk menciumi leher putih itu dengan lembut seakan itu adalah tempat favoritnya untuk sekarang. Mungkin!

"A-apa yang A-an-nda lakukan Mr?" Max menegakkan kepalanya dan menatap wajah cantik Adellia dengan tatapan dinginnya,lalu kedua tangan Max terangkat untuk membelai kulit wajah itu.

"Kau sangat cantik Sweety, dan kau juga sangat menggairahkan" Max mendekatkan wajahnya kewajah Adellia dan mengecup singkat bibir Gadis itu dengan lembut, Adellia melebarkan kedua matanya terkejut atas apa yang baru saja dilakukan seorang yang selama ini Ia anggap sebagai gurunya.

Max tersenyum sangat tipis hampir tidak terlihat saat melihat ekspresi Adellia yang sangat lucu di mata Max, membuat Max kembali mempertemukan bibir mereka, namun kali ini berbeda, karena Max tidak hanya mengecup di bagian bibir melainkan di kening Adellia.

"Aku akan membuka ikatan tali ini, tapi kau harus tenang, dan jangan memberontak" ucap Max kembali menatap Adellia dengan tatapan dinginnya, Adellia hanya menganggukkan kepalanya mengerti setelah Ia kembali dari keterkejutannya. Lebih baik menuruti kata-kata Gurunya itu dari pada harus menahan sakit di pergelangan tangan dan kakinya.

Max membuka tali yang mengikat kedua tangan dan kaki Adellia, Ia dapat melihat dengan jelas bekas kemerahan akibat tali yang mengikat kedua tangan dan kaki gadis kecilnya, Max merunduk sedikit dan mengecup pergelangan kaki Adellia yang memerah bergantian membuat Adellia lagi-lagi terkejut atas perlakuan gurunya.

"Apa ini sakit?" tanya Max lembut setelah membuka tali dari pergelangan tangan Adellia, Gadis itu menganggukkan kepalanya meng’iya’ kan pertanyaan Gurunya, sudah jelas pergelangan tangan dan juga kakinya terasa sakit karena Gurunya itu mengikatnya terlalu kuat. Pria itu kembali mengecup Pergelangan tangan Adellia dengan lembut seakan menyesali apa yang Ia perbuat dengan tangan halus Gadis kecilnya.

"Anda belum menjawab pertanyaan saya Mr!" Seru Adellia memberanikan diri, Ia penasaran bagaimana Gurunya tahu jika Kedua orang Tuanya sudah di pindah tugaskan keluar negeri Tiga hari yang lalu.

"Pertanyaan yang mana?" tanya Max menatap manik mata milik Adellia, seakan Max tidak tau pertanyaan mana yang di maksud Adellia barusan.

"Dari mana anda bisa Tahu jika kedua orang tua saya di pindah tugaskan?"

"Dimana Daddy mu berkerja?" tanya Max memutar bola matanya, Ia tidak menjawab melainkan memberikan pertanyaan kembali pada gadis itu.

“Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan Mr.Axzwall!” Kesal Adellia memanyunkan bibirnya, Max yang merasa Gemas pun kembali mengecup bibir tipis Adellia.

“Jawab Dulu pertanyaan ku, Sweety” Kedua mata Adellia saling mengerjap dengan apa yang baru saja Pria itu lakukan. Kenapa Mr,Axzwall sangat suka mengecup bibirku?.

"Axzwall Company" Adellia menggigit bibir bawahnya ketika menjawab pertanyaan dari Pria itu.

"Lalu siapa namaku?" tanya Max kembali

"Mr.Max Axzwall" jawab Adellia masih tidak mengerti.

"Jadi?"

"Apa hubungannya tempat dimana Daddy bekerja dengan Nama anda?" tanya Adellia masih tidak mengerti arah pembicaraan mereka.

Max memukul kening Adellia dengan pelan, karena melihat kepolosan atau apalah itu namanya yang mambuat Max merasa gemas dengan pertanyaan yang baru saja Adellia Lontarkan. Ia menjadi Ragu Jika Adellia adalah murid terpandai di sekolah miliknya.

"Axzwall Company adalah perusahaan milikku, Sweety!" jawab Max penuh dengan penekanan di setiap ucapannya.

Adellia awalnya hanya ber oh-ria namun beberapa saat kemudian ia menatap tajam kearah Max yang juga menatap dirinya dengan tatapan datar.

"Apa anda yang merencanakan kepergian kedua orang tua ku?" tanya Adellia penuh dengan selidik.

Max hanya menaikkan bahunya acuh, lalu Pria itu berdiri dari atas ranjang dan meninggalkan Adellia yang masih menatapnya dengan tatapan seakan meminta penjelasan yang lebih akurat lagi.

"Bersihkan dirimu, lalu turunlah untuk makan malam" setelah mengatakan hal itu Max menutup pintu ruang kamar Adellia.

Adellia menatap kepergian Gurunya, Ia menghela nafasnya dengan kesal sebelum Ia turun dari atas ranjang dan berjalan menuju kamar Mandi. Kedua bola mata Adelli berbinar ketika kedua matanya menatap setiap interior Kamar mandi itu dengan Takjub.

“Ini lebih luar dari kamar mandi di kamar ku” Gumam Adellia pada dirinya sendiri, Ia berjalan menuju Bathtub yang ada di tengah-tengah ruang kamar mandi luas itu. Ia mengelus Pinggiran Bathtub Itu dengan lembut seakan mengangumi setiap interior-nya.

Aroma bunga Lily bercampur Bungan mawar memenuhi Hidung Adellia, begitu segar. Mampu membuat Gadis itu merasa nyaman. Adellia membuka pakaiannya dengan perlahan, setelah tidak ada lagi yang menutupi tubuhnya, Adellia memasukkan satu kakinya kedalam Bathtub yang sudah berisikan Air hangat.

Air hangat memenuhi pori-pori kulit Adellia membuat gadis itu mendesah lega, “Ini sangat Nyaman” Lanjutnya menyandarkan punggungnya di sandaran Bathtub sambil memejamkan kedua matanya.

***

Max duduk di ruang kerjanya sambil tersenyum licik ketiak Ia mengingat kembali bagaimana Ia menyuruh kedua orang tua Adellia untuk pindah dari negara Amerika. Sebenarnya itu adalah cara yang halus untuk menjauhkan Adellia dari kedua orang tuanya, Agar Ia dapat membawa Adellia tinggal bersamanya dan menjadikan Adellia miliknya seorang tanpa harus ada yang menghalanginya.

Flasback

"Permisi Mr.Axzwal, ada yang mencari anda, beliau mengatakan memiliki urusan penting dengan Anda" ucap sekretaris Max setelah ia membuka pintu ruang kerja atasannya.

"Suruh dia masuk!" jawab Max tanpa memandang sekretaris nya.

"Baik Mr" setelah mengatakan hal itu Sekretaris Max menutup pintu ruangan itu kembali dan mempersilahkan seorang pria yang berpakaian serba hitam memasuki ruangan Max.

"Permisi Tuan" ucap pria itu takut-takut

"Masuk" jawab Max, lalu Ia mematikan Laptop yang sedari tadi ia pandangi.

"Ini berkas yang anda minta tuan" Pria itu menyerahkan Map berwarna hitam itu kepada Max.

Max menerima Map tersebut lalu membacanya dengan serius, setelah selesai membaca semua isi map tersebut, Max menyunggingkan senyum licik nya, membuat pria yang masih setia berdiri di hadapannya sedikit takut.

"Keluarlah, bayaranmu sudahku transfer" ucap Max datar.

"Terima kasih tuan, saya permisi" jawab pria itu lalu melenggang pergi meninggalkan ruang kerja Max.

"Panggilkan karyawan yang bernama Jake cristopher keruangan ku sekarang juga" ucap Alex kepada sekretarisnya menggunkan intercom yang ada di sebelahnya.

Tidak butuh waktu yang lama, karena Dalam waktu 15 menit suara ketukan terdengar dari balik pintu kerja Max, setelah Max mengizinkan orang yang mengetuk pintu kerjanya agar masuk, seorang pria paruh baya yang berpakaian khas seorang karyawan biasa pun berjalan kearahnya.

"Permisi Mr.Axzwall, apa anda memanggil saya?" tanya pria paruh baya itu dengan wajah pucat nya .

"Duduklah" Suruh Max menatap pria paruh baya itu dengan tatapan dinginnya.

"Apa saya telah melakukan kesalahan Mr?" tanya pria paruh baya itu takut-takut.

"Tidak. Jake cristhopher sudah berapa lama kau bekerja di perusahaan milikku?"

"kurang lebih sudah lima tahun Mr" jawab Jake,daddy Adellia.

"Baiklah, mulai hari ini kau akan saya pindah tugaskan di salah satu cabang perusahaan ku yang ada di Korea, kau akan aku angkat sebagai Manager keuangan mengingat kinerjamu selama ini sangat bagus" ucapan spontan Max membuat Jake terkejut. Pria itu bahkan tidak perlu basa-basi untuk cepat-cepat mengusir Pria paruh baya itu.

"Maafkan saya Mr, bukannya saya tidak mau menerima penawaran anda, hanya saja saya tidak bisa, saya akan bekerja disini saja Mr menjadi karyawan biasa" mendengar jawaban yang di lontarkan Jake membuat Max mengepalkan kedua tangannya yang ada diatas pahanya.

"Kenapa kau menolak tawaran saya Mr.Cristopher?" tanya Max menahan emosi yang ingin keluar dari dalam dirinya.

"Saya memiliki seorang Putri yang masih sekolah di sini Mr, dan saya tidak mungkin meninggalkan putri saya di sini sendirian Mr" jawab Jake mengutarakan Alasannya.

"itu tidak bisa di jadikan alasan Mr.Cristopher dan kau tau pasti jika saya tidak suka ada yang menolak perintah saya!" ucap Max menatap Jake dengan tatapan tajamnya.

“Tapi-“

“Terima tawaran saya atau keluar dari perusahaan saya!” Jake terkejut mendengar pilihan yang di berikan Bossnya itu. Lagipula mengapa Bossnya itu bersikeras agar dirinya yang pergi, jika di fikir-fikir lagi masih banyak karyawan yang lebih lama dan juga lebih berpengalaman dari dirinya.

"Baiklah tuan, saya dan keluarga saya akan pindah ke kora, dan saya juga akan mengurus surat kepindahan sekolah putri saya" jawab jake,itu lebih baik dari pada harus di pecat dari perusahaan besar itu. Jika Ia di pecat bagaimana dengan anak dan istrinya nanti. Tanpa di sadari Jake raut wajah Max yang awalnya datar kini menampilkan raut wajah Emosi.

Max mengepalkan kedua tangannya sampai buku-buku jarinya memutih, mendengar Jake ingin membawa putrinya membuat sesuatu dalam diri Max memberontak ingin keluar, Ia tidak akan membiarkan Jake membawa Adellia menjauh darinya, Adellia miliknya,milik seorang Max Azxwall.

"Kau tidak perlu mengurus surat kepindahan putrimu, biarkan saja putrimu menyelesaikan sekolahnya disini, lagi pula putri anda bukan anak kecil lagi, putri anda sudah dewasa dan seharusnya anda sudah membiasakan putri anda untuk hidup mandiri" ucap Max panjang lebar setelah ia berhasil mengendalikan emosinya.

Jake sempat tertegun mendengar jawaban Max yang panjang,yang Ia tau BOS nya ini sangat pelit dalam berbicara dan sangat tidak mau membahas hal yang tidak penting sama sekali, dan lihatlah BOSnya saat ini berbicara panjang lebar hanya membahas tentang putrinya.

"Tidak perlu berfikir lagi Mr.Cristopher, pergilah pulang dan kemasi semua barang-barangmu, tiga jam lagi kau akan berangkat" ucap Max.

Jake hanya mengaggukkan kepalanya menyetujui perkataan Max tanpa curiga seditpun,Jake pun izin kepada Max untuk kembali kerumahnya mengemasi semua barang yang akan ia bawa bersama istrinya tanpa membawa putri kesanyangan mereka.

flasback on

Max menaikkan tatapannya menatap langit-langit ruang kerjanya sambil tersenyum bangga mengingat bagaimana rencana yang Ia susun berhasil tanpa ada catat sama sekali.

"Kau akan menjadi milikku selamanya Sweety " gumam Max tersenyum miring.

Max menghembuskan Nafasnya, Dan kembali memeriksa beberapa dokumen miliknya yang ada diatas meja kerjanya. Dengan Telaten Max mengerjakan semua berkas-berkas itu, untung saja Mood nya saat ini sedang bagus, jika tidak sudah di pastika semua berkas-berkas hanya akan menjadi seenggok sampah yang tidak berguna.

***

Adellia Menatap bayangan dirinya yang ada di balik cermin yang berukuran besar yang berada di dalam kamar tersebut, Adellia tersenyum melihat penampilan dirinya yang memakai Gaun rumahan berwarna putih polos.

"Cantik" Guman Adellia menilai penampilannya malam ini, Namun seketika senyum yang sedari tadi menghias wajahnya seketika sirna ketika Ia mengingat sekarang Ia ada di rumah yang menurutnya Orang asing.

"Sepertinya aku harus kembali kerumah, Aku takut nanti Ia melakukan hal yang aneh padaku" guman Adellia kembali pada dirinya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu dari luar membuat Adellia hampir melompat dari kursi meja rias karena terkejut.

"Nona, Tuan memanggil anda untuk segera turun untuk makan malam" panggil seseorang dari luar pintu kamar Adellia. Yang di yakini Adellia adalah seorang Maid atau pelayan di Rumah besar ini.

"Aku akan segera Turun" Jawab Adellia, Ia dapat mendengar langkah Maid tersebut menjauh dari pintu kamar. Adellia menghembuskan nafas nya sebentar lalu melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar, Saat Adellia menuruni anak tangga Ia dapat melihat Pria yang berpakaian santai duduk manis di atas meja makan.

"Kemarilah" Panggil Max ketika menyadari Adellia berjalan mendekati-nya.

"Terima kasih" Ucap Adellia kepada Max karena Pria itu menarik Kursi untuknya di dekat kursi milik pria itu.

"Makan lah" suruh Max membuat Adellia menatap pria yang ada di hadapannya dengan bingung.

"Makan Adellia" ulang Max, namun kali ini Pria itu menatap Adellia dengan tatapan tajamnya, membuat Adellia mengaggukkan kepalanya dengan cepat tidak mau membuat Gurunya marah.

Maid yang berdiri di sebelah Max bergerak menyajikan makanan ke piring Max, sedangkan Pria itu hanya diam memperhatikan wajah bingung Adellia yang sibuk memperhatikan banyaknya Makanan di atas meja makan.

“Ada apa? Apa kau tidak menyukai makanan nya? Tanya Max menyelidik.

“Hah? Ti..Tidak Mr, saya menyukai makananya. Hanya saja saya heran mengapa begitu banyak makanan disini?” Tanya Adellia dengan tatapan bingungnya, membuat Max gemas sendiri di buat oleh tingkah Adellia.

“Apa sebelumnya di keluargamu tidak seperti ini?” Tanpa sadar Adellia menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan Max.

“Eh, Maksud saya. Jika di keluarga saya tidak pernah menyajikan makan malam sebanyak ini, Biasanya Mommy hanya menyajikan makanan yang seadanya saja” Max Ber –Oh-Ria dan juga menganggukkan kepalanya mengerti.

Ketika Adellia hendak ingin mengambil makanan nya sendiri,suara Max menghentikan tangan Adellia yang ingin mengambil makannya membuat Tangan Adellia melayang begitu saja di atas meja.

"Biar Maid yang melakukannya" Ucap Max.

"Tidak perlu Mr, saya bisa melakukannya sendiri" jawab Adellia memberikan senyum sopannya kepada Max.

"Tina ,lakukan pekerjaan mu" ucap Max tanpa memandang Maid yang menurut Adellia berusia 40 tahunan itu, Maid tersebut tidak menjawab Ia hanya membungkukkan tubuhnya dan mengambil beberapa makanan yang berada di atas meja.

"Eh..eh bibi tidak perlu, aku bisa mengambilnya sendiri bi" cengah Adellia menyentuh tangan Maid tersebut.

"Tidak apa-apa Nona, ini sudah jadi tugas saya" jawab maid tersebut dengan nada ke ibuanya, membuat Adellia tersenyum manis. Dan hal itu tidak lepas dari pandangan Max.

"Terimakasih Bibi" Ucap Adellia, Maid Itu mengaggukkan kepalanya sambil tersenyum.

Max dan Adellia memakan makan malam mereka dengan keadaan hening, hanya suara dentingan sendok dan garpu yang saling beradu diatas meja yang mengisi suara keheningan itu, Namun satu yang membuat Adellia merasa canggung yaitu Max dengan terang -terangan menatap dirinya.

"Ehm..Mr sepertinya saya harus kembali pulang kerumah saya, saya juga ingin mengerjakan tugas rumah yang di berikan Mrs.Eva" ucapan Adellia membuat Max menghembuskan nafas kasar, Bahkan Pria itu juga menghentikan Tangannya yang ingin menyuapkan makanan kedalam mulutnya.

"Adellia, aku sudah mengatakan jika ini rumah mu sekarang!, dan tenang saja semua barang-barang mu sebentar lagi sampai ke sini" jawab Max,membuat Adellia memejamkan kedua matanya, sungguh ingin rasanya Adellia berteriak dan memaki Guru nya itu.

"Tapi Mr, saya tidak ingin tinggal disini dan saya juga tidak mengenal anda sama sekali, anda hanya lah Guru di sekolah saya,tidak lebih!" Adellia memaksakan senyum nya menatap kearah Max yang masih menampilkan wajah datarnya.

"Max, panggil dengan namaku Adellia tanpa embel-embel Mr" geram Max karena sedartadi Adellia memanggil dirinya dengan sebutan Mr.

"Maaf Mr itu tidak sopan,karena anda adalah Guru saya, dan kita tidak memiliki hubungan spesial hingga saya harus memanggil nama anda, hubungan kita hanya lah sebatas guru dan Mahasiswi saja Mr-"

Brukk

Adellia menyentuh dadanya yang berdetak kencang lantaran Ia terkejut karena Max memukul meja makan dengan sangat kuat, bahkan pria itu juga membanting beberapa piring yang masih berisikan beberapa makanan.

"Kita memiliki Hubungan Adellia,Kau milikku,kau kekasihku" Ucap Max yang sudah berdiri di hadapan Adellia yang menundukkan kepalanya takut, gadis itu tidak berani menatap wajah Max yang menurut Adellia sangat menyeramkan.

"Tidak" Bantah Adellia, dan jawaban Adellia semakin membuat emosi Max memuncak, tanpa mengucapkan apapun Max menarik pergelangan tangan Adellia dengan kasar,seakan tuli Max tidak mendengar ucapan Adellia yang meminta di lepaskan.

"Mr. lepaskan...apa yang ingin anda lakukan...saya mohon lepaskan saya Mr" Adellia berusaha melepaskan tangan besar Max yang menarik tangannya,bahkan Adellia memukul-mukul lengan Max dengan semua kekuatan yang ia punya namun apa daya bagi Max pukulan Adellia hanya seperti pukulan anak kecil.

"DIAM ADELLIA" bentak Max,membuat Adellia seketika diam.

Max membuka pintu kamarnya dengan kasar dan menarik tubuh Adellia supaya masuk kedalam kamar miliknya, Max menutup pintu kamarnya dengan cara membanting pintu tersebut hingga menimbulkan suara yang keras.

Max menghempaskan tubuh kecil Adellia diatas king size miliknya, sambil menatap tubuh Adellia, bahkan Max sampai tidak mempedulikan lagi wajah ketakutan dan air mata yang membasahi pipi gadis kecil nya.

"Aku ingin pulang hiks.. Hiks" Isak Adellia sambil.

"Sstt, ini rumah mu, ini rumah kita Sweety" jawab Max mendekati tubuh Adellia yang sudah terduduk, Max membelai rambut panjang Adellia dengan lembut namun sedetik kemudian ia menarik rambut panjang itu dengan kuat.

"Kau milikku Adell, katakan jika aku pemilikmu!" ucap Max Menahan Emosinya, bahkan Ia juga menarik rambut panjang itu kebelakang dan mengarahkan wajah Adellia tepat di depan wajahnya.

"Mr. Aku Mu... Muridmu" suara Adellia bahkan bergetar menjawab ucapan Max karena takut.

Max menggeleng keras menolak ucapan Adellia sepenuhnya.

"Ini milikku" Sebelum mengucapkan hal itu Max terlebih dahulu mencium bibir Adellia dengan sekilas, membuat Adellia melebarkan matanya karena terkejut.

"A.. Apa yang anda lakukan. A.. Anda men.. mencuri Ciuman pertama ku.. Anda jahat.. Anda JAHAT" Adellia memukul-mukul bahu Max dengan brutal membuat Max semakin Marah. Apa gadis itu sadari jika itu bukanlah ciuman pertama mereka karena Max sudah menciumnya dari pertama Kali Adellia menginjakkan kakinya di Rumah besar milik Max.

Plakkk

"Kau.. " geram Max setelah ia menampar pipi Adellia dengan cukup keras, sampai tubuh kecil Adellia terhuyung diatas Ranjang Max.

Hiks.. Hiks.. Hikss Adellia terus menangis sambil memegangi pipinya yang terasa sakit.

Max masih dalam Mode marahnya tidak mempedulikan Keadaan Adellia., Max bukannya menghentikan perilakunya namun Ia semakin Naik keatas ranjang dan menidih tubuh kecil itu.

"Cantik" gumam Max, ia mencium kedua mata Adellia yang tidak berhenti mengeluarkan air mata, Ia arahkan lidahnya untuk menjilat setiap tetesan Air mata yang keluar dari kelopak mata indah itu. Namun, Max kembali terbakar oleh emosi lantaran Adellia membalas menampar pipinya. Tidak sakit, hanya saja ia tidak suka Adellia bersikap bar-bar padanya,Yang ia mau Adellia itu bersikap lembut dan menurut.

Kedua mata Max menatap Adellia dengan sangat tajam " Berani nya kau" desis Max mencekik batang leher gadis itu,Adellia mencoba memberontak melepaskan tangan besar Max yang mencekiknya. Wajah Adellia merah padam, Ia merasa pasokan Udara yang masuk kedalam paru-paru nya sudah mulai menipis, yang ada di dalam benak Adellia saat ini yaitu adalah hari terakhirnya.

Max melepaskan tanganya dari batang leher Adellia, Dengan begitu Adellia dengan cepat menghirup Udara dengan sangat rakus. Dalam satu hentakan Max Merobek gaun putih milik Adellia dengan paksa membuat Adellia Terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan Max pada-nya.

Dengan sangat kasar Max kembali mencium bibir Adellia, Max menggeram kesal karena lagi-lagi Adellia yang tidak mau diam, terpaksa Max menekan kepala Adellia dan kembali menciumi bibir itu, tidak ada balasan namun mampu membuat Max mengerang nikmat.

Max menggigit bibir bawah Adellia hingga Adellia memekik kesakitan dan Refleks membuka mulutnya, hal itu membuat Max mengambil kesempatan memasukkan lidahnya mencari pasangannya untuk bermain di dalam mulut Adellia.

“Hmppp.. Lempppasskhann” Minta Adellia mendorong Tubuh Max. Namun, Tubuh Pria itu sama sekali tidak ada tanda-tanda menjauh dari tubuhnya.

Adellia menagis katakutan, ingin sekali ia meminta tolong pada siapapun yang dapat mendengarnya. Namun Pria yang ada di atasnya sama sekali tidak membiarkan hal itu. Max terus membungkam Bibir-nya itu dengan rakus.

Adellia kembali menghirup Nafas dengan sangat rakus ketika Max melepaskan pangutannya, Ia merasa stok Oksigen dalam paru-parunya seakan tersedot habis oleh Max.

Namun kesempatan itu diambil Max dimana Adellia masih berusaha mencari oksigen. Sedangkan Max? ia dengan mudahnya melepaskan pakaian nya sendiri sehingga Max tidak memakai sehelai pakaian apapun.

Adellia yang melihat hal itu membulatkana kedua matanya, tubuh Adellia kembali bergetar. Namun kali ini lebih hebat dari sebelumnya. Tangis nya kembali pecah bahkan kali ini lebih histeris, Adellia memundurkan tubuhnya sambil menggelengkan kepalanya, Ia juga memeluk tubuhnya yang tertutupi pakaian yang sudah di koyak Max tadi.

"TOLONG.. AKU MOHON TOLONG AKU.. SIAPA SAJA TOLONG AKU" teriak Adellia sambil turun dari atas Ranjang, bahkan Adellia tidak sadar jika pakaiannya yang sudah terkoyak menampakkan Bra dan celana dalam nya yang berwarna hitam.

Max tersenyum misterius melihat tubuh Adellia yang indah itu, meski masih ada kain yang menutupnya tidak membuat Max kehilangan pemandangan indah itu, Max menyentuh miliknya yang sudah mengeras sedari tadi.

"Lihat Sweety dia hanya mau terbangun jika denganmu saja" ucap Max vulgar masih memegang miliknya, Adellia sudah hampir pingsan rasanya karena Ia baru pertama kalinya di hadapkan dengan hal seperti itu.

"Lihat Sweety dia hanya mau terbangun jika denganmu saja" ucap barusan masih tergiang di telinga Adellia, Seakan Perkataan Max barusan adalah Cd yang di putar berulang-ulang kali di telinganya.

Adellia menggeleng kuat masih terisak, Ia berusaha membuka pintu kamar tersebut, namun na’as pintu itu tetap tertutup rapat karena Max mengunci pintu tersebut dari dalam dan menyembunyikan kuncinya entah dimana.

Max berjalan mendekati Adellia membuat gadis itu berjalan menghindari jangkaun Max. Max menarik lengan tangan Adellia dengan paksa dan membating tubuh kecil itu diatas ranjang, Pria itu mencengkram rahang Adellia yang ada di bawah tubuhnya.

"Lep..le..pas hiks.." isak Adellia berusaha mendorong tubuh kekar itu dari atas tubuhnya. Namun semuanya sia-sia, bahkan tubuh besar itu sama sekali tidak bergeming sama sekali dari posisi semulanya.

"Stttt, tenanglah Sweety, jika kau tidak mau menuruti keinginan ku,maka kau akan melihat hal yang lebih dari itu" Tunjuk Max kearah Layar televisi yang menampilkan tayangan dimana seorang Pria paruh yang sedang berjalan di pinggir jalan menikmati pemandangan Pagi hari, lalu tiba-tiba sebuah mobil sedan berwarna hitam dengan sengaja menyerempet pria paruh baya itu, hingga pria paruh baya itu tersungkur diatas aspal sambil memegangi lengannya yang mengeluarkan darah.

"DADDY.......,apa yang Anda lakukan dengan Daddy ku" teriak Adellia membesarkan bola matanya, Ia semakin terisak saat melihat adengan yang berdurasi beberapa menit itu. Adellia terus memukuli dada Max dengan brutal melampiaskan amarah yang sudah menumpuk di dldalam dirinya.

"Sttt....Daddymu tidak apa-apa Sweety, hanya saja lengan Daddy mu sedikit retak!" Max tersenyum devil melihat ketidak berdayaan Adellia.

‘Apa dia barusan mengatakan sedikit retak? Siapa sebenarnya Pria yang ada di hadapan ku saat ini? Mengapa dia sangat mengerikan?’ Batin Adellia pada dirinya sendiri.

"Kenapa? kenapa Anda melakukan ini semua dengan keluarga saya? Apa keluarga saya memiliki kesalahan pada anda?" tanya Adellia menatap tajam Max yang berada diatas tubuhnya.

"Aku melakukan semua ini karena Kau! Turuti semua kemauanku,dan jadilah gadis penurut, jangan membangkang, maka kedua orang tua mu aman disana" Max melepaskan cengkramannya dari rahang Adellia, tangan pria itu berpindah mengusap lembut air mata Adellia dengan lembut.

"Anda pasti sudah gila!" perkataan Adellia membuat Max tertawa keras, pria itu bangun dari atas tubuh Adellia dan sedetik kemudian menatap Adellia dengan tatapan tajamnya.

"Aku tidak gila" bentak Max. Sedetik kemudian Adellia terkejut dengan apa yang di lakukan pria itu berikutnya, Pria itu menarik rambutnya sendiri dan bergumam tidak jelas tubuh Max bergetar membuat Adellia semakin tidak mengerti dengan Max.

"Aku tidak gila'' Adellia mendengar suara Max yang terdengar seperti menahan tangis, Adellia menghembuskan nafasnya berkali-kali, lalu Ia memberanikan diri melangkahkan kakinya mendekati tubuh Max yang terduduk di dinding kamar dengan menyembunyikan wajahnya di kedua lututnya. Bahkan Adellia menghiraukan tubuh Max yang Polos.

Adellia berjongkok dan menyentuh bahu Pria itu, Meskipun Ia masih merasa takut, namun saat Ia melihat tubuh Max bergetar hebat ingin rasanya Adellia menenangkan pria itu dengan caranya sendiri.

''Mr....Max" panggil Adellia dengan nada pelannya, ketika Max mengangkat pandangannya menatap wajah Gadis kecilnya, Adellia dapat melihat di kedua mata Max begitu banyak tersimpan luka yang cukup dalam.

"Aku tidak gila" lirih Max menatap Adellia dengan tatapan sayunya.

"Ya, kau tidak gila" entah keberanian dari mana Adellia memeluk tubuh Max, Max membalas pelukan Adellia dengan sangat erat, pria itu menyembunyikan wajahnya di lekukan leher Adellia seakan disana adalah tempat perlindungan baginya.

Tubuh Max sudah tidak bergetar lagi, Namun yang saat ini Adellia rasakan adalah kecupan-kecupan kecil di area lehernya, Adellia mendorong pelan tubuh Max, Ia dapat melihat kembali Max yang pertama, Max dengan tatapan tajamnya.

Tanpa mengucapkan sepata kata pun Max menggendong Tubuh Adellia dan melemparkannya di atas Ranjang, Pria itu menidih tubuh Adellia. Dengan kasar pria itu menciumi bibir Adellia dan meremas payudara gadis itu dengan kuat membuat Adellia terpekik kesakitan.

"Sakitttt'' pekik Adellia yang dianggap angin lalu oleh Max.

Max menyentuh bagian inti Adellia membuat Adellia melebarkan kedua matanya terkejut, Adellia ingin melawan namun ketika mengingat perkataan Max Ia hanya mampu terdiam sambil terus menangis.

"Adellia'' Desah Max masih menciumi rahang Adellia lalu turun ke payudara yang ukurannya masih terbilang tidak terlalu besar. Membuka Kain yang menutupi keindahan Gunung kembar itu, Max merendahkan wajahnya untuk mengulum pucuk payudara Adellia dengan sangat rakus.

"Basah'' gumam Max Melepaskan kulumannya dari pucuk payudara Adellia, saat Ia mengeluarkan jarinya dari dalam diri Adellia. Max mengurut miliknya yang sedari tadi menunggu di puaskan dengan milik Adellia, mata Max menatap tubuh polos Adellia dengan lapar yang ada diatas Ranjang miliknya.

"Aku akan melakukannya dengan perlahan" Adellia menggeleng kuat menolak perkataan Max padanya. Namun Max seakan tidak memahami keinginan Adellia Ia menggesekkan kepala kejantanannya diatas bibir Vagina Adellia dan.

"Ahhh...SAKIT...LEPAS HIKSS" teriak Adellia keras karena Max dengan satu hentakan mendorong miliknya memasuki milik Adellia, bahkan Adellia merasa seperti ada yang terkoyak paksa dari dalam kewanitaannya.

"Ahh...jangan meremasnya sayang, nanti aku keluar sebelum waktunya" desah Max saat milik Adellia meremas miliknya dengan kuat.

‘Hiks…Sakitt….Hikss…”

“Sttt….Tenanglah sayang…Ini akan nikmat dan kau tidak akan merasakan sakit lagi” Max menggeram menahan hasrat binatangnya yang ingin di puaskan. Tapi Max menahannya, Ia tidak mau membuat Gadia kecil nya merasa sakit. Ia ingin membuat Adellia merasakan kenikmatan yang akan ia berikan pada Gadisnya.

Adellia memeluk tubuh Max, sesekali Ia juga mencakar punggung pria itu menyalurkan rasa sakit yang bercampur nikmat yang Adellia rasakan saat Max menggerakkan pinggulnya maju-mundur.

Max menggerakkan tubuhnya dengan tempo yang berbeda-beda mulai dari pelan, sedang dan kuat saat ia merasa milik Adellia meremas miliknya kembali. Begitu nikmat hingga Max lupa jika Ia telah melakukannya dengan kasar pada Adellia.

***

Adellia menangis, Ia menangisi kehidupannya yang sudah hancur, bagaimana jika nanti orang tuanya tau jika Ia tidak perawan lagi?, pasti kedua orang tuanya akan kecewa karena keputusannya yang mengikuti kemauan pria bejat itu.

Adellia semakin menggenggam selimut yang menutupi tubuhnya yang masih polos tanpa sehelai benang pun yang menempel pada tubuhnya. Hanya selembar selimut tebal lah yang menutupi tubuh polosnya, Ranjang bergerak pelan yang diakibat oleh seseorang yang menggerakkan tubuhnya tepat di sebelah tubuh Adellia. Tubuh seorang Pria yang sama-sama Polos seperti dirinya. Hanya saja Tubuh Pria itu hanya tertutupi mulai dari pinggang sampai ujung kaki, sedangkan Tubuh atas pria itu di biarkan terbuka tanpa di tutupi apapun.

Tangan Max yang berada di atas perut Adellia mengelus perut polos itu dari dalam selimut yang menutupi tubuh polos mereka, Max menarik tubuh Adellia hingga tubuh mereka semakin merapat. Adellia mencoba menyingkirkan tangan Max dari perutnya yang masih setia mengelus daerah itu dengan lembut.

"Stttt, istirahatlah, aku harus pergi" ucap Max pelan di telinga Adellia, Ia melihat jam yang tergantung di dinding yang menunjukkan pukul delapan pagi.

"Baik-baik dirumah, dan jangan coba-coba melakukan hal yang membuat ku marah, hari ini kau tidak perlu berangkat sekolah, aku sudah mengizinkan mu" setelah mengatakan hal itu Max beranjak dari atas tempat tidur memasuki kamar mandi untuk bersiap-siap ke kantornya.

Tidak butuh lama bagi Max untuk membersihkan tubuhnya, Setelah mandi Pria itu berjalan menuju Ruang Khusus pakaiannya, setelah selesai Ia keluar dari ruang khusus ganti baju miliknya, Ia berjalan mendekati Adellia yang masih mempertahankan posisinya.

"Mandi, dan setelah itu kau harus makan" suruh Max, namun masih tidak di hiraukan oleh Adellia yang masih sibuk menenggelamkan wajahnya kedalam bantal menyembunyikan isak tangisnya.

“Jangan menyiksa dirimu Sweety, Kau tau air matamu tidak akan mengubah apapun!” Lanjut Max sambil merapikan simpul dasinya.

"Aku akan segera kembali" Max merundukkan sedikit tubuhnya untuk mencium pelipis Adellia dengan lembut lalu mengelus rambut lembut itu, Max tidak mempeduli suara isak tangis yang keluar dari mulut Adellia.

Dan lagi, Moodnya hari ini sangat baik, jadi Ia tidak akan memarahi Gadis kecilnya itu karena sudah mengabaikan dirinya, biasanya Ia tidak suka di Abaikan. Tetapi, karena Mood yang Pagi ini sangat baik maka Ia akan membiarkan nya saja.