webnovel

MARRIED TO A STRANGER

“Aku rasa, kita tidak bisa melakukan ‘itu’ dulu, karena kau masih dalam tahap pemulihan…” Hailee menjawab ragu- ragu, berusaha mencari alasan yang masuk akal untuk situasinya sekarang. “Bulsh*t,” Ramon merutuk dan turun dari tempat tidur mereka yang luar biasa mewah. Dengan langkah tidak sabar, pria itu menghampiri Hailee, seperti pemburu yang akan menangkap buruannya. “Aku akan buktikan kalau aku baik- baik saja. Lebih dari baik.” Dia menegaskan kata terakhirnya sambil tersenyum penuh arti. “…” Ugh! *** Hailee mendapati dirinya telah dijual oleh kakak tirinya, Aileen, setelah kematian kedua orang tua mereka dalam sebuah perampokan. Namun, pada malam di mana seharusnya Hailee melayani lelaki bajingan yang telah memenangkannya dalam lelang, Hailee berhasil kabur dengan membunuhnya. Kini, Hailee berada dalam pengejaran dan harus melarikan diri dari kota tersebut untuk menghindari pengejaran kaki tangan pria yang telah dia bunuh. Di dalam pengejaran itu, Hailee tidak sengaja bertemu dengan Ramon yang tengah sekarat akibat kecelakaan yang dialaminya. Untuk menghindari orang- orang yang mengejarnya, Hailee berpura- pura menjadi Giana, wanita yang selama ini Ramon sembunyikan dari mata publik. Masalah bertambah rumit ketika Ramon tersadar dan dia tidak mengingat apapun. Hailee tentu saja dapat memanfaatkan ini dan terus berpura- pura menjadi Giana, tapi sampai kapan? Dan bagaimana dengan Giana yang asli? ************************ Update setiap hari Pkl. 13.00 wib. ************************ Meet me on Instagram @Jikan_yo_tomare Disclaimer : cover picture from pinterest.com Check out my other stories: **PURPLE DUSK TILL DAWN: dearest through the time –Indonesia- **The Story of Dusk -Indonesia- **Cinta sang Monster **ABSQUATULATE

jikanyotomare · 奇幻言情
分數不夠
197 Chs

PRIA INI GILA!

Namun, sebelum situasi menjadi semakin rumit di antara mereka berdua, Lexus melenggang masuk ke dalam ruangan dan mencairkan suasana.

"Hai!" Lexus mengangkat tangannya dengan senyum sumringah di wajahnya. Dia membawa sebuah map di tangan kanannya yang Hailee asumsikan adalah dokumen- dokumen penting yang akan diperiksa oleh Ramon.

Tapi, ternyata Hailee salah, karena Lexus menyerahkannya pada Hailee.

"Apa ini?" Hailee menerima map tersebut dengan ragu- ragu.

"Jadwal kegiatanmu seminggu ke depan," jawab Lexus dengan santai sambil melangkah menuju tempat tidur Ramon, yang kini telah kembali fokus pada pekerjaannya.

"Jadwal kegiatan apa maksudnya?" Hailee membuka map tersebut dan matanya seketika itu juga terbelalak tidak percaya dengan apa yang dia lihat. "Tidak mungkin," desisnya tertahan.

Di sana Hailee dapat melihat jadwal kegiatannya selama satu minggu hingga hari dimana dirinya akan bertunangan dengan Ramon, yang mana, akan berlangsung dalam kurun waktu dua minggu dari hari ini.

Melihat reaksi Hailee yang terkejut, Ramon justru tertawa dengan gembira. "Tentu saja itu mungkin. Kalau segala hal di tangani oleh ibuku, maka tidak akan ada yang tidak mungkin."

"Tapi, Ramon masih sakit…" Hailee beralasan. Dia menatap Ramon dan kembali berkata dengan panik. "Kita tidak mungkin membuat pesta sementara Ramon masih berada dalam kondisi yang tidak stabil."

Mendengar hal ini, Ramon mengangkat kepalanya dari tumpukan dokumen dan menatap Hailee dengan tatapan kesal yang beberapa hari terakhir ini selalu dia layangkan setiap kali melihat gadis itu melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak dia sukai.

"Apa maksudmu dengan kondisi yang tidak stabil?" Ramon mengerutkan dahinya.

"Ah, maksudku…" Hailee jadi gelagapan ketika Ramon kembali menatapnya seperti itu. "Ini terlalu cepat bukan? Kau baru saja keluar dari rumah sakit dan harus menghadiri pesta… bukankah itu tidak baik? Aku hanya memikirkan kesehatanmu," Hailee menambahkan kalimat terakhirnya agar tidak terdengar terlalu jelas bahwa dia menolak ide ini.

"Kau tidak perlu khawatir mengenai hal itu." Lexus melambaikan tangannya dan memakan potongan buah di atas meja, di samping ranjang Ramon yang tadi Hailee telah kupaskan. "Kalau kakakku bisa menangani perusahaannya walaupun masih berada di atas ranjang, maka dia juga akan bisa menangani sebuah pesta yang akan berlangsung dua minggu dari sekarang."

Hailee menjadi pucat saat mendengar hal ini, bibirnya sedikit terbuka, seolah dia ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak ada kata- kata yang terdengar dan hal ini tidak luput dari perhatian Ramon.

Ramon tahu kalau selama ini Hailee hanya berbohong kalau mereka tengah berada di dalam hubungan yang serius, bisa dikatakan, Hailee belum lama mengenalnya.

Namun, Ramon ingin mengetahui alasan di balik kebohongannya, oleh karena itu dia tidak mendesak Hailee ataupun bersikap seolah dia sudah tahu dengan dram kecil- kecilannya ini.

Lagipula, selama dua minggu belakangan ini, Hailee tidak melakukan hal yang macam- macam ataupun yang bisa membahayakan dirinya dan orang- orang di sekitarnya. Bisa dikatakan, sebenarnya gadis ini cukup membantu Ramon selama masa pemulihannya.

Walaupun mereka terkadang tidak sepaham, tapi Ramon menanggapi ini sebagai sesuatu yang menyegarkan karena orang- orang di sekitarnya cenderung untuk selalu mengikuti segala keinginannya.

Hailee meringis mendengar itu dan bergerak mendekati Ramon, sebuah senyum terukir di bibirnya dengan manis. "Sayang…" ucapnya dengan lembut.

Ramon sudah tidak heran melihat tingkah Hailee yang seperti ini, karena sudah beberapa kali Hailee menggunakan trik yang sama untuk mengelabui ibunya dan Lexus, seolah- olah mereka memiliki hubungan yang serius dan harmonis.

"Hm?" gumam Ramon, tertarik dengan apa yang gadis ini akan katakan selanjutnya. Kali ini, dia menyingkirkan dokumen yang tengah dia baca dan memberikan perhatian lebih pada Hailee yang telah duduk di sampingnya, bersandar dengan manja.

"Bagaimana kalau kita tunda dulu pertunangannya sampai kau benar- benar sembuh?" Hailee menatap Ramon dengan lugu. "Atau setidaknya sampai kau mendapatkan kembali ingatanmu."

Ramon tersenyum dan memutar tubuhnya sehingga dia bisa berhadapan dengan Hailee. "Tidak masalah, aku tidak begitu ingin melakukan pertunangan ini sebenarnya." Dia mengangkat bahunya seolah tidak peduli.

Mendengar hal tersebut, Hailee membelalakkan matanya dengan gembira dan berkata pada Lexus dengan antusias. "Kau dengarkan? Tidak seharusnya kita melakukan pertunangan dalam waktu dekat. Aku sangat khawatir pada kondisi Ramon."

"Tapi, kak…" Lexus mengerutkan keningnya pada Ramon.

Bukankah Ramon sudah mendiskusikan hal ini dengan ibu mereka dan dia telah bersikeras untuk melangsungkan pesta walaupun Lis memiliki kekhawatiran yang sama dengan Hailee.

Ibu mereka meminta agar Ramon mengundurkan hal ini menjadi setidaknya dua bulan setelah dia keluar dari rumah sakit, tapi Ramon berkeras dan menginginkan pertunangan ini dapat dilangsungkan dengan segera.

Alasan Ramon cukup masuk akal, kakaknya ini mengatakan kalau sudah saatnya bagi dirinya untuk memperkenalkan Hailee pada kolega bisnisnya dan tidak lagi menyembunyikan kekasihnya ini, seperti apa yang telah dia lakukan selama dua tahun belakangan.

Tapi, sekarang…

"Kak, kau kan sangat bersikeras untuk melakukan ini." Apapun acaranya, Lexus akan selalu senang apabila dia harus menghadiri sebuah pesta. "Tapi, kenapa sekarang kau berubah pikiran? Ibu sudah menghubungi beberapa event organizer untuk acaramu."

"Tidak apa- apa, acaranya belum terjadi dan ini baru sekedar wacana saja, kan? Jadi akan lebih mudah untuk membatalkannya." Hailee tentu saja akan berpihak pada Ramon. Sangat jarang sekali baginya dan pria ini untuk memiliki pemikiran yang sama.

"Ibu akan sangat gusar kalau dia harus membatalkan rencana yang telah dia rancang jauh- jauh hari." Lexus memijat batang hidungnya, dia tahu betul sifat Lis.

Saat ibu mereka membuat sebuah daftar kegiatan, dia pasti sudah memikirkan segalanya dengan matang, bahkan jadwal- jadwal lainnya sudah pasti akan berubah demi menyesuaikan acara pertunangan Ramon dan Hailee.

Dan sekarang, Ramon dengan mudahnya membatalkan hal tersebut.

"Ibu akan mengerti," Hailee berkata, matanya berbinar karena merasa dia akan bisa lolos dari masalah ini dengan mudah, tapi lagi- lagi dirinya keliru.

"Aku tidak meminta ibu untuk membatalkan pesta pertunangan," ucap Ramon dengan tenang sambil melingkarkan tangannya di pinggang Hailee dan mengecup puncak kepalanya.

Dia dapat merasakan tubuh gadis itu yang menegang atas tindakannya tersebut.

"Tunggu, apa maksudmu?" Lexus mencium ada sesuatu yang tidak beres dengan kata- kata yang Ramon ucapkan.

"Ganti tema pestanya menjadi sebuah pernikahan." Ramon menatap wajah Hailee dan tersenyum puas begitu melihat ekspressi wajahnya yang seketika itu juga berubah. "Kau benar, setelah dua tahun menjalin hubungan, bukankah ini sudah saatnya kita melangkah ke jenjang yang lebih serius?" dia bertanya dengan nada menggoda dan tersenyum lembut sementara Hailee terkesiap dengan apa yang dia ucapkan.

Pria ini gila!