Pagi yang indah, angin berhembus lirih membuai kalbu. Kicauan burung menggema di telinga Luna. Hal itu mengingatkanya akan desa dimana ia dilahirkan. Rindunya kepada kedua orang tua dan desa pun tak terbendung. Pagi ini pikirannya dipenuhi oleh bayangan tentang desa indah dimana ia dilahirkan dan dibesarkan.
Ia tampak melamun di sebuah taman, kejadian itu tak sengaja dilihat Liora yang hendak menemui James di istananya.
"Luna, apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Liora.
"Tidak ada Liora, aku hanya merindukan kedua orang tuaku Liora," jawab Luna.
"Apa kau ingin beranjak ke desa untuk menemui mereka?" tanya Liora.
"Sepertinya begitu Liora, kami sudah disini selama tiga hari. Dan aku belum sempat memberi kabar kepada keduanya. Aku takut mereka mengkhawatirkan keadaanku," ucap Luna.
"Baiklah Luna, jika kau ingin pulang nanti aku akan menyampaikannya kepada Kakak ku supaya dia mencarikan kalian jalan yang aman. Karena para pengawal Teodora pasti masih berjaga di sekitar hutan ini," ucap Liora.
"Sepertinya kedua temanku masin ingin berada disini Liora, biarkan aku saja yang pulang," ucap Luna.
"Tidak Luna, itu terlalu berbahaya. Sebentar akan aku tanyakan kepada James. Kau tunggulah disini," ucap Liora.
Gadis itu segera menemui saudara lelakinya itu.
"James," teriaknya.
"Liora, Kakakmu sedang tidak berada di tempat ini," sahut Nyonya Barney.
"Kemana ia pergi Nyonya?" tanya Liora.
"Entahlah, dia tidak meninggalkan pesan apapun untuk kami," ucap Nyonya Barney.
"Ada perlu apa kau mencari Kakakmu?" tanya Tuan Barney.
"Aku hendak meminta pendapatnya dan meminta bantuannya. Luna rindu kepada kedua orang tuanya dan ia berencana untuk pulang ke desa," jelas Liora.
"Apa dia yakin? Hutan belum aman, masih dijaga ketat oleh pengawal Teodora," sahut Tuan Barney.
"Entahlah. Maka dari itu aku ingin berbicara dengan James," ucap Liora.
Gadis itu menunggu sang Kakak, namun pangeran itu tak kunjung datang. Ia memutuskan untuk kembali ke rumah yang sudah di sediakan untuknya. Namun ia berniat menghampiri Luna terlebih dahulu.
Ternyata disana Luna sedang bersama Eryk dan Alice.
"Luna, maafkan aku. Aku belum bertemu dengan Kakakku, dia pergi entah kemana," ucap Liora.
"Tidak apa Liora," ucap Luna.
"Untuk apa kau mencari James?" tanya Alice.
"Luna ingin pulang menemui orang tuanya, aku bermaksud ingin meminta James mencarikan jalan yang aman untuk kalian," ucap Liora.
"Apa, kau hendak pulang? Ayolah Luna, tunda keinginanmu itu. Perang dengan Teodora belum dimulai," ucap Eryk.
"Eryk, biarkan dia pulang. Luna pulanglah dan sampaikan rindu kami untuk kedua orang tua kami. Kami akan tetap disini untuk membantu mereka," sahut Alice.
Mendengar ucapan Alice, Luna tergerak hatinya untuk tetap berada di tempat itu. Ia sadar tak hanya dirinya yang merindukan orang tuanya, teman-teman nanti pun merasakan hal yang sama. Namun mereka berusaha menahan rindu itu dan berusaha menepati janji mereka untuk membantu Liora dan James.
"Maaf teman-teman, mungkin aku terkesan egois. Aku sadar tak hanya aku yang merindukan orang tua tapi kalian juga," ucap Luna.
"Tentu kami juga merindukan mereka," ucap Alice.
"Aku akan tetap disini sampai semuanya permasalahan selesai. Apakah disini ada merpati pos yang bisa menyampaikan surat kami ke desa?" tanya Luna.
"Nanti akan aku tanyakan kepada penghuni disini," ucap Liora.
Tiba-tiba datanglah James dan gerombolan serigala lainnya. Mereka tampak sedang berlari beriringan, ternyata mereka sedang berlatih kecepatan berlari.
"James, kemarilah," teriak Liora.
"Ada apa Liora?" sahut James.
"Ada hal penting yang ingin kami sampaikan," ucap Liora.
Serigala tampan itu menghampiri sang adik dan teman-temannya.
"Apa yang hendak kau sampaikan?" tanya James.
"Jadi Luna merindukan orang tuanya, awalnya dia merencanakan untuk pulang ke desa. Namun niat itu urung, tapi ia ingin mengirimkan surat untuk orang tuanya. Apakah ada merpati pos disini?" tanya Liora.
"Tentu saja, segeralah engkau tulis pesan untuk orang tuamu. Sebenarnya bukan merpati yang akan menyampaikan suratmu. Tapi elang pembawa kabar yang akan membawa suratmu menuju desa," ucap James.
"Apakah ada selembar kertas dan tinta?" tanya Luna.
James segera memejamkan mata, dan tiba-tiba munculah kertas dan tinta seperti yang diinginkan Luna. Gadis berupa elok itu pun segera menulis pesan untuk orang tuanya.
"Ini suratnya Tuan," ucap Luna memberikan surat itu kepada James.
Pangeran serigala pun segera memanggil burung elang berbulu putih.
"Elang bawalah surat ini, sampaikan kepada pemiliknya. Luna, jelaskan alamat dan ciri-ciri rumah serta orang tuamu. Elang ini akan mencari rumah dan ciri-ciri yang engkau sebutkan," ucap James.
Luna segera mendekati Elang itu, dan menjelaskan semua yang di minta James.
"Semoga orang tuaku membalas surat dariku," ucap Luna.
"Apakah kami juga bisa mengirim surat untuk orang tua kami?" tanya Alice.
"Tentu Nona, segeralah kau tulis pesanmu. Masih ada kertas dan tinta yang tersisa, atau kau perlu kertas lagi?" tanya nya.
"Tidak Tuan, kertas ini sudah cukup. Terima kadih," ucap Alice.
"Baiklah, segera lah tulis surat untuk orang tuamu. Biar Elang ini membawanya bersama surat yang hendak dikirim Luna," ucap James.
Alice segera menuruti perkataan James, selesai menulis surat ia segera memberikan kertas itu kepada Elang putih di hadapannya.
"Ini Tuan Elang, aku mohon sampaikan surat ini kepada orang tua kami," ucap Alice.
"Alice, jangan lupa jelaskan alamat dan ciri-ciri rumah serta orang tuamu" timpal Liora.
Alice pun melakukan hal yang sama seperti sahabatnya. Ia menjelaskan tentang ciri-ciri rumah dan orang tuanya. Tak lupa menjelaskan seorang saudaranya yang berada dirumah.
"Berangkatlah wahai Elang, berhati-hatilah." pinta James.
Elang putih itu segera terbang secepat mungkin, Luna dan kawan-kawannya pun takjub melihat kecepatan terbang Elang itu.
"Cepat sekali ia terbang, batang hidungnya pun sudah tak tampak," kagum Eryk.
"Di dunia manusia dia bisa terbang dia kali lebih cepat," sahut James.
"Benarkah itu?" sahut Alice.
Kesedihan masih tampak di wajah Luna, James berusaha mencari tahu dan mendekatinya.
"Luna, apakah kau ingin pulang?" tanya James.
"Tidak Tuan, aku hanya merindukan orang tuaku. Aku akan tetap disini sampai semuanya membaik," ucap Luna.
"Percayalah Luna, sebentar lagi Putri Bao You bersama naga yang lain pasti akan datang membantu kita," ucap Liora.
"Iya Liora, dan perjodohan ku dengan Marck akan gagal," ucap Luna tersenyum.
Mendengar kata-kata Liora, semangat Luna kembali hadir. Wajahnya kini mulai berseri-seri dan senyumanmu kembali menghiasi wajahnya.
Namun dadanya kembali berdebar dan kegugupan mulai mendatanginya, kala matanya memandang James. Ia pun berusaha menyembunyikan hal aneh tersebut.
Alice yang tak sengaja memperhatikan Luna pun tersenyum saat menyadari sahabatnya itu sedang jatuh cinta pada pangeran tampan yang berwujud serigala itu.