Tengah malam tiba, waktunya untuk Luna dan rombongan nya meninggalkan kota. Tampak mereka berjalan dengan menunggangi kuda-kuda mereka menyusuri jalan setapak. Mereka sepakat untuk melewati jalan alternatif yang jarang dilalui warga. Semua pemuda itu kompak menyamar sebagai perempuan untuk Eryk dan yang lainnya menyamar sebagai laki-laki untuk mengelabui para pengawal keluarga Haugert. Perjalanan menuju desa kali ini diwarnai dengan ketegangan dan penuh kecemasan.
"Kalian pakailah kumis dan jenggot palsu ini," ucap Eryk.
"Darimana engkau mendapatkan semua ini Eryk?" tanya Alice tertawa.
"Aku membeli sesaat sebelum membantu Liora kabur. Rencana barang-barang itu aku beli untuk penyamaran esok saat menemui Liora," Jawab Eryk.
"Kumisnya hanya tiga buah Eryk," ucap Alice.
"Kalian pakailah, aku akan menggerai rambutku, aku akan memakai bajumu dan berdandan layaknya perempuan," ucap Eryk.
Mendengar ucapan Eryk, ketiga gadis itu tertawa terbahak-bahak.
"Hentikan tertawa kalian, segeralah pakai apa yang aku beri dan pakailah pakaian seperti lelaki," sahut Eryk.
Mereka segera mengikuti saran Eryk dan bergegas melakukan perjalanan.
"Alice aku sungguh risih dengan penyamaran ini, aku sangat tidak nyaman dengan apa yang aku kenakan," ucap Luna.
"Aku pun juga begitu Luna, sebentar lagi kita akan keluar dari kota ini. Sesampainya di desa seberang kita hentikan penyamaran ini," ucap Alice.
"Baiklah Alice," sahut Luna.
Kedua kuda yang mereka tunggangi berjalan beriringan sehingga Eryk dan Liora dapat mendengar percakapan keduanya.
"Kalian sabarlah, meskipun kita sudah keluar dari kota tapi belum tentu situasinya sudah aman. Keluarga Haugert memiliki ratusan pengawal di kota," sahut Liora.
"Apa yang dikatakan Liora itu benar. Kita harus tetap waspada dan berhati-hati. Jangan sampai perjalanan kita menuju desa terkendala," ucap Eryk.
Benar saja saat hendak sampai di perbatasan kota dengan desa terdekat, tampak belasan pengawal keluarga Haugert berjaga di pintu masuk dan keluar kota. Tak biasanya mereka berjaga dalam jumlah banyak.
"Sial, kenapa mereka mengerahkan pengawal sebanyak itu untuk berjaga. Liora apa ada jalan lain selain kita harus melewati mereka?" tanya Eryk.
Liora menggelengkan kepala dan berkata,"Kota ini dikelilingi oleh tembok pembatas, jadi akses untuk keluar masuk kota harus melewati pintu itu,".
"Sebaiknya kita persiapkan diri untuk menghadapi mereka, jangan gugup dan panik agar mereka tidak curiga," ucap Luna.
Luna dan Alice tampak merapikan kumis palsu yang mereka kenakan. Sementata Eryk tampak mengurai rambut panjangnya.
"Ayo kita lanjutkan perjalanan," ajak Alice.
Mereka segera menarik tali pelana kuda masing-masing. Sampailah mereka di pintu masuk kota, seketika para pengawal itu menghadang dan menghentikan perjalanan mereka.
"Berhenti, kalian siapa dan mau kemana,".
" Kami hendak menuju desa seberang Tuan, sahut Alice.
"Bisakah kalian membuka penutup kepala kalian?" ucap salah satu pengawal.
Mereka pun memenuhi permintaan pengawal itu, awalnya semua berjalan mulus tanpa adanya kecurigaan.
"Baiklah, silahkan. Bukakan pintu untuk mereka," ucap pengawal itu.
Tiba-tiba sesuatu terjatuh.
"Tuan sepertinya barang milikmu terjatuh," ucap salah satu pengawal.
Pengawal itu pun mengambil barang yang ia maksud, celakalah jenggot palsu Liora terlepas dari dagunya.
"Apa ini? Tahan mereka," teriak pengawal tersebut,
Namun mereka dengan sigap mengendalikan kuda mereka, keempatnya berhasil melewati pintu masuk dan keluar kota. Kejar-kejaran tak bisa terhindarkan, mereka mengejar Luna dan teman-temannya hingga memasuki hutan pinus.
"Masuklah kalian ke hutan," teriak Liora.
"Tidak Liora hutan itu sangat berbahaya," tolak Eryk.
Liora berusaha meyakinkan Eryk dan yang lainnya,"Percayalah padaku mereka tidak akan mengejar kita jika kita memasuki hutan pinus. Hutan ini pantangan bagi keluarga Haugert.
Mendengar ucapan Liora, ketiga warga desa itu pun memantapkan hati memasuki hutan pinus tempat siluman serigala berada.
Benar saja, pasukan Haugert seketika menghentikan kejadiannya. Namun mereka tak tinggal diam, para pengawal itu masih memantau mereka di tepi hutan. Bahkan mereka menambah pasukan untuk berjaga di sepanjang tepi hutan.
"Liora, kenapa mereka tak berani memasuki hutan ini?" tanya Luna.
"Hutan ini tempat berlindung para manusia serigala yang dikutuk oleh ibu tiriku," jawab Liora.
"Kalian tunggulah disini aku akan mengintai mereka. Jika situasi aman secepatnya kita bisa kembali ke desa," ucap Eryk.
"Baiklah Eryk, berhati-hatilah," ucap Liora.
Pemuda itu bergegas menuju tepi hutan, dia sangat terkejut kalau melihat pasukan Haugert menyisir sepanjang jalan di tepi hutan. Ia pun kembali menemui rombongannya untuk memberikan kabar kurang baik tersebut.
"Celakalah kita, pasukan keluarga kaya itu menjaga ketat hutan ini," ucap Eryk kepayahan.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Luna dengan nada lemas.
"Entahlah Luna," sahut Eryk.
Tak ada jalan lain, akhirnya mereka memutuskan untuk bermalam di tempat itu.
"Kita tunggu sampai besok, siapa tahu mereka akan kembali," saran Alice.
"Maksudmu kita tidur di hutan malam ini?" tanya Eryk.
"Tidak ada cara lain lagi Eryk, kita bergantian berjaga," saran Alice.
"Kalian tenanglah, aku akan mencoba memanggil saudaraku untuk menjaga kita," ucap Liora.
Liora segera meraung bak Serigala, tak berapa lama tampak seekor serigala datang menghampiri mereka.
"James, kau lah itu?" teriak Liora.
Serigala tersebut menghampiri Liora, ia pun memeluk Serigala tersebut.
"Liora, bukankah dia serigala yang hari dapat berubah menjadi seorang manusia," ucap Luna.
"Benar Luna, ia dapat berubah menjadi manusia dan kekuatannya bertambah di bulan purnama," ucap Liora.
"Selain bulan purnama, apakah tidak dapat merubah wujudnya?" tanya Luna lagi.
"Kakakku dan yang lainnya bisa berubah kapanpun yang mereka mau dalam dunia mereka, dalam dunia kita mereka hanya bisa berubah wujud menjadi manusia ketika bulan purnama tiba. Itu karena pengaruh kekuatan sihir ibu tiriku," ucapnya.
"Lalu untuk apa kau mandi darah rusa?" sahut Alice.
"Kalian mengetahui tentang itu juga? Aku melakukan itu karena perintah ibu tiriku. Tujuannya supaya ketika para serigala tersebut melihatku mereka seperti melihat rusa karena mencium bau darah rusa, supaya aku tak kabur menyusul saudaraku. Namun Nyonya Antonieta, selalu membantuku. Beliau menukar darah rusa itu dengan minyak zaitun atau yang lain yang dicampur pewarna sehingga menyerupai darah," jelas Liora.
"Nyonya Antonieta, siapa dia?" tanya Eryk.
"Beliau dulu orang kepercayaan almarhum ayah dan ibuku untuk merawat aku dan James. Beliau berpura-pura berpihak kepada ibu tiriku supaya tetap bisa merawatku," ucap Liora.
"Apa beliau wanita tua yang bisa menghilang di tengah halaman rumah Haugert? Lalu kenapa warga kota mengira kau anak angkat keluarga Haugert?" tanya Eryk lagi.
"Benar, itu adalah manipulasi ibu dan saudara tiriku. Mereka membuat berita seolah aku dan James telah tiada," jelas Liora.
Mendengar penjelasan dari sang gadis cantik itu, ketiga pemuda desa itu pun penasaran dengan sosok ibu tiri dan saudaranya. Luna, pun memberanikan diri untuk bertanya.
"Siapakan ibu dan saudara tirimu itu?".
"Teodora dan Marck Haugert," jawab Liora.
Dugaan Luna dan kawan-kawannya ternyata benar.
"Sudahlah, mari kita mengistirahatkan badan kita untuk menyiapkan perjalanan esok menuju desa. Biar James yang menjaga kita," ucap Liora.
Penjelasan dari Liora sudah menjawab rasa penasaran yang ada di hati Luna dan teman-temannya. Mereka pun mengikuti saran Liora untuk beristirahat dan menyisihkan tenaga.