webnovel

Love Story from Seoul

作者: haru2403
现代言情
連載 · 16.8K 流覽
  • 8 章
    內容
  • 評分
  • N/A
    鼎力相助
摘要

Vika Jasmine merupakan cewek yang berasal dari Jakarta, Indonesia. Dia merupakan salah satu siswi yang bersekolah di salah satu sekolah menengah internasional ternama di Jakarta. Vika menjalani hubungan dengan salah teman sekelasnya. Pacar Vika bernama Ryu Junho. Seorang cowok berkulit putih dan bertubuh atletis berasal dari Korea yang juga merupakan kapten tim basket putera di sekolahnya. Wajahnya yang tampan membuat banyak siswi menggemarinya. Vika sendiri merupakan ketua OSIS di sekolahnya. Sosoknya yang cantik dan berkarisma membuatnya menjadi girl crush yang banyak didambakan oleh para siswa. Setiap ada kegiatan di sekolah, banyak siswa yang antre untuk memandang Vika. Banyak dari mereka yang ingin menjadi pacarnya harus menelan pahit karena Vika dan Junho adalah pasangan favorit dan sempurna yang menjadi dambaan para siswa. Namun suatu hari, sebuah berita yang tak terduga yang mengubah hidup Vika. Junho harus pergi meninggalkannya dan pindah ke Korea karena orang tuanya harus mengurus bisnis mereka. Lima tahun kemudian, Vika telah tumbuh dewasa dan bekerja sebagai arsitek muda di sebuah perusahaan Konstruksi ternama di Korea, J&Y Construction. Dia kemudian bertemu dengan Shin Jaemin yang merupakan seniornya saat Vika menjadi mahasiswi arsitektur di salah satu Universitas di London yang ternyata menaruh hati padanya. Dalam suatu pertemuan yang terduga, Vika bertemu kembali dengan mantan kekasihnya, Ryu Junho yang sekarang menjadi CEO ternama di Korea. Ryu Junho sendiri ternyata telah bertunangan dengan salah satu model dan aktris terkenal, Jung Yujung. Ryu Junho yang masih mencintai Vika, kembali mengejarnya dan berusaha mendapatkan kembali cinta Vika. Akankah Vika menerima Junho kembali atau menemukan cinta baru dalam hidupnya. Siapakah sebenarnya Shin Jaemin? Akankah Vika menyadari Cinta seorang Jaemin untuknya? Simak terus kisahnya.

標籤
2 標籤
Chapter 10. Prolog

Semua perasaanku padanya..

Kini lenyap oleh sebuah perpisahan yang menyakitkan

Walaupun aku pernah bersiap menerima kenyataan ini..

Dan berbagai kemungkinan dapat terjadi saat ku kembali melihatmu disini..

Namun di atas dugaanku...

Semua rindu dan kenangan itu hancur dalam sekejap...

Semua angan dan impianku kembali bersamamu..

Kini hanya tinggal bayang semu...

Yang hilang tak berbekas...

Semua yang telah terjadi membuatku tersadar...

Kau tak pantas untukku...

Kini aku akan terus berlari...

Mencoba melupakan bayangmu..

Mencoba menghapus sejuta kenangan dalam hidupku..

Tanpamu aku coba bangkit..

Dan berpaling menemukan mimpiku..

Biarkan angin menyelimutiku..

Dengan kesejukan dan kelembutan udara yang menyegarkan hidupku...

Dan biarkan aku menemukan sebuah rinduku...

Rindu yang telah menghilang oleh cerianya hariku bersamamu

Aku tak pernah menduga....

Sebuah pertemuan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya..

Akan membawaku menemukan jalan indah yang membuatku tersenyum kembali

Mungkinkah ini jawaban dari segala kegelisahan dan harapanku yang telah pupus

Mungkinkah ini sebuah angin yang membuat hariku kembali...

Kembali pada duniaku...

Kembali menemukanku pada sebuah kebahagiaan yang lama tak kurasakan..

Padamu... yang memberi cahaya di hatiku...

©©©

Bulan Januari, Tujuh tahun lalu...

"Junho, kau tak lupa hari ini ulang tahunku kan?" ucap Vika sembari menikmati pasta di salah satu cafe favoritnya.

"Tentu saja, Vika. Bagaimana aku bisa melupakannya. Ini hadiah untukmu." Ucap Junho sembari mengulurkan sebuah kotak kecil pada Vika.

"Waah.. ini serius buat aku." Ucap Vika antusias menerima hadiah pemberian Junho.

"Iya, itu buat kamu, semoga kamu suka yaa..." ucap Junho sembari tersenyum.

"Wah.. Junho.. ini indah banget. Aku suka sekali.. terima kasih yaa." Ucap Vika sembari membuka kotak kecil itu. Terlihat disana, sebuah kalung emas putih dengan liontin berbentuk hati yang sangat indah.

"Sama-sama Vika.. aku senang jika kau menyukainya." ucap Junho sembari menggenggam jemari tangan Vika.

"Aku sangat menyukainya. Semua pemberian darimu adalah istimewa buatku." Ucap Vika yang membuat Junho tersenyum menatapnya.

"Mau aku pakaikan?" tanya Junho menawarkan.

"Eung.. boleh.." ucap Vika dengan pipi memerah karena senang dengan kado dari Junho.

Junho pun beranjak dari tempat duduknya dan memakaikan kalung pemberiannya.

"Wah..kamu cantik sekali, Vik.." puji Junho yang membuat Vika tersipu malu.

"Junho.. terima kasih yaa... ngomong-ngomong, nanti kamu tanding basket jam berapa?" tanya Vika yang tahu pacarnya menyempatkan waktu untuk bersamanya sebelum pertandingan penting sore nanti.

"Jam tujuh sore. Kamu harus datang yaa?" pinta Junho bersemangat.

"pasti aku akan datang, bagaimana aku bisa melewatkan pacarku bertanding hari ini." Goda Vika sembari tersenyum.

"makasih, ya Vik... aku tunggu nanti sore."

"drrrt....drrrrt.." tiba-tiba smartphone Junho berdering.

"Hallo Junho,,, kamu dimana? Anak-anak sudah menunggu di tempat latihan." Ucap Jefry, manajer sekaligus pemain basket satu timnya.

"Aku di cafe.. baiklah..lima menit kali aku meluncur kesana." Ucap Junho sembari memandang jam tangan di pergelangan tangannya.

"Ok..kita tunggu ya..."

"See You Soon." Ucap Junho sembari menutup telepon.

"Vika... sorry banget...sepertinya aku harus pergi dulu. "

"Sudah mau pergi?" tanya Vika sembari menatap Junho yang berkemas dan memakai jaketnya.

"Iya.. sudah ditungguin. Aku harus latihan.. sorry banget aku nggak bisa nemenin kamu di hari ulang tahunmu lebih lama." Ucap Junho agak menyesal.

"baiklah kalau gitu. It's okay, Junho. Aku ngerti kok. Ya udah.. sampai ketemu nanti ya..Good luck yaa." ucap Vika yang mempersilahkan Junho untuk berangkat latihan basket.

"makasih ya Vik.. bye..bye..see ya soon."

©©©

Sore hari kemudian...

Sore hari sepulang Vika pergi merayakan ultahnya dengan Junho, dia kembali ke rumahnya. Sengaja sebelum menonton pertandingan basket yang akan diikuti tim basket Junho, Vika ingin melanjutkan hobi barunya yaitu melukis. Sudah ada sekitar lima lukisan yang berhasil Vika lukis. Beberapa karyanya mengambil tema alam seperti pemandangan, langit dan juga pantai. Kali ini ada satu lukisan setengah jadi yang digambarnya terpajang di atas kanvas, Vika ingin menyelesaikannya sebelum menonton Junho bertanding.

Dia pun kembali berkonsentrasi dan terlihat serius menyapu goresan demi goresan kuasnya. Beberapa cat yang ada di pallete, Vika campur menjadi satu kesatuan warna pastel yang menarik. Tangannya kembali fokus menyapu kuas di atas kanvas. Sampai dia tak menyadari smartphonenya di atas meja tiba-tiba berdering.

Panggilan demi panggilan di smartphonenya tak juga diangkat Vika karena dia atur menjadi silent dan terlalu fokus melukis. Hingga dia baru menyadari suara getar smartphonenya.

"Halo Vika... kamu dimana sih, kenapa teleponku nggak dia angkat dari tadi?" ucap Kania sahabatnya dari balik telepon.

"Sorry..sorry..Kania.. aku tak mendengarnya. Aku terlalu fokus melukis tadi." Ucap Vika sembari mengecheck ada lima panggilan tak terjawab tertera di layar smartphonenya.

"Kamu nggak lupa kan.. hari ini Junho mau tanding? Disini udah rame lho." Ucap Kania sembari duduk di tribun penonton.

"Oh.. iya.. benar juga.. waah..gawat udah setengah tujuh sore. Kamu dimana?" tanya Vika yang menyadari pertandingan Junho dimulai setengah jam lagi.

"Aku dan Vallya udah di Hall Arena Basket. Udah rame banget. Ayo..kamu juga cepetan dateng." Ucap Kania bersemangat.

"Iya,, Vik.. kamu cepetan kesini. Tadi udah ditanyain Junho lho kamu." Ucap Vallya saat telepon di loudspeaker.

"Okay, Okay,..aku segera meluncur.. lupa tadi keasyikan melukis. Pasti Junho marah banget kalau sampai aku telat datang. Aku sepuluh menit lagi sampai guys.." ucap Vika sembari siap-siap berangkat.

"Okay.. Vik.. kita tunggu ya.. see you soon..." sahut Kania sembari mengakhiri percakapannya dengan Vika.

"See ya guys...." balas Vika sembari menutup telepon.

Vika pun segera bergegas ganti baju dan memakai make up di depan kaca kamarnya. Dia tak ingin melewatkan pertandingan basket Junho. Setelah meraih kunci mobilnya, dia berangkat menuju Hall Arena Basket yang jaraknya sekitar sepuluh menit dari rumahnya. Namun, dia tak menyadari, jam saat dia berangkat adalah jam pulang kantor karyawan di sekitar area tempat dia tinggal. Alhasil dia harus berjibaku dengan kemacetan Jakarta.

"OMG.. aku lupa kalau jam segini ini macet-macetnya. Semoga keburu deh.." gumam Vika sembari mengemudikan mobil dengan pelan karena mobil di depannya hanya berjalan beberapa meter saja sedari tadi.

Dan jam tujuh lebih sepuluh menit, Vika baru sampai di Hall Area Basket, tempat pertandingan final basket se-DKI antara sekolahnya dengan tim sekolah lain berlangsung. Pertandingan sedang berlangsung dengan seru dan menarik.

"Sorry guys.. tadi macet banget.. bagaimana pertandingannya?" tanya Vika sembari menghela nafasnya karena berlari mengejar waktu.

"Vika.. ini baru quarter satu. Tapi udah mau habis babak pertamanya." Jawab Vallya yang menyadari sahabatnya yang baru datang.

"Iya.. kamu dari tadi udah ditanyain Junho. Kita sampai bingung ngejawabnya." Balas Kania sembari memberika segelas Mocca latte yang dia pesan bersama pesanannya dan Vallya.

"Thank You Kania.. semoga Junho nanti nggak marah ya.." ucap Vika yang kembali fokus menonton pertandingan.

Pertandingan basket sore itu berlangsung saat seru dan menegangkan. Beberapa kali lawan berhasil mengejar angka tim basket sekolah Vika namun berhasil dikejar kembali oleh Junho dan anggota basket lainnya. Semarak dukungan tak lupa Vika dan teman-temannya teriakkan dari atas tribun penonton. Dan setelah hampir satu jam, pertandingan basket berakhir. Kemenangan diraih oleh Tim basket SMA Vika dengan score 89-81.

©©©

Beberapa saat kemudian..

Hall Arena Basket telah sepi dari penonton, tampak ada Junho disana yang sedang mengemasi barang-barangnya.

"Junho..congrats yaa..aku tahu kamu pasti akan menang tadi. " ucap Vika sembari memberikan air meneral pada Junho.

"Makasih ya Vik.. kamu datang juga ternyata. Tadi aku mencarimu, namun tak menemukanmu. Kirain kamu nggak datang tadi."

"Sorry Junho, tadi aku kelupaan di rumah. Pas aku berangkat macet banget tadi. Tapi beneran tadi aku nontonnya udah dari quarter pertama kok." Ucap Vika merasa bersalah karena melewatkan beberapa menit pertandingan Junho.

Junho kemudian tersenyum menatap Vika yang menjelaskan kepadanya dengan serius.

"Iya.. iya.. aku percaya. Terima kasih ya.. kamu udah dateng ke pertandingan aku. Aku seneng banget." Ucap Junho sembari menggenggam tangan Vika.

"Iya..sama-sama. Pasti aku dateng. Ini kan moment penting kamu." Ucap Vika merasa lega karena Junho tak marah padanya.

"Junho.. kamu udah ditungguin anak-anak buat makan bareng." Panggil Satriyo anggota basket satu tim dengan Junho.

"Vika. Sorry banget,, kayaknya aku harus pergi. Ada perayaan keberhasilan tim basket sekolah sehabis ini." Ucap Junho merasa tak enak dengan Vika.

"iya baiklah.. kalau gitu.. aku balik dulu, Junho." ucap Vika sembari pamit meninggalkan Jojo.

Sebenarnya di hari ulang tahunnya dia berharap dapat merayakan lebih lama bersama kekasihnya, Jojo. Vika sudah merelakan tak kumpul bersama kedua sahabatnya Vallya dan Kania karena ingin bersama Junho lebih lama. Namun sepertinya dia akan kembali ke rumah dan beristirahat.

Mobil Vika pun terus melaju meninggalkan Hall Area Basket menuju rumahnya. Namun di tengah perjalanan tiba-tiba terasa ada yang aneh pada mobilnya. Vika pun kemudian menepi dan mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada mobilnya.

"OMG.. ban mobiku bocor bagaimana ini." Ucap Vika yang panik melihat kondisi ban kanan belakang mobilnya.

Vika tahu daerah yang dilewatinya saat ini adalah daerah yang jarang dilewati. Tukang ban atau bengkel pun tak ada disini. Dia pun tak menyimpan nomer mobil derek untuk mobilnya. Saat dia merasa kebingungan, tampak ada mobil berwarna biru tua menepi di belakang mobilnya. Dari balik mobil tampak ada seorang lelaki tampan yang sepertinya bukan asli indonesia. Parasnya seperti idol-idol yang biasa digemari Vika dan kedua sahabatnya.

"Haai... May I help You?" tanya lelaki tersebut menggunakan bahasa Inggris.

Vika pun menjelaskan jika bannya bocor dalam bahasa inggris. Dan lelaki itu pun menanyakan jika apakah Vika memiliki ban serep alias ban cadangan. Vika pun kemudian teringat ada ban cadangan yang tersimpan di dalam bagasi mobilnya.

"Thank You for helping Me..bolehkah saya tahu bagaimana saya membalas anda?" ucap Vika tulus berterima kasih. Tanpa lelaki tersebut, mungkin dia masih kebingungan bagaimana dia harus pulang.

"You're Welcome...kamu tidak usah membalas apa-apa. Sorry but I have to go."balas lelaki itu ramah dan bersiap untuk kembali ke mobilnya.

Vika pun diam sejenak. Dia ingin memberikan sesuatu pada lelaki yang sudah menolongnya.

"Maaf...Tunggu sebentar.." Ucap Vika yang kemudian kembali ke mobilnya.

Lelaki tadi pun kaget dan menghentikan langkahnya.

Vika mengambil sebuah sovenir gantungan kunci jakarta. Dia ingat beberapa minggu lalu dia sempat membeli cindera mata saat jalan-jalan ke Wisata Kota Tua bersama Vallya dan Kania.

"Ini buat kamu. Terima kasih atas bantuannya." Ucap Vika menyerahkan bingkisan dari Kota Tua kepada lelaki tersebut.

"tidak usah.. aku senang bisa membantu." Ucap lelaki tersebut berusaha menolak pemberian Vika.

"please diterima ya.. aku tak bisa memberikan apa-apa. " ucap Vika berharap lelaki tersebut tak menolak pemberian darinya.

"baiklah aku terima ya..terima kasih bingkisannya. Maaf aku harus pergi dulu." Ucap lelaki tersebut sembari kembali menuju mobilnya.

"sama-sama..baiklah..hati-hati di jalan." ucap Vika sembari mengamati mobil lelaki tersebut yang melaju meninggalkannya.

Vika pun kemudian melanjutkan perjalanannya kembali ke rumah dengan selamat. Dia pun memandang langit-langit kamarnya saat masuk ke kamar dan rebahan sejenak di atas tempat tidurnya. Rasa lelah menghinggapinya. Pikirannya pun melayang mengingat banyak hal yang terjadi di hari ulang tahunnya hari ini. Dalam hatinya hanya satu keinginan yang ingin dilakukan, Vika berharap tahun depan dia dapat merayakan ulang tahunnya bersama Junho, kekasihnya.

©©©

你也許也喜歡

Tuan CEO, Istri Anda adalah BOSS Tersembunyi!

Lima tahun lalu, Qiao Nian dikhianati oleh kakaknya, Qiao Xin. Setelah menghabiskan satu malam dengan seorang pria asing, Qiao Nian hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak tersebut, dan akhirnya melahirkan seorang bayi yang lahir mati. Di bawah tipu daya ibu dan kakaknya, Qiao Nian kehilangan sahamnya di Grup Qiao dan dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adiknya, Qiao Xin, akan menikah dengan Putra Muda Kedua dari Keluarga Gu. Dia dikabarkan sangat buruk rupa. Pada hari ia lahir, dokter meramalkan bahwa ia tidak akan hidup lewat usia dua puluh tahun. Ibunya tidak tega melihat Qiao Xin menikah dengan orang seperti itu dan teringat pada Qiao Nian yang masih terkunci di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Qiao Nian dikeluarkan dari rumah sakit untuk menggantikan Qiao Xin dalam pernikahannya dengan Keluarga Gu. Ibunya berkata, "Baguslah jika Qiao Nian, yang tidak berguna ini, bisa menggantikan Xin'er untuk menjadi janda hidup di Keluarga Gu. Jika Xin'er yang menikah ke keluarga itu, aku akan patah hati." Qiao Xin berkata, "Ibu, jangan berkata begitu tentang Kakak. Kalau bukan karena dia, aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya khawatir kalau Kakak tidak akan setuju." Ayahnya berkata, "Xin'er, kamu terlalu baik hati. Sudah lupa kah bagaimana Qiao Nian menfitnahmu lima tahun yang lalu? Dia tidak tahu mengendalikan diri. Dia hamil sebelum menikah dan bahkan melahirkan anak yang masih mati. Sudah cukup baik kita membiarkannya menikah dengan seseorang dari Keluarga Gu yang terpandang! Hak apa yang dia miliki untuk memilih?" Qiao Nian mengejek. Saat itu, konspirasi terhadapnya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, membuatnya menderita. Dia akan membalas semuanya! Semua orang berpikir bahwa tindakannya berasal dari kombinasi mentalitas orang kalah dan penyakit jiwa, namun sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi union yang kuat seimpak Mars menabrak Bumi! Dengan mengambil keuntungan dari keterampilannya yang brilian di bidang kedokteran, Qiao Nian membuat berbagai orang sampah dan penjahat menelan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, berbagai identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing terungkap. Ternyata dia kaya raya sampai bisa menyaingi sebuah negara! Kemudian, Tuan Muda Kedua Gu meletakkan sepasang klon mini Qiao Nian di depannya. Dihadapkan dengan dua anak yang menyerupai dirinya dan Gu Zhou, Qiao Nian berkedip dengan terkejut. "Kapan aku melahirkan anak-anakmu?"

JQK · 现代言情
分數不夠
488 Chs

Satu Malam Liar

Lucinda Perry, seorang penyendiri sosial dan pekerja keras, berjanji pada dirinya sendiri untuk benar-benar menggila di ulang tahunnya yang ke-25 dan bahkan mencetak one night stand jika ia mendapatkan promosi yang sudah lama ditunggu di pekerjaannya. Beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang ke-25, dia dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi dan tidak hanya itu, tapi ke kantor pusat di kota yang berbeda. Harus menghabiskan malam ulang tahunnya di kota baru, dia pergi ke klub di mana dia bertemu dengan orang asing tampan, Thomas Hank, yang menawarkan diri untuk menjadi one night stand-nya setelah melihat daftar berani-melakukannya, yang termasuk memiliki satu malam berdiri. Thomas Hank, setelah digunakan oleh beberapa wanita di masa lalu, bertekad untuk mendapatkan wanita impiannya yang akan mencintainya untuk dirinya sendiri dan bukan karena kekayaannya. Jadi ketika dia bertemu Lucinda Perry yang imut dan polos di klub, dia memutuskan untuk menjaga identitas aslinya dari dia dan mencari tahu apakah dia layak untuk dia pertahankan. ***Excerpt*** Apa yang lebih menghibur daripada sisi karakter yang gila? Katakan halo pada Sonia dan Bryan. Jantung Sonia berhenti berdetak sebentar, lalu berbagai pemikiran mulai berterbangan di kepalanya pada saat yang sama. Bryan Hank? Idola selebriti yang dia naksir sedang berlutut tepat di depannya dan memintanya untuk menjadi istrinya? Apakah dia salah mengira dia dengan orang lain? Apakah mungkin ini adalah lelucon, atau mungkin ini seperti salah satu lelucon selebriti dan ada kamera-kamera di sekitar, menunggu untuk merekam dia membuat dirinya tampak bodoh? Atau mungkin dia sedang bermimpi? Sonia bertanya-tanya sambil melihat-lihat sekitar mereka, tetapi yang dia lihat hanyalah penonton yang penasaran. "Tolong! Jadilah istriku dan buat aku menjadi pria paling bahagia di Bumi," katanya dengan suara keras yang menarik perhatian semua orang. Editornya yang telah ditunggunya selama lebih dari satu jam karena dia mencoba menandatangani kesepakatan dengan produser film yang tertarik dengan salah satu ceritanya, muncul saat itu juga, "Sonia, kamu kenal Bryan Hank?" Tanyanya dengan heran saat melihat adegan di depannya. Sepertinya sudah berjam-jam sejak Bryan berlutut, tapi ternyata baru satu menit. Bryan tahu tidak ada wanita yang cukup gila untuk menerima proposal gila seperti itu, dan bahkan jika ada yang mau menerima, membayarnya dan membatalkan keseluruhan hal tersebut akan mudah karena yang dia inginkan hanyalah skandal yang bisa terjadi dari situ. Judul beritanya mendatang akan tentang proposal pernikahan yang ditolak atau pertunangannya yang dikatakan, yang cukup membuat Sophia lepas dari kaitannya. "Ya!" Jawab Sonia dengan semangat sambil menganggukkan kepalanya dan mengulurkan jarinya agar dia memakaikan cincin pertunangan. "Ya?" Tanya Bryan dengan bingung saat mendengar jawabannya. "Ya! Aku akan menjadi istrimu dan membuatmu menjadi pria paling bahagia di dunia!" Sonia berkata dengan tertawa dan menggerakkan jarinya hingga Bryan memasukkan cincin itu ke jarinya. Secara mengejutkan cincin itu adalah ukuran yang tepat untuknya, dan duduk di jarinya seolah-olah dibuat khusus untuknya. Suara tepuk tangan meledak di sekitar mereka saat Sonia berdiri dengan senyum lebar di wajahnya dan memeluk Bryan sebelum menciumnya tepat di bibir. Bryan sedikit terkejut dengan keberaniannya tapi cepat pulih karena ini adalah permainannya, dan dia harus ikut serta. Dia lah yang mendekatinya terlebih dahulu, bagaimanapun juga. Jadi ketika dia mencoba memutuskan ciuman, dia memegang dagunya dan perlahan menggigit bibir bawahnya sebelum membuka bibirnya dengan lidahnya dan mengisapnya dengan cara yang menggoda, mengeluarkan desahan dari Sonia. Sonia merasa pusing. Ini terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Itu haruslah mimpi. Bagaimana lagi dia bisa menjelaskan bahwa pada suatu saat dia duduk di lobi hotel menunggu editornya, dan pada saat berikutnya dia bertunangan dengan idola selebriti yang dia naksir dan menciumnya di sini di depan umum?

Miss_Behaviour · 现代言情
分數不夠
1008 Chs

評分

  • 全部評分
  • 寫作品質
  • 更新穩定度
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景
評論
哇! 如果您現在填寫評論,您將會是第一個評論的人!

鼎力相助