"Citra masih suka bingung deh sama selisih umur cowok-cowok di keluarga kakak." Kata Citra membuka topik pada Irham. Mereka sedang makan siang di sebuah restoran Jepang di sebuah Mall di Jakarta Selatan.
Banyak orang yang masih bingung selisih umur mereka seper-sepupuan. Ya, selain cowok nya kebanyakan, umur dan ukuran badan mereka hampir sama semua, gede-gede amat.
"Oh wajar sih, kami udah pada gede-gede ya kan?!" sahut Irham lalu memasukkan satu potong sushi dalam mulutnya, "Jadi, yang paling tua itu Kang Ares. Terus Aku, selisih umur Cuma 2 tahunan gitu sama Kang Ares. Setelah ada aku, Si kembar, Lendra dan Zendra, beda seminggu Cuma sama aku."
"Wait, bentar ! Si Kembar seumuran sama Kakak?!" kejut Citra.
"Iyaa, kenapa?"
"Astaga, mereka itu nggak mirip sama sekali 30 th, awet banget sumpah."
"Ya sih, bikin iri emang mereka."
"Ckkk…lanjut."
"Ok, dibawah itu di susul sama Jack, selisihnya Cuma 9 bulan. Jadi, aku, si kembar sama Jack itu umurnya agak mirip-mirip."
"Kalau Jack, OK lah 29-30 gitu, mirip kok."
"Udah gitu, ada Arkan di bawah Jack, selisih 2 tahun. Terus ada Irsyad selisih 1 tahun sama Arkan, Syifa dibawahnya 1 tahun."
"Jadi, Arkan 28 tahun ini, Irsyad 26, Syifa 25." Tanggap Citra.
"Ya segitu lah, terus paling bawah ada Irhas, 21. Dia paling bocil, paling rusuh dan paling manja sama semua orang, tapi dia paling dekat itu sama Irsyad, walau selalu berantem, paling nggak bisa jauh sama Irsyad." Cerita Irham tentang kedua adiknya yang unik itu. punya sifat berbanding terbalik 180 derajat.
Irsyad yang pendiam dan kaku dan Irhas yang pecicilan dan cerewet.
"Waktu Irsyad sekolah ke Perancis, minggu pertama itu Irhas demam tinggi, kangen sama Irsyad."
"Astaga hahaha. . ." Citra tertawa lebar mendengar cerita tentag Irhas. Selama ini, setelah bertunangan dengan Irham beberapa minggu yang lalu, intensitas mereka bertemu jadi sering. Hampir tiap minggu Citra pasti akan ke rumah Irham, sekedar mau main atau ada keperluan. Dan Ia sendiri tau bagaimana jahilnya Irhas dan cerewet nya lelaki yang sedang menempuh pendidikan Dokter itu.
"Kalau kakak lebih dekat sama siapa?" tanya Citra dan tunangan nya.
"Sama Kang Ares dan Arkan, gue apa-apa sering sama mereka."
"Kalau Si kembar?"
"Itu dia sama Syifa, Jack. Satu tempat main."
"Tapi, aku kagum banget sama kedekatan kakak sama sepupu kakak." Puji Citra.
"Thank you. Membangun hubungan yang gitu nggak mudah Cit."
"Agree !" cicit Citra, "Citra aja baru-baru sekarang akur sama Kak Evan, saat sudah dewasa."
"Enak kan kalau punya banyak saudara?" tanya Irham yang langsung disetujui oleh Citra. "Nanti kita program punya banyak anak ya, Cit." goda Irham sambil memainkan alisnya naik turun.
Citra terkekeh pelan, "apaan sih Kak." Semburat merah jambu bersarang di pipi Citra.
"4 atau 5 cukup deh."
"Nggak mau, emang nya ngurus anak itu enak apa, mau banyak-banyak." Protes Citra.
"Enak sayang, kok malah nggak enak, apalagi prosesnya." Kata Irham dengan wajah kalem, seakan hal yang Ia bicarakan tidak mengandung unsur-unsur 18+ nya.
"Kak !" pekik Citra dengan mata membola, "Kakak ngomong apa sih?!"
"Apa emang?" tanya Irham balik, sengaja menggoda sang tunang.
"Tau ih." Balas Citra sok-sok ngambek.
Irham tertawa senang karena berhasil menggoda Citra, ekspresi nya yang menggemaskan saat kesal adalah favorit nya. "Kemarin udah ngomong sama Lendra, katanya kalau mau foto Prewed di luar negeri, bisa bulan ini."
"Bulan ini?"
"Iya, mau nggak?"
"Kemana?"
"Kan kemarin pengen ke Hong Kong. Aku sih gas."
Beberapa hari yang lalu, Citra sedikit bercerita kalau dirinya mau foto prewed di luar negeri. Sekali seumur hidup prewed, kenapa nggak di tempat yang 'wow' aja gitu. Irham sebagai bucin yang selalu ingin menyenangkan hati pasangan, setuju saja. Tidak ada bantahan apapun.
"Tapi, Tabungan Citra kayaknya nggak cukup kalau kita keluar negeri deh Kak."
"Halah lo, kayak sama siapa ajaaa.." kilah Irham santai, "Gue bayarin semua nya. Kamu terima beres nya aja. Aku sekarang udah jadi pengusaha sukses tau nggak sih, bukan karyawan lagi. Tunangan kamu ini banyak uang kok." Kata Irham jumawa.
Kalau sekarang mau sombong sama Citra kayak nggak guna, ceweknya itu terlalu pasrah dengan keuangan nya. Tidak sama sekali menyinggung profesinya yang sibuk di bengkel. Ok, bukan sebagai montir bengkel memang, tapi nggak keren aja gitu kalau dokter sanding sama tukang bengkel sepertinya, itulah yang di pikir oleh Irham.
Tapi beda dengan Citra, dia mau-mau saja dengan dirinya, asal pasangan nya adalah Irham dan menerima segala kekurangan Citra.
Dulu, walau uang nya Irham punya banyak tapi selalu di kalahkan dengan keuangan ceweknya yang lebih makmur. Rata-rata mantan pacar Irham adalah orang berada, anak kolomerat dan orang sukses. Mau ngajak anak orang hidup susah bersama nya, wajarlah kalau nggak mau. Irham mah bego.
"Ih sombong banget." Citra menabok bahu Irham geram.
"Hahaha. . ." Irham senang kemudian, "Hayu lah, Biaya nya biar aku yang pikirin."
Citra menggeleng tak setuju, ini acara mereka. Bukan hanya Irham yang berpartisipasi dalam pernikahan mereka nanti dan segala persiapanya, namun dirinya juga. Citra mau juga terlibat, mau itu energi, waktu ataupun masalah biaya.
"Citra nggak mau gitu ih, nggak enak sama Kakak."
"Aku bakal jadi suami kamu nanti, Sayang. Nggak perlu segan lagi." Kata Irham keras kepala. Ia pun terlalu royal dengan Citra, ginjal pun rela Ia jual kayaknya.
"Ckk… Nggak mau pokoknya kalau gitu."
Irham mendumel dalam hati, ini cewek nya kenapa gini. Dikasih enak malah kagak mau. "OK, kamu bayar sewa hotel aja gimana?"
"Setuju !" sahut Citra cepat.
"OK. Kamu urus cuti dulu ya, kita berangkat secepatnya."
"Siaaapp !" sahut Citra semangat.
Sekarang Citra tidak lagi aktif di klinik sepupunya, Ia sudah bekerja di sebuah pukesmas di Jakarta sebagai dokter gigi junior disana. Bismillah, pelan-pelan nanti karir nya bisa semakin bersinar. Insya Allah.
Yang biasanya, Citra masuk klinik Atta jam 9 pagi pulang sore jam 5, kini Ia sudah punya kegiatan rutin masuk pagi-pagi jam 7 dan pulang saat siang hari.
Hong Kong, I am coming !
[****]