webnovel

Ratu Drama

Chapter 9 : Ratu Drama

_Likenzo_

Hujan sudah mulai mereda, kuah Mie Bakso di mangkok Febee juga sudah habis sedari tadi. Kenzo baru saja membayar pesanan milik gadisnya barusan. Huhh.. Lama lama jiwa wanita di dalam tubuhnya benar benar akan punah, pikir Kenzo.

"Ken, pulang sekarang?" Tanya Febee.

Kenzo mengangguk lalu berdiri, diikuti Febee yang langsung menggandeng lengan kekasihnya. "Apa?" Tanya Febee saat Kenzo menatapnya tajam.

"Tidak usah bergelayut pada ku, lengan ku akan gatal gatal jika kau sentuh." Komend Kenzo melepas gelayutan tangan Febee secara paksa.

Febee cemberut. "Memangnya kenapa? Aku hanya ingin menggandeng tangan kekasih ku, apa itu salah Ken?" Jawab Febee.

Kenzo memutar bola mata malas. Kebetulan sekali saat matanya melirik arah lain, terlihat banyak siswa siswi SMK yang baru pulang dari ekstrakurikuler sekolah mereka sembari berjalan kaki, melewati tempat Febee dan Kenzo berdiri di samping gerobak Bakso.

Febee mengerutkan dahinya tak suka. Kenzo ini kalau soal perempuan langsung cepat matanya membola. Padahal di sampingnya sudah ada gadis cantik, apa tidak cukup satu wanita seseksi dirinya? Kesal Febee.

Mata Kenzo terpokus mengerjap dua kali melihat tak henti ke arah rombongan anak anak cakep yang baru saja lewat sambil bercanda tawa bersama teman temannya.

"Aww!"

Kenzo merintih saat tangannya dicubit kecil oleh Febee dari samping. "Kenapa kau mencibit ku?" Tanya Kenzo dengan raut wajah garang.

"Sudah ku bilangkan jaga mata mu! Apa tak cukup semalam kau merobohkan kasur menikmati tubuh ku hah?" Teriak Febee tak tahu tempat.

Kenzo melotot. Bukan karena ucapan Febee yang gamblang, tapi karena tuduhannya sama sekali tidak benar. "Apa dia gila? Yang merobohkan kasur siapa?" Batin Kenzo berpikir heran.

"Apa maksud mu?" Tanya Kenzo tak mengerti.

"JANGAN PURA PURA TAK MENGERTI, KAU BARU SAJA SELESAI MENIDURI KU KENZO. HARUSNYA KAU JAGA MATA MU ITU! APA TAK CUKUP SERVIS KU KAU JADIKAN PROYEKTOR HAH!!"

Kenzo semakin melototkan matanya, diliriknya sekitar mereka berdua berdiri. Banyak dari ribuan pasang mata memandangi mereka bedua, tak terkecuali si tukang Bakso dan anak anak SMA yang baru saja melewat dibuat melongo.

Dipelototinya gadis itu oleh Kenzo. "Dasar gilak! Kau mau membuat hoax tentang diri ku?" Marah Kenzo.

"Hiks.." Tiba tiba saja gadis itu menangis tanpa sebab.

Kenzo mengernyitkan alis bingung, tadi teriak teriak sekarang menangis. "Kau ini sedang menangis apa tertawa? Sikap-"

"Kenzo jahat! Febee kan sudah bilang jangan lirik gadis lain huwaaaaa!" Raung Febee menangis menjadi jadi.

Kenzo menggaruk kepalanya semakin bingung, apa maksudnya gadis ini menyudutkan Kenzo karena melirik gadis lain selain dirinya setelah kejadian semalam? Padahal yang liar dan brutal kan dia dan bukan Kenzo.

"Hapus air mata mu itu, sekarang ikut aku pulang!" Titah Kenzo dibalas gelengan keras dari Febee.

"Febee tak ingin pulang!"

Si tukang Bakso yang tadi hanya diam sekarang ikut menimbrung dengan menengahi mereka. "Aduh Aa.. atuh ini eneng nya jangan di buat menangis. Kasian atuh, mana lagi hamil muda kan kasian." Kata si tukang Bakso sok tahu.

Sekarang Kenzo menatap amang amang itu dengan mengkorek kupingnya tak gatal, apa maksudnya lagi ini?

"Mas kira dia hamil?" Tanya Kenzo.

"Iya atuh A liat aja perut Istri Masnya buncit ya atuh pasti lagi hamil muda, ya kan Neng ya?" Jawabnya.

Febee melirik perutnya sebentar lalu mengusap ngusap lembut perutnya sendiri seolah membenarkan perkataan si tukang Bakso. Kenzo yang melihatnya ingin sekali menonjok perut buncit milik Febee. Salahnya di sini, perut Febee buncit bukan karena hamil melainkan hanya kembung atau masuk angin. Atau juga karena kekenyangan, lagi pula Kenzo baru sekali menanam benih Febee tidak mungkin langsung jadi.

"Aduh Mas-"

"Sudah sudah, ini Enengnya dibawa pulang aja kasian. Sana kalian, nanti pelanggan saya pada kabur ke usik sama tingkah Aa nya yang tidak peka," Ujar si tukang Bakso sok tahu lagi.

Kenzo memutar bola mata malas, tukang Bakso ini sama sama menyebalkannya dengan Febee. Sedangkan gadis itu masih terisak mengucek mata sambil mengusap perutnya sedari tadi.

"Dasar ratu drama cih!" Cekam Kenzo menipiskan bibir dan pandangannya pada gadis itu.

Tak waktu lama si tukang Bakso dan orang orang lainnya sudah bersikap biasa, tak lama juga Kenzo segera menggendong Febee ala brydall style dan membawanya pergi.

Febee yang digendong dengan gaya tidur itu seketika merentangkan tangannya, ia khwatir Kenzo menjatuhkannya di tengah jalan dengan motif balas dendam dari sikapnya yang baru saja menyebar hoax.

**

"Hiks.."

Meskipun sudah beberapa menit berlalu mereka sampai di rumah gadis itu, tetapi isakan tangis yang keluar dari mulut Febee belum usai juga.

Kini mereka tengah berada di kamar Febee. Tidak ada siapapun di rumahnya karena Bibi Lim ternyata sedang berada di luar negeri.

"Hiks.."

"Apa tak lelah kau menangis sedari tadi?" Tanya Kenzo merasa muak.

Padahal dirinya ingin cepat cepat pulang, tapi dicegah oleh lengan Febbe yang masih setia mengalung di lengannya. Dengan keadaan hati kesal Kenzo membuang napas kasar sambil duduk diatas ranjang mewah. Sedangkan Febee sendiri asik terisak menangis, bersandar menyembunyikan wajahnya di bahu lebar milik Kenzo.

"Tidak, aku ingin lebih lama di sini bersama mu Ken." Jawab Febee.

"Tapi ini sudah mau malam, kasihan Juna ku tinggalkan di rumah sendirian." Sela Kenzo.

"Bukankah sudah ada Lidia? Untuk malam ini dia bisa menjaga adik mu sebentar sampai kau pulang, lagi pula rumahnya juga dekat dengan rumah mu kan?" Febee mencari alasan klasik.

"Kau tahu siapa Lidia? Dia pegawai Restoran ku, bukan seorang pembantu apalagi Baby Sister. Jadi sekarang sebaiknya kau mandi lalu istirahat. Ok.." Kenzo melepas genggaman tangan Febee secara paksa dari lengannya.

"Tidak!"

Kenzo melepasnya paksa lalu berdiri menghindar.

"Kenzooooo!" Rengek Febee menendang angin hendak menangis.

"Maap Febee-"

Tanpa babibu Febee menangkap Kenzo tapat hendak akan menciumnya, tapi segera Kenzo tahan dengan membatasi dengan telapak tangannya sendiri. Ia mendorong paksa Febee dari tubuhnya. Heol, gadis ini benar benar berbahaya.

"Kau!" Tunjuk Kenzo di wajah Febee.

"Aku rela kau nikmati lagi malam ini, asal kau mau menemani ku lebih lama. Setidaknya sampai tengah malam, aku takut sendirian Ken." Pinta Febee memohon di temani.

Kenzo menggeleng. "Untuk ini aku tidak bisa. Juna lebih penting dari apapun, lagi pula di rumah mu sudah ada banyak bodyguard. Untuk apa aku menemani mu?" Ujar Kenzo menolak keras.

"Hiks.. Kenzo.." Rengek Febee hendak mendekat.

"Jangan mendekat! Kau sekarang sudah dewasa Febee. Kau harus terbiasa hidup sendiri, aku tidak yakin jika aku bisa terus bersama mu. Maka dari itu berhentilah merengek pada ku!" Suruh Kenzo.

"Tapi aku hanya ingin kau menemani ku lagi. Kau tahu? Milik ku di bawah sini masih kadang terasa sakit, aku takut terjadi sesuatu pada ku saat kau tidak ada. Bibi Lim juga kau tahu tidak ada di rumah kan? Apa kau mau aku menyuruh seorang Bodyguard mengobati milik ku yang sakit? Hiks.." Isak Febee mengucek matanya.

Kenzo mendengus, bisa saja gadis ini mencari alasan. "Baiklah. Tapi tidak lebih dari dua jam kedepan, sebaiknya sekarang kau mandi setelah itu kau istirahat. Apa kau mau makan lagi?"

"Yeayy!" Febee memeluk Kenzo kesenangan.

"Jangan memeluk ku ih!" Kenzo mendorong Febee dan menjauh, matanya terlihat ilfell di peluk kekasih sendiri.

"Kenzo mahh.." Febee menggembungkan pipi cemberut.