Kedua pengawal Naura dengan cepat menodongkan senjatanya ke arah orang-orang yang menahan Naura, tetapi dengan cepat sebuah pistol ditodongkan di kening gadis itu. Melihat pemandangan menyeramkan itu, kedua pengawal Naura saling berpandangan.
"Jatuhkan senjata kalian.., jika tidak maka kami tidak akan segan-segan untuk menghancurkan kepala gadis ini!" laki-laki yang memegang Naura berteriak memberi peringatan pada kedua pengawal yang ditugaskan Johan untuk menjaga Naura.
"Cepat...!" karena kedua pengawal itu masih belum melakukan apa yang dia perintahkan, laki-laki itu kembali berteriak membuat peringatan. Tiba-tiba tangan laki-laki itu berpindah ke leher Naura, kemudian mencekik Naura.
"Uftt,.." Naura merasa sesak, karena aliran darahnya seketika terasa berhenti di tenggorokannya,
"Baik... lepaskan dulu cengkeraman kalian pada leher Miss Naura..!" satu dari pengawal berteriak meminta mereka melepaskan cengkraman.
"Lemparkan dulu senjata kalian ke depan, jika kalian terlambat untuk merespon, jangan salahkan kami jika gadis ini kami lempar dari atas gedung ini!" dengan nada kasar, laki-laki itu kembali berteriak.
"Prakk..., prak..." kedua pengawal itu segera melempar senjata yang ada di tangan mereka ke depan. Dengan cepat orang-orang itu segera mengamankan senjata kedua pengawal tersebut.
"Dukk..., awww..." kedua pengawal itu tiba-tiba berteriak, dan terduduk ke depan. Ternyata di belakang lutut keduanya, dikirim tendangan oleh orang-orang yang menangkap Naura. Melihat hal tersebut, ulu hati Naura terasa ngeri membayangkan ujung sepatu boots orang-orang itu menendang kulitnya.
Tanpa diduga, tiba-tiba orang yang memegangi Naura mengangkat tubuh Naura dan membawanya ke arah helypad yang sudah siap untuk berangkat meninggalkan hanggar tersebut. Naura meronta-ronta menggerak-gerakkan kaki agar orang itu melepaskannya. Tetapi, gadis muda itu kalah dari sisi tenaga.
"Lepaskan aku brengsek.., lawanlah aku satu lawan satu. Jangan dengan keroyokan!" dengan suara lantang, Naura menantang orang-orang itu.
"Ha.., ha.., ha.., apa dengan tubuh kecilmu ini kamu merasa bisa mengalahkanku. Tubuh kecilmu ini hanya cocok digunakan untuk penghangat ranjangku. Ha.., ha.., ha..." orang itu malah tertawa terbahak-bahak merendahkan harga diri Naura.
"Tutup mulut kotormu bangsat..., lepaskan aku!" Naura terus berteriak minta untuk dilepaskan. Tetapi laki-laki itu tidak mendengarkannya, dan saat ini laki-laki itu sudah memasukkannya ke dalam helypad. Seseorang yang berada di dalam helypad, langsung memegang kepala Naura kemudian menutup mulut gadis itu dengan menggunakan lakban. Perlahan helypad itu terbang meninggalkan hanggar, dan Naura hanya melotot tajam tidak dapat mengenali kemana orang-orang itu akan membawanya pergi.
*********
Helipad yang membawa Naura langsung turun di roof top sebuah kastil. Agar gadis itu tidak mengenali tempat yang digunakan untuk menyekapnya, orang-orang itu menutup matanya menggunakan seulas kain panjang. Dengan mulut tertutup lakban, dan mata tertutup kain, Naura sudah tidak dapat berkutik. Dia sama sekali buta dan tidak dapat mengenai posisi keberadaannya sekarang. Dengan pengalaman masa kecilnya yang pahit, Naura mengambil nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan dari hidungnya. Gadis itu mencoba untuk diam dan bersikap tenang, dengan memasang kedua pendengarannya dengan baik.
Terdengar orang-orang yang membawanya membuka sebuah pintu, kemudian mendorong tubuhnya masuk ke dalam. Di atas sebuah tempat yang empuk, Naura merasa tubuhnya dijatuhkan di tempat tersebut.
"Jika bukan karena pesanan seseorang yang memerintahku, aku sudah akan menyenangkanmu di atas tempat tidur jalang. Tubuhmu terlalu menggiurkan untukku, dan sangat menggodaku untuk menikmatinya." tangan laki-laki itu tiba-tiba dengan perlahan terasa meraba wajah Naura. Dengan perasaan jijik, Naura menolehkan wajahnya ke samping.
"Ha.., ha.., ha.., ternyata liar juga kamu gadis. Tetapi sepertinya.., jika hanya menikmati sedikit saja, pasti dibolehkan." dengan kata-kata menjijikkan , laki-laki itu terus berbicara pada gadis itu.
"Srettt..." laki-laki itu melepaskan lakban yang menutup mulut Naura, kemudian melepaskan kain yang menutup matanya.
Cahaya terang langsung bersinar di depan mata Naura, dan gadis itu melihat dirinya saat ini berada dalam sebuah kamar mewah. King size bed berwarna hitam dominan, tampak berada di tempat yang digunakan untuknya berbaring. Terlihat di depan wajahnya, seorang laki-laki yang menatapnya dengan tatapan penuh nafsu. Naura mengabaikan tatapan laki-laki di depannya, matanya diedarkan ke sekeliling ruangan. Jika melihat interior kamar yang digunakan untuk menahannya, kamar ini merupakan kamar seorang laki-laki.
"Miss Naura..., ayo kita nikmati suasana kamar ini. Kita tidak perlu memasukkannya secara langsung, aku hanya ingin mencicipi bagian tubuhmu yang lain." tiba-tiba kalimat mesum terdengar di telinga Naura. Dengan tatapan tajam, Naura menatap wajah yang ada di depannya. Dengan cepat, Naura memundurkan tubuhnya sedikit menjauh dari wajah laki-laki itu,
"Jangan berani bertindak kurang ajar terhadapku.., atau aku akan menghajarmu!" dengan tatapan tajam , Naura memperingatkan laki-laki tersebut.
"Ha.., ha.., ha.., apa yang akan kamu andalkan untuk melawanku jalang. Ayolah kita lakukan tanpa paksaan, akan lebih menyenangkan." tidak diduga laki-laki itu dengan lancang mengarahkan tangannya ke atas dada Naura, tetapi dengan cepat tangan Naura menangkap pergelangan tangan laki-laki itu kemudian memutarnya dengan cepat.
"Krek...., aaaauuuw..., kurang ajar kamu. Lepaskan tanganku..." terdengar dengan jelas, suara seperti tulang yang terkilir, dan laki-laki itu berteriak kesakitan sambil menarik tangannya. Dengan cepat, Naura menghempaskan tangan laki-laki itu, kemudian gadis itu melompat turun dari atas king size bed.
Mendengar keributan di dalam kamar, orang-orang yang berjaga di luar berlari masuk ke dalam kamar. Melihat temannya meringis kesakitan sambil memegangi tangannya, mereka saling berpandangan dan akhirnya tertawa terbahak-bahak.
"Ha..., ha.., ha..., aku tahu apa yang ada di dalam otakmu penjahat kelamin. Lebih baik kamu dihajar oleh gadis itu, daripada kamu dihajar oleh orang-orang dari Tuan Santoz." orang itu langsung berkomentar terhadap laki-laki itu, kemudian menariknya dari atas king size bed dan membawanya keluar.
Naura langsung mengikuti orang-orang itu kemudian dengan cepat menutup pintu kamar dan menguncinya dari dalam. Gadis itu berdiri bersandar dibalik pintu dan mulai memikirkan perkataan orang-orang tadi.
"Tuan Santoz.., siapakah dia?? Sepertinya aku belum pernah berurusan dengan orang yang bernama Santoz." Naura berbicara dengan dirinya sendiri. Pikirannya mencoba mengingat-ingat dimana dia pernah mendengar nama Santoz disebut,
"Ataukah laki-laki itu yang sempat bertarung dengan kak Alexander di Presidential Suites beberapa waktu yang lalu. Itukah dia..?" tiba-tiba gadis itu teringat sesuatu. Perlahan Naura meraba sakunya, dan untungnya dia menemukan ponsel masih utuh berada di dalam sakunya,
"Tapi kak Alex dan kak Johan sedang berada di Rumania. Aku tidak bisa mengganggu mereka dengan panggilan telpon. Bagaimana cara aku memberi tahu mereka..?" Naura terus berpikir. Tiba-tiba muncul idenya untuk mengirim pesan kepada kekasihnya itu.
"Kak Alex..., aku ditahan oleh orang yang bernama Santoz, dan saat ini Naura disekap di dalam sebuah kastil. Hanya saja, Naura tidak dapat mengenali lokasi keberadaan kastil ini." setelah memastikan pesannya terkirim, Naura mematikan ponsel untuk menghemat baterai. Gadis itu melangkahkan kaki perlahan ke depan jendela.
***************