Shi Feng mendapati dirinya berada di sebuah kamar yang asing ketika dia bangun. Kebingungan melintas di matanya, seketika kesadarannya pun pulih.
Dia ingat, kemarin dia akan dibunuh oleh Geng Macan yang adalah musuh bebuyutannya. Dia mengerahkan segala cara tetapi tetap tidak bisa membereskan orang-orang yang menyerangnya. Di saat dia mengira bahwa dirinya akan tewas, didengarnya suara mobil polisi. Semula dia mengira kalau kali ini dia sudah tamat, kalau tidak mati di tangan musuh, maka dia akan jatuh ke tangan polisi. Tapi tidak disangka orang yang pada akhirnya muncul di depannya ternyata adalah seorang gadis kecil.
Ternyata aku tidak mati? Hahaha, karena aku tidak mati, tunggu aku kembali. Cuci bersih leher kalian.
Sorot mata Shi Feng tampak buas, ada senyum menyeringai di sudut bibirnya. Dia memeriksa luka di tubuhnya, semua sudah dirawat. Tubuhnya tidak mengenakan apa pun selain celana pendek. Tapi sekarang dia dibungkus seperti mumi, berpakaian atau tidak juga tidak banyak berbeda.
Apakah orang yang menolongnya adalah gadis kecil yang kemarin itu?
Shi Feng berdiri dengan susah payah lalu berjalan keluar kamar. Ini adalah rumah dengan tiga kamar, interiornya sangat ringkas, namun sangat bersih.
Di balkon ruang tamu diletakkan sebuah penyangga kanvas dengan lukisan yang belum selesai di atasnya.
Saat Shi Feng mengira di rumah ini tidak ada orang, dari pintu terdengar suara kunci yang dibuka. Tubuh Shi Feng menegang dan membuat sikap waspada.
Pintu terbuka, saat melihat orang yang masuk, tubuh Shi Feng pun langsung kembali rileks.
Shen Qinglan menatap orang yang berdiri di ruang tamu, ekspresi terkejut melintas di wajahnya, "Kamu masih belum pergi?"
Wajah Shi Feng terlihat menjadi canggung saat mendengar perkataannya. Dia baru saja sadar dari pingsan, tapi Shen Qinglan sudah kembali.
Shen Qinglan juga tidak menghiraukannya dan langsung berjalan ke dapur. Saat itu barulah Shi Feng memperhatikan bahwa dia sedang menenteng beberapa kantong. Saat keluar lagi, Shen Qinglan membawa beberapa mangkuk yang berisi sarapan, ada bubur, roti kukus, pangsit goreng, tahu lunak, cukup berlimpah.
Shen Qinglan duduk dan makan. Merasakan tatapan yang tertuju kepadanya, dia memandang ke arah Shi Feng, "Mau makan sama-sama?" Sebenarnya dia sudah menyiapkan makanannya.
"Kalau begitu, aku tidak sungkan lagi." Shi Feng dengan cepat mengiyakan. Shen Qinglan tidak mengatakan apa-apa dan tetap asyik makan sendiri.
Shi Feng dengan susah payah bergerak ke depan meja makan lalu duduk di seberang Shen Qinglan. Dia lalu mengambil bubur yang belum disentuh Shen Qinglan dan memakannya. Tangan kanannya terluka dan tidak bisa memegang sumpit. Ada sendok, dia pun menunduk dan makan bubur.
Dia sudah satu hari tidak makan apa-apa, juga berkelahi begitu lama dengan orang lain. Dia sudah sangat kelaparan, satu mangkuk bubur mana cukup? Dia mengambil roti kukus lalu melahapnya sampai habis dalam dua atau tiga gigitan.
Shen Qinglan memakan tahu lunaknya tanpa bersuara.
Setelah makan dan minum sampai kenyang, akhirnya tubuh Shi Feng sedikit bertenaga. Minatnya untuk mengamati Shen Qinglan juga muncul.
Shen Qinglan sedikit lebih muda dari perkiraannya, kurang lebih dua puluh tahun. Wajahnya sangat cantik, hanya saja di usia yang begitu muda sekujur tubuhnya memancarkan hawa dingin dan asing.
"Namaku Shi Feng." Shi Feng berbicara.
"Oh."
Begitu saja? Shi Feng mengira dia cukup punya nama di ibu kota. Biasanya orang yang mendengar nama ini pasti akan bereaksi, tidak seperti gadis kecil di depannya ini yang sepertinya tidak mengenal dirinya.
Tidak mengenal dirinya? Shi Feng tiba-tiba tersadar, benar, reputasinya ada di jalanan. Kalau bukan orang jalanan, wajar apabila tidak mengetahui namanya. Dilihat dari penampilan gadis kecil ini, seharusnya dia adalah gadis dari keluarga kaya. Kalau tidak mana bisa dia tinggal sendirian di rumah yang begitu bagus?
"Terima kasih karena telah menolongku kemarin. Ucapan terima kasih saja tidak cukup untuk membalasnya. Kelak kalau ada perlu, jangan ragu untuk mencariku. Aku pasti tidak akan menolaknya. Siapakah namamu?" Shi Feng bersungguh-sungguh.
Shen Qinglan memakan gigitan terakhir tahu lunaknya, lalu dengan santai menyeka mulutnya dengan tisu, "Tidak perlu, kelak tidak usah bertemu lagi saja."
Dilihat dari kondisi Shi Feng tadi malam, jelas dia telah memancing balas dendam dari musuh. Itu tipikal masalah besar, dan Shen Qinglan tidak menyukai masalah.
Kali ini Shi Feng benar-benar canggung, sepertinya dia telah ditolak oleh seseorang. Setelah hidup selama lebih dari tiga puluh tahun, ini pertama kalinya dia bertemu dengan orang yang menolaknya seperti ini.
Tetapi benar bahwa Shen Qinglan telah menyelamatkannya. Walaupun dia adalah bajingan jalanan, namun biasanya dia tidak melakukan hal-hal yang memalukan. Tapi dia adalah orang yang memegang perkataannya, dia tidak mungkin menarik kembali apa yang telah diucapkannya.
"Nak, bagaimanapun juga aku tetap harus berterima kasih kepadamu."
"Lukamu tidak ringan, sebaiknya mencari orang untuk memeriksanya. Nanti aku akan pergi, tolong jangan lupa untuk mengunci pintu saat kamu pergi." Shen Qinglan berdiri dan membereskan mangkuk serta sumpit. Dia tidak suka rumah yang kotor dan berantakan.
Shi Feng terus mengikuti di belakangnya. Entah siapa gadis kecil ini. Walaupun dia tidak mengetahui identitasnya, tapi dalam keadaan seperti semalam, pada umumnya orang tidak akan berani menolongnya. Bisa menelepon 120 saja sudah bisa dibilang berani. Tapi hasilnya, dia bukan hanya ditolong, tapi bahkan dibawa ke rumahnya. Bahkan gadis ini tidak takut kalau seandainya dia adalah orang tidak tahu terima kasih yang sewaktu bangun akan membunuhnya.
(120 = Nomor telepon untuk pertolongan darurat di China)
Dalam hati dia berpikir begitu, Shi Feng pun menanyakannya.
Shen Qinglan menyeka setetes air terakhir di tangannya sampai bersih, lalu bahkan tanpa meliriknya dia berkata, "Kamu tidak bisa mengalahkan aku."
Shi Feng, "…"
Yang dikatakan Shen Qinglan adalah kenyataan. Keluarga Shen adalah keluarga tentara. Di keluarga mereka selain Shen Xitong yang bertulang lemah dan tidak mempunyai kegesitan apa-apa, Shen Qinglan dan Shen Junyu mempunyai keterampilan yang cukup baik di bawah pelatihan Kakek Shen.
Sekarang Shi Feng terluka parah, kalau ingin melukai Shen Qinglan, Shen Qinglan hanya bisa memberinya dua kata… Ha ha.
Shen Qinglan sudah pergi. Dia pergi tanpa berlama-lama dan hanya meninggalkan Shi Feng seorang diri. Shi Feng mengangkat telepon di atas meja dan menghubungi sebuah nomor.
Dengan cepat pintu kamar diketuk, Shi Feng dengan susah payah bergerak ke pintu. Setelah melihat siapa orang yang datang melalui lubang pengintip, dia pun membuka pintu.
Orang yang datang itu pun terkejut melihat penampilan Shi Feng, "Bos, mengapa kamu menjadi seperti ini?"
"Masuk dulu." Shi Feng menyuruhnya masuk lalu bergerak ke sofa dan duduk di sana.
Orang yang datang juga mengetahui betapa seriusnya masalah ini, "Bos, semalam kamu sebenarnya pergi ke mana? Saudara-saudara di geng mendapat kabar bahwa Macan Hitam si bajingan itu akan mengirim orang untuk mencegatmu. Kami bergegas mencari bala bantuan, tapi tidak menemukan siapa-siapa."
Begitu menyebut Macan Hitam, wajah Shi Feng langsung menjadi buas, "Kalau bukan karena nasibku yang baik, tadi malam si Macan Hitam itu benar-benar akan berhasil. Ah Nan, ada pengkhianat di dalam geng, untuk sementara aku tidak bisa muncul. Kamu selidiki dulu diam-diam, jangan membuat musuh waspada. Selain itu, periksa siapa pemilik rumah ini."
Laki-laki yang dipanggil Ah Nan itu pun mengangguk mengiyakan. Orang yang mengetahui jadwal Shi Feng tadi malam tidak banyak. Logikanya Macan Hitam tidak mungkin mendapatkan informasi. Tapi sekarang dia bukan hanya mendapatkannya, bahkan dia menyergap duluan di jalan. Selain pengkhianat, Ah Nan juga tidak bisa memikirkan penjelasan lainnya.
"Bos, setelah menemukan pemilik rumah ini, apakah mau…" Ah Nan melakukan gerakan memotong leher.
Shi Feng menatapnya dengan pandangan tajam. Kalau bukan karena kaki dan tangannya yang terluka, dia benar-benar ingin menendangnya, si bodoh ini.
"Dia adalah penyelamatku. Coba saja kalau kau berani menyentuhnya." Shi Feng meraung, leher Ah Nan pun menciut.