"Ceritakan pada Amca, kenapa Vivian berbuat seperti ini? Apa kah dia ada masalah di tempat kuliahnya?" tanya Ekram.
Inilah yang sejak lama Meena khawatirkan. Pertanyaan pamannya membuatnya tidak bisa langsung menjawab. Apa yang harus dia katakan.
Meena menghela napas dalam lalu menghembuskannya. Dia menatap wajah pamannya yang masih menunggu jawabannya. Dia harus mengatakan yang sejujurnya, agar bisa secepatnya mendapatkan solusi. Tapi baru saja dia ingin membuka mulut, terdengar erangan lirih dari Vivian.
Meena dan pamannya langsung menoleh ke arah Vivian. Ekram segera menghampiri putrinya dengan senyum senang.
"Vivi, kau sudah sadar sayang?" ucapnya lembut. Ekram mencium kening putrinya dengan penuh kasih sayang.
Vivian menatap ayahnya dengan senyum lemah di bibirnya yang berwarna pucat. Kemudian mencari-cari keberadaan Meena yang menatapnya dengan pandangan datar. Sudut bibirnya terangkat, lalu kembali menatap ayahnya.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者