"Saya orangnya rajin, terus tekun dalam bekerja pak. Selain itu, saya orangnya disiplin kok pak."
"Kamu bisa memasak?"
Naura langsung terdiam saat mendengar pertanyaan dari laki laki paruh baya yang ada di hadapannya.
"Naura??? Kamu denger pertanyaan saya kan?" Tanya laki laki itu lagi saat tidak mendengar jawaban apa apa dari Naura.
"Emmmmm kalau soal masak, maaf pak, saya eng..... saya... saya.."
"Kamu ngak bisa kan?"
Naura langsung menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Hehhehhehhe iya pak, saya memang ngak bisa masak, ta... tapi saya bisa kok bersih bersih sama anter makanan pak." Ucap Naura masih berusaha menunjukkan keahliannya pada atasan di restoran itu.
Tanpa sepengatahuan Naura, ternyata sejak tadi ada seseorang yang mengawasi percakapan dua orang itu.
kring... kring.... kring....
Laki laki paruh baya itu langsung merogoh kantong jasnya saat mendengar ponselnya yang berdering.
"Kamu tunggu di sini sebentar, saya angkat telepon dulu." Ucap laki laki itu pada Naura.
"Halo pak, ada yang bisa saya bantu?" Ucap laki laki dengan orang yang ada di dalam telepon dan masih bisa Naura dengar.
"...."
"Baik pak, akan saya lakukan sesuai perintah bapak."
Laki laki paruh baya itu kembali ke hadapan Naura.
Entah apa yang ia bicarakan dengan orang yang ada di dalam sambungan teleponnya.
"Naura, kalau kamu ingin bekerja di restoran ini jujur saya tidak bisa bantu karena kita memang lagi butuh seorang koki, bukan untuk sekedar bersih bersih atau delivery saja, jadi maaf, saya tidak bisa menerima kamu untuk bekerja di sini."
Mendengar penuturan dari laki laki di hadapannya, dengan raut wajah sedih, Naura langsung menundukkan wajahnya.
"Emmmm ya udah pak, ngak papa, saya akan cari kerja yang lain aja." Ucap Naura masih dengan tatapan sendunya.
"Tapi... kalau kamu memang sangat butuh pekerjaan, saya bisa bantu kamu. Itu pun jika kamu mau."
"Bantu apa pak?"
"Bos saya sedang mencari seseorang yang bisa membantunya untuk menjaga anak semata wayangnya. Kamu hanya perlu memantau perkembangan dia sehari hari. Tapi seperti yang saya katakan tadi, jika kamu bersedia saya akan bicarakan dengan bos saya, tapi jika tidak saya akan cari orang lain untuk ini."
Raut wajah langsung berubah penuh kebahagiaan saat mendengar tawaran dari laki laki itu, dan tanpa pikir panjang lagi, Naura langsung menerima tawaran itu.
"Saya mau pak, saya mau banget kok." Ucap Naura
"Oke kalau begitu, sekarang juga kamu bisa ikut saya menemui orang yang sudah memberi pekerjaan ini."
"Baik pak, baik."
Laki laki itu langsung beralih dari tempatnya dan keluar dari ruangan di ikuti oleh Naura.
Tak memakan waktu lama, akhirnya Naura dan laki laki itu sampai di depan sebuah ruangan.
Naura melirik tulisan yang menempel di pintu itu.
"Directur room." Ucap Naura pelan.
"Orang yang memberi kamu pekerjaan itu directur dari restoran ini." Ucap laki laki itu.
Naura langsung kaget, ternyata laki laki itu bisa mendengar suaranya.
"Sekarang kita akan masuk, kamu tidak perlu gugup. Beliau orang yang baik, asalkan kamu bisa bersikap sopan dan menjaga bicara kamu."
"Baik pak."
tok... tok... tok..
"Silahkan masuk." Terdengar suara dari dalam ruangan itu.
"Selamat siang bu Jenni." Ucap laki laki itu pada seorang wanita yang sedang sibuk dengan beberapa berkas di hadapannya.
"Gila, cantik bener!!!!" Ucap Naura tanpa sadar saat melihat wanita yang ada di hadapannya dan langsung menutup mulutnya saat laki laki yang tadi bersamanya langsung menatap Naura dengan tatapan tajam.
"Selamat siang pak Diki, dan kamu???" Ucap wanita yang dipanggil dengan sebutan Jenni tersebut dengan nada sedikit menggantung.
Naura bingung akan menjawab apa dan malah melirik ke arah laki laki bernama Diki tersebut.
"Kamu perkenalkan diri kamu sekarang."
"Ohhhh emmm selamat siang bu Jenni, emm perkenalkan nama saya Naura, Naura Adelia."
"Ohhh Naura, nama yang cantik, sama seperti orangnya." Ucap Jenni yang membuat Naura menunduk malu.
"Jadi, Naura ada hubungan apa dengan pak Diki?' Tanya Jenni.
"Naura ini adalah orang yang akan bekerja dengan buk Jenni, seperti yang anda minta tadi bu."
"Ohhhhh maaf saya sampai lupa dengan itu. Emm jadi Naura sekarang masih sekolah atau bagaimana?" Tanya Jenni yang kini beralih pada Naura.
"Emmm saya masih sekolah bu. Kebetulan, saat ini saya kelas 11 bu."
"Kalau boleh saya tau, kamu sekolah di mana?"
"Dulunya saya sekolah di Bali, tapi saya baru pindah dan sekarang sekolah di SMA Garuda bu."
"SMA Garuda? Kebetulan sekali kalau begitu."
"Maksud bu Jenni?"
"Saya meminta pak Diki mencari seseorang untuk membantu saya memantau anak saya, dan kebetulan anak saya itu sekolah di SMA Garuda, sekolah yang sama dengan kamu."
"Anak ibu satu sekolah dengan saya?"
"Iya betul dan kebetulan juga kalian sama sama kelas 11. Kalau kamu kenal, nama anak saya itu Alex, Alex Bryan."
Reflek Naura langsung menutup mulutnya.
"Kamu kenapa? Kamu kenal anak saya?" Tanya Jenni
"Emmm saya.. saya kenal buk. Dan kebetulan saya satu kelas dengan Alex, satu meja bahkan."
Jenni langsung tersennyum bahagia saat mendengar jawaban dari Naura.
"Kebetulan sekali kalau begitu. Ternyata saya tidak salah bertemu kamu Naura."
"Emmm tapi, kalau saya boleh tau kerjaan saya apa ya bu?" Tanya Naura yang mulai penasaran.
Sebelum menjawab pertanyaan dari Naura, Jenni mengalihkan pandangannya pada Diki yang masih berdiri di hadapannya.
Mengerti dengan tatapan dari atasannya, Diki langsung memilih untuk meninggalkan mereka berdua.
"Emmm kalau begitu saya permisi bu Jenni. Anda silahkan membicarakan mengenai pekerjaan ini kepada Naura, agar dia bisa mengerti." Ucap Diki.
"Baik pak Diki, dan terima kasih atas bantuannya."
"Sama sama bu Jenni, saya permisi, Naura saya juga permisi."
"Terima kasih pak Diki." Ucap Naura sambil membungkukkan sedikit tubuhnya pada Diki.
Melihat Diki yang sudah meninggalkan ruangannya, Jennia langsung memulai percakapannya lagi pada Naura.
"Lebih baik kita bicara di sofa saja Naura, agar kita lebih bonding."
"Ohhh baik bu Jenni." Ucap Naura lalu bangkit dari kursinya mengikuti Jenni yang sudah berjalan ke arah sofa yang ada di ruangan itu.
Setelah mereka berdua sudah berada di sofa, Naura kembali bertanya.
"Jadi, apa yang harus saya lakukan ya bu Jenni?"
"Emm kamu cukup mengawasi perkembangan Alex dan melaporkan setiap apa yang dia lakukan pada saya."
Naura mengernyitkan keningnya saat tidak mengerti dengan maksud dari Jenni.
Jenni hanya bisa tersenyum melihat raut wajah gadis di hadapannya.
"Kamu akan tinggal dengan Alex."
Jenni bisa melihat bahwa Naura sangat terkejut saat mendengar ucapannya.
"Maksud bu Jenni? Saya.. saya tinggal satu rumah dengan Alex?"
Jenni mengangguk pelan.
"Ta.... tapi bu.. sa.. saya kayaknya ngak bisa deh. Alex orangnya dingin banget bu, dia ngak pernah mau ngobrol sama saya. Nanti kalau saya tinggal satu rumah sama dia, bisa bisa saya lumutan karena ngak pernah di ajak ngobrol." Ucap Naura
"Hahahhahahahahha Naura Naura. Kamu bisa aja deh, Alex tuh sebenarnya baik, cuman dia emang orangnya ngak banyak ngomong aja. Dia lebih suka sendiri."
"Nah, itu dia masalahnya buk. Alex orangnya cuek lah saya orangnnya heboh. Bisa bisa tiap hari saya bisa di tabok sama dia karena ngak bisa diem."
"Ngak akan kok. Kamu mungkin cuman butuh waktu aja buat bikin dia bisa care dan terbuka sama kamu. Nanti kalau dia udah terbiasa sama kehadiran kamu, ujung ujungnya dia juga bakalan cair kok orangnya. Yakin deh sama saya."
"Tapi bu, maaf kalau saya lancang. Kalau boleh tau, kenapa bu Jenni minta orang lain buat mantau perkembangan Alex? Bukannya bu Jenni dan suami ibu bisa mantau Alex ya? kan bu Jenni orang tua Alex."
Jenni langsung mengarahkan pandangannya ke arah lain.
Dia sempat terdiam sejenak, lalu menghirup nafas dalam dalam sebelum menjawab pertanyaan dari Naura.
"Saya dan Alex itu..."