webnovel

Farmakologi Cinta

Dikisahkan dua remaja SMA yang bersahabat. Danu yang tampan, pendiam, dan pintar, bersahabat dengan Pradita si cewek tomboy, tapi punya daya tarik tersendiri. Gara-gara kalah balapan, Pradita dihukum harus menjadi pacarnya Bara selama seminggu. Wah, beneran gak tuh pacarannya? Menurut para cewek-cewek, Bara itu adalah cowok tercakep dan terkeren seantero sekolah farmasi. Udah cakep, keren, tajir, model, pinter lagi. Aaah, sempurna banget sih? Gak juga. Bara juga punya kekurangan. Ia memiliki masa lalu yang tidak akan ia ceritakan pada siapa pun selain ... Pradita. Well, Danu tidak bisa tinggal diam melihat sahabatnya terjerat cinta pada cowok menyebalkan seperti Bara. Danu terus menerus mencari-cari kesalahan Bara hingga membuat Pradita jadi kesal. Padahal Danu sendiri sudah berpacaran dengan Arini, si gadis cantik manis seperti gulali. Pradita dan Danu jadi bermusuhan. Belum lagi, Pradita menjadi rebutan para laki-laki di sekolah. Jadi, sebenarnya Danu itu sayangnya sama Arini atau Pradita ya? Lalu, apa Bara sebenarnya sayang sama Pradita atau semua ini hanya sekedar permainan? Setelah lulus SMA, mereka semua berpisah dan menjalani hidup masing-masing. Suatu hari mereka saling bertemu kembali. Siapa sangka jika Pradita si gadis preman bisa berubah menjadi wanita yang anggun dan cantik jelita? Tidakkah Danu merasa menyesal karena sempat bermusuhan dengan Pradita? Akankah Danu mencoba untuk menyatakan perasaannya yang sebenarnya pada Pradita? Siapakah pria yang akan berhasil mendapatkan hati Pradita? Temukan kisah mereka hanya di Webnovel. PERHATIAN! Buku ini mengandung konten dewasa. Harap yang masih di bawah umur untuk tidak membaca buku ini. Bijaksanalah sebelum memilih bacaan Anda. Terima kasih. Silakan follow IG saya: santi_sunz9

Santi_Sunz · 青春言情
分數不夠
405 Chs

15. Curhat Sama Alisha

"Hai!" seru Pradita bersemangat.

Alisha tampak gorgeous mengenakan jumpsuit berwarna hitam dengan model seperti kimono yang menempel di setengah bagian depannya. Kimono itu ditali pinggang kirinya dengan bentuk pita yang manis.

Ah, Alisha memang cantik dan keren. Kulitnya putih mulus seperti porselen. Rambutnya panjang sebahu. Kacamatanya tampak pas di wajahnya yang lonjong.

Jadi, jika apa yang meyebabkan Pradita bisa berteman dengan Alisha, itu karena Alisha memang anak yang baik. Ia tidak pernah memamerkan kekayaannya pada siapa pun. Saat berangkat ke sekolah saja, Alisha diantar oleh pegawainya dengan motor.

"Hai, Dit. Lu udah siap? Gak ada yang ketinggalan?"

"Siap. Semuanya udah gua masukin ke tas. Baju renang udah gua pake di dalem."

Pradita mengangkat kausnya sedikit untuk memamerkan baju renangnya pada Alisha. Semoga saja supirnya Alisha tidak memperhatikannya. Alisha pun menggeser sedikit jumpsuitnya di bahunya.

"Gua juga udah pake." Alisha tertawa pelan.

Mobil pun meluncur dengan cepat dan keluar dari kompleks perumahan. Pradita mengeluarkan ponselnya untuk mengecek, siapa tahu ada pesan masuk dari Bara lagi. Ia mengerucutkan bibirnya dan kemudian mendesah. Tidak ada pesan dari Bara.

"Kenapa, Dit?" tanya Alisha.

"Gak apa-apa." Pradita memasukkan lagi ponselnya ke dalam tas.

"Muka lu kusut gitu kayak kulitnya nenek gua."

"Sialan lu, Al! Masa gua disamain sama nenek lu?" protes Pradita sambil menggeplak tangan Alisha. Sahabatnya itu malah tertawa-tawa renyah seperti keripik kulit.

"Beneran loh, Dit. Lu ngaca aja. Muka lu kan biasanya hepi gitu, ceria gitu. Kita kan mau berenang, mau seneng-seneh. Eh lu kok malah cemberut gitu. Ayo ceritain ke gua. Ada masalah apa antara lu sama Danu?"

Jleb! Alisha memang is da bes.

"Wadidaw. Al, lu tuh ya kayaknya turunan cenayang. Kok bisa tau sih kalo gua lagi ada masalah sama Danu?"

Alisha tersenyum miring sambil membenahi kacamatanya. "Ya, iya lah. Gue gitu loh. Sok buru ceritain ke gua. Kenapa si Danu?"

"Lu liat gak kemarin Sabtu dia bareng sama si Arini?"

"Wah." Alisha tampak terkejut. "Gua gak merhatiin. Kan gua duduk di barisan depan. Gua aja gak liat lu waktu Sabtu. Lu duduk di mana pas ibadah?"

"Gua duduk di belakang," kata Pradita mengaku.

Pradita menceritakan tentang Bara dan Danu pada Alisha. Sahabatnya itu terkejut sambil memasang wajah tercengang.

"Ih, gile lu. Kaki lu gak apa-apa kan, Dit?" tanya Alisha.

"Sakit sih. Gua kan keselo, Al."

"Lah terus sekarang kita mau berenang, gimana?"

"Ya, ga papa. Gua kan udah bisa jalan. Cuman pegel dikit aja. Nanti pas berenang juga sembuh."

"Hmmm. Jadi sekarang lu pacaran sama si Bara?" Alisha melebarkan matanya dengan antusias.

"Kaga!" tukas Pradita. "Gua sama dia mah cuman temenan doang. Masa sih anterin pulang terus makan ke kape disebut pacaran? Plis lah. Kan itu mah wajar dong." Pradita memasang wajah masam sambil memajukan bibirnya.

"Ah, lu mah. Ngaku lah. Bener kan lu pacaran sama Bara?"

"Gak, Al. Aslinya." Pradita mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya tanda piss. "Gak ada tuh omongan jadian jadian gitu. Itu mah si Danunya aja tuh yang PMS. Heran gua anak cowok bisa mens juga. Dia ampe mau betot-betot gua supaya ngikut dia pulang. Lah kan ada si Arini di sana. Kasian tuh cewek kayak yang ketakutan mau nangis gitu."

Alisha mendesah. "Malahan justru si Danu tuh yang aneh. Dia kan udah sama Arini, ngapain ngurusin lu sama Bara?"

"Nah kan. Emang ngaco tuh si Danu. Gua tuh curiga dia jadian sama si Arini, tapi dia belum cerita apa-apa ke gua."

"Sama," ujar Alisha. "Ke gua juga belom cerita."

"Eh, Al, betewe lu kenal sama si Bara gak? Katanya dia tuh anak yang nakal gitu, tapi banyak ciwi-ciwi pada doyan sama dia."

Alisha tersenyum. "Duh, jujur ya, Dit. Gua kalo jadi elu, gua bakalan kelepek-kelepek di hadapan dia. Gila tuh si Bara cakep banget. Sumpe deh gua meleleh. Dia tuh anak pinter. Nilai-nilainya bagus. Tajir lagi."

"Heh! Lu juga tajir, Dodol!" Pradita mengibaskan rambut Alisha dengan gemas.

"Eh, serius. Si Bara tuh anak tajir banget. Lebih-lebih dari gua. Aduuh gua mah apa atuh, Dit. Dia tuh udah bisa nyari duit sendiri. Gua mah masih nebeng sama ortu."

"Anjay, serius lu, Al. Masa dia udah bisa nyari duit sendiri? Jual diri apa?" tanya Pradita penasaran sambil mengangkat sebelah kakinya ke atas jok layaknya mang-mang tukang parkir.

Alisha tertawa histeris. "Bego lu! Bukan jual diri. Dia tuh jadi model. Ah, lu masa gak tau?"

"Wah model apaan?"

"Ya model di majalah-majalah gitu. Gua pernah liat muka dia di internet. Dia jadi model iklan baju-baju cowok. Foto-fotonya bisa bikin lu kelonjotan. Gila keren pisan. Mukanya ganteng. Rambutnya bagus."

"Wah entar kita ke warnet buat liat muka dia ya!" seru Pradita.

"Heleh. Lu kan bisa liat dia langsung sama mata lu sendiri, secara laif."

"Ih ciyusan gua pengen liat dia telanjang dada terus pake celana jeans keren. Rambut keren." Pradita terkekeh.

"Ya, lu suruh dia buka baju aja."

Pradita menyikutnya. "Woy lah! Masa gua suruh dia buka baju. Eh, tapi leh uga."

Mereka berdua tertawa-tawa. Sesekali Pradita menatap lagi ponselnya dan tidak ada pesan masuk. Apa jangan-jangan pulsanya Bara habis? Ah masa? Dia kan uangnya banyak, tidak seperti Pradita yang sanggup beli pulsa hanya sepuluh ribu saja. Uang segitu sudah cukup untuk bisa SMS-an selama sebulan.

Kalau Pradita ingin melihat foto-foto Bara di internet, ia harus merogoh koceknya dua ribu rupiah untuk bisa nge-warnet selama satu jam. Maklum namanya anak SMA, uang dua ribu juga sangat berarti. Itu kan cukup untuk ongkosnya pulang naik angkot. Jarak sekolahnya ke rumah lumayan jauh. Bayar seribu untuk angkot hijau dan seribu lagi untuk angkot merah.

Tidak seperti Alisha yang uang jajannya sehari bisa sepuluh ribu rupiah. Syukurlah Alisha tidak pelit. Contohnya seperti sekarang. Alisha mentraktirnya berenang di Water Blast.

"Dit, lu sendiri suka gak sama Bara?" tanya Alisha yang membuat Pradita menoleh dan menyeringai.

"Gak tau, Al. Gua sendiri bingung. Gua kan baru kenal sama dia. Si Bara itu emang baek sih. Dia nolongin gua waktu gua jatoh. Trus doi traktir gua lagi di Hopefully." Pradita jadi deg-degan lagi membayangkan wajah Bara.

Tiba-tiba Alisha mendorong wajahnya dengan tangannya. Lalu ia tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Pradita yang syok.

"Sialan lu, Al."

"Plis laaah! Muka lu jijik, Dit. Pengen gua kasih nasi." Alisha kembali ngakak bahagia. "Lu tuh mikirin si Bara ampe melet-melet gitu. Fix lah lu mah suka sama dia."

"Gak, jir! Gua gak ada rasa sama dia," ucap Pradita bohong.

Ia tahu jika sahabatnya itu pasti tidak percaya pada perkataannya tadi. Setidaknya ia tidak menyatakan bahwa dirinya menyukai Bara. Ini masih terlalu dini. Pradita kan butuh pengenalan lebih baik lagi. Ia belum pernah berpacaran. Ia harus memastikan jika pacar pertamanya itu debes.

Akhirnya, mereka tiba di Water Blast. Alisha memiliki tiket langganan selama setahun. Ia menyerahkan tiket itu pada petugas dan kemudian mereka berdua masuk ke dalam.

Alisha memesan loker sehingga mereka bisa menyimpan segala barang-barang berharga di sana. Sebenarnya tidak ada yang terlalu berharga di dalam tas Pradita. Ponselnya merk Nooki seri 3550 yang udah canggih; bisa untuk SMS dan telepon dan bahkan bisa bikin nada sendiri untuk ringtone-nya. Isi dompetnya hanya lima ribu rupiah dan cukup untuk jajan nasi goreng.

Alisha sudah melepaskan baju mereka dan kemudian duduk di pinggir kolam renang. Pradita menyusul. Ia baru saja menurunkan celana jeans-nya dan kemudian meregangkan ototnya sebelum masuk ke kolam.

Kakinya yang keseleo masih agak sakit. Jadi ia memutar-mutar pergelangan kakinya supaya lebih lentur. Alisha tampak keren dengan mengenakan baju renang bermotif bunga-bunga pink kecil di bagian roknya.

Pradita kemudian mengulurkan tangannya ke depan dan menembus masuk ke dalam kolam sedalam tiga meter dengan posisi kepala terlebih dahulu. Ia menyelam ke dalam dan kemudian meluncur maju sejauh beberapa meter hingga akhirnya ia muncul ke permukaan untuk mengambil napas.

Rasanya bebas sekali bisa melayang-layang di dalam air. Pradita mengusap wajahnya kemudian berenang mundur dengan gaya punggung. Ia tidak melihat-lihat ke belakang dan tiba-tiba ia menabrak seseorang.

Pradita terkejut dan kemudian masuk ke dalam air dan berputar. Ia muncul lagi ke permukaan. Betapa terkejutnya ia saat melihat seseorang yang sedang tersenyum manis padanya.

Ia terkesiap dan nyaris kehabisan napas.

"Ternyata kamu jago berenang juga ya," ucap Bara dengan suaranya yang dalam.