webnovel

Reuni

Rio mendapatkan pesan tadi malam dari Roy bahwa dia bisa menemui Arya hari ini. Rio tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya saat dia menerima kabar tersebut. Meskipun Rio sempat meragukan Roy, karena pria besar itu tak kunjung memberikan kabar tentang Arya, meski mereka sering berhubungan satu sama lain.

Rio sedikit memahami jika Roy tidak ingin membocorkan terlalu banyak informasi tentang Arya, karena keberadaan Arya pasti sedang dicari oleh ATS dan hal itu akan membahayakan nyawanya, tapi Rio setidaknya ingin suara Arya dan memastikan bahwa dia benar-benar aman, tapi Roy mengatakan bahwa dia tidak bisa melakukan hal tersebut untuk saat ini.

Jadi Rio tidak bisa berbohong bahwa dia tidak terkejut saat mendengar kabar tersebut. Meskipun dia masih belum mendengar suara Arya secara langsung, tapi dia entah kenapa merasa bahwa dia bisa mempercayai Roy, bahkan melebihi orang yang menyebut dirinya sendiri sebagai Master, meskipun orang tersebut telah memberinya informasi yang sangat berharga sekalipun.

Tempat pertemuannya dengan Arya secara mengejutkan adalah tempat yang pernah dia kunjungi. Dia masih mengingat nama tempat itu dengan jelas, karena tempat itu memiliki nama yang cukup unik dan sulit baginya untuk melupakan nama tersebut. Bukan hanya itu saja, dia juga bisa mengingat orang yang menjaga tempat itu, karena dialah yang membuat Rio curiga dengan ATS sejak awal, meski Rio tidak bisa mengingat nama anehnya. Nama tempat tersebut adalah Cafe Heaven's Eden.

Jika dipikirkan lagi, memang cukup mencurigakan bahwa orang tua sepertinya bisa membuat Rio menyadari hal seperti itu. Jadi sejak awal orang itu pasti mengarahkan Rio untuk melakukan hal tersebut. Rio tidak tahu untuk alasan apa dia melakukan hal tersebut, tapi Rio memutuskan untuk tidak menanyakan hal tersebut, karena dia tahu kemungkinan besar dia melakukan hal tersebut demi keamanan Arya.

Roy menyuruh Rio untuk menunggu di dalam cafe yang bernama Heaven's Eden sampai jam tutup Cafe tersebut, jadi setelah pulang dari kampusnya, dia langsung meluncur ke tempat itu. Dia tahu bahwa waktu pertemuan mereka masih lama, tapi dia tetap merasa lebih cepat lebih baik, jadi di sinilah dia berada saat ini.

Di tempat itu dia hanya bertemu dengan pelayan yang berkerja, dia memang melihat sedikit penampakan dari si pria tua yang dia temui saat terakhir kali dia berada di tempat ini, tapi sayangnya dia tidak datang menemuinya atau menunjukan wajahnya. Pria itu seakan-akan mencoba menghindari interaksi dengannya.

Sebetulnya bukan hanya pria itu yang seakan-akan menghindarinya, tapi juga pelayan yang mencatat dan membawakan pesanannya. Entah untuk alasan apa, tapi dia langsung pergi begitu saja, setelah Rio menyebutkan pesanannya. Dia juga langsung pergi tanpa mengatakan apapun saat dia membawakan pesanannya.

Apa mereka mencoba untuk membuat kontak sesedikit mungkin dengan dirinya, karena ada kemungkinan bahwa Rio bisa saja membocorkan informasi tentang mereka yang kemungkinan bukanlah manusia biasa pada ATS? Meskipun Rio tidak memiliki niat untuk melakukan hal tersebut, tapi dia mengerti alasan kenapa mereka perlu berhati-hati, jadi dia tidak bisa mengeluh dengan pelayan yang kurang baik padanya.

Dia memainkan smartphone sambil dengan santai menyantap pesanannya. Meski dia hanya memasan sandwich dan kopi, tapi dia cukup menikmati pesanannya. Mungkin karena pesanannya bukanlah sesuatu yang benar-benar mengenyangkan, jadi dia masih merasa lapar setelah menghabiskan semua sandwich di piringnya.

Karena waktu pertemuan mereka masih lama dan dia juga tertarik dengan menu lainnya, jadi Rio kembali membuat pesanannya. Dia juga sudah memastikan bahwa Cafe ini akan tutup jam 20:00 dari melihat jadwal buka toko ini di depan pintu, dia juga sudah menanyakan pada si pelayan untuk lebih memastikannya dan dia mengatakan bahwa itu memang benar.

Agar dirinya tidak menganggu orang lain, dia mencoba menyibukan dirinya di pojokan ruangan itu tanpa menimbulkan suara. Dia memastikan untuk mematikan semua suara di Smartphone-nya saat dia memainkan game. Dia sudah sering melihat Arya melakukan hal tanpa membuat orang lain terganggu dengan kehadirannya, bahkan saat dia berada di tempat umum, jadi dia tahu bahwa cara ini akan berhasil. Ini akan berhasil, hanya jika si pelayan tidak terus mengawasinya.

Setiap kali dia melihat ke arah si pelayan, maka si pelayan itu akan mengalihkan pandangannya darinya. Meski begitu, Rio bisa dengan jelas menyadari bahwa dia memang selalu mengawasinya saat pandangan Rio teralihkan darinya.

Pandangan mengawasi dari si pelayan juga disadari oleh beberapa orang pelanggan lainnya yang menyebabkan mereka juga melihat ke arah Rio. Suasana canggung tercipta karena hal tersebut. Mereka pasti salah paham tentang keadaan Rio dan pelayan itu.

Rio bahkan tidak mengenalnya, jadi dia tidak tahu alasan kenapa dia terus mengawasinya. Apakah dia juga adalah salah satu kenalan dari Arya? Arya tidak begitu suka berada di dekat perempuan, jadi membayangkannya memiliki teman seorang perempuan dari hal yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya.

Itu bukan karena dia tidak populer dengan lawan jenisnya, tapi hal itu karena sifatnya yang selalu menjauh dari orang lain yang membuatnya tidak bisa akrab dengan lawan jenis. Jika benar dia adalah teman Arya, Rio ingin tahu bagaimana mereka bisa berteman.

Sambil memikirkan berbagai hal dan mengabaikan tatapan dari si pelayan yang mengarah padanya, waktupun berlalu. Meskipun cukup lama, tapi waktu tutup Cafe itu akhirnya tiba.

Meskipun para pelanggan selain Rio sudah tidak ada sejak beberapa jam yang lalu, tapi Cafe ini baru tutup saat sudah waktunya tiba. Sepertinya mereka ingin meraup keuntungan sampai saat-saat terakhir.

Saat si pelayan sudah menukar tanda di depan pintu dengan tanda tutup, dia langsung menghampirinya. Dia tidak terlihat akan mengusir dirinya dari Cafe ini, karena jika itu tujuannya, seharusnya dia tidak mengunci pintu depan terlebih dahulu, sebelum menghampirinya.

"Jadi apakah kau adalah orang yang bernama Rio itu?"

Tanpa memperkenalkannya terlebih dahulu, si pelayan itu langsung bertanya tentang identitasnya. Rio sangat yakin bahwa dia tidak mengenakan apapun yang dapat membuat si pelayan mengetahui namanya, jadi entah itu dari Arya atau Roy, dia pasti mengetahuinya dari salah satu dari mereka.

"Ya, itu benar... lalu siapa kau?"

"Ageha!"

Si pelayan, Ageha, menyebutkan namanya sambil duduk di hadapannya. Dia menatap letak-letak pada Rio.

"Ada apa?"

"Tidak ada, hanya saja kau tidak terlihat seperti yang kubayangkan... kau terlihat cukup modis untuk orang yang berteman dengannya."

Sebetulnya penampilan Rio tidaklah begitu mencolok. Dia hanya terlihat seperti anak muda pada umumnya. Dia mengenakan jaket kulit dengan kaus di dalamnya, dia juga mengenakan celana jeans. Akan tetapi, jika kau mengenal tentang merek, maka kau akan mengetahui jika pakaian yang dikenakan oleh Rio adalah pakaian yang mahal.

Akan tetapi bukan hal itu yang menarik perhatian Rio, tapi perkataannya tentang "orang yang berteman dengannya". Hanya orang-orang yang mengetahui teman-teman Rio yang bisa mengatakan hal seperti itu, jadi pelayan itu pasti mengenal salah satu temannya. Lalu satu-satunya orang yang dia maksud di sini pasti adalah Arya, karena bagaimanapun Arya adalah orang yang suka berpakaian sederhana dan tidak suka mengikuti trend apapun, hal yang sangat berbeda dan tak cocok dengan gaya berpakaian Rio yang memang mengikuti pergaulan.

"Jadi apakah kau adalah teman Arya?"

Rio berani menyebutkan nama Arya di depannya, karena dia yakin bahwa pelayan di depannya memang kenalan dari Arya.

"Ya, kurasa kau bisa menyebut kami sebagai teman."

"Sudah kuduga... dia tidak mungkin memiliki kekasih di saat seperti ini!"

"Aku bukan kekasihnya!"

"Aku tadi mengatakan bahwa dia tidak mungkin memiliki kekasih, kan?"

Wajah si pelayan memerah. Sepertinya dia cukup sensitif dengan kata kekasih, apalagi jika dikaitkan dengan Arya. Rio tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia yakin bahwa ada orang yang sering menggodanya dengan hal tersebut.

Setelah menyadari hal tersebut, sekarang Rio bisa tersenyum lega. Jika memang begitu, maka Ageha memang bukanlah musuhnya.

"Apakah Aku bisa memanggilmu Ageha?"

"Ya, tentu saja... Aku juga tak apa-apa dengan memanggilmu dengan Rio, kan?"

"Ya, tentu... tapi Aku benar-benar tidak menyangka!"

"Apanya yang tidak kau sangka?"

"Aku tidak menyangka Arya bisa berteman dengan gadis secantik dirimu!"

Wajah Ageha kembali memerah.

"Aku bukanlah kekasihnya!"

"Aku tidak pernah menyebutkan bahwa kau adalah kekasihnya!"

Rio cukup merasa senang dengan menggodanya. Rio memang belum mengenalnya dengan baik, tapi Rio merasa bahwa dia bisa menjadi teman yang baik bagi Arya.

"Jadi dimana Arya saat ini berada?"

"Di belakangmu?"

"EH?!"

Dia menengok ke arah belakangnya, atau lebih tepatnya ke belakang bahu kanannya. Entah sejak kapan, di sana telah berdiri Arya. Sosok sahabatnya yang sudah lama tidak pernah dia temui.

Jujur saja, dia merasa bahwa Arya yang berada di hadapannya saat ini jauh berbeda dengan Arya yang telah dia kenali. Tubuhnya terlihat jauh lebih berotot dari pada yang diingat oleh Rio dan aura di sekitarnya jauh lebih tenang dan hampir tidak terasa, tapi tidak salah lagi jika dia memang adalah sosok sahabatnya.

Ini adalah reuni pertama di antara mereka, setelah sekian lama mereka tidak bertemu.