Yugo berdiri dihadapan tiga orang bangsawan angkuh itu. Vic berdiri ditengah-tengah mereka.
" Will, Oliver , habisi dia."
" baiklah"
Will dan juga Oliver maju mendekati Yugo. mereka berdua adalah tipe petarung jarak dekat. berbeda dengan Yugo yg seorang wizard. wizard merupakan pengguna sihir memiliki kekuatan yg sangat kuat, tapi membutuhkan waktu untuk mengaktifkannya. karena itu duel melawan petarung jarak dekat sendirian bukanlah ide yg bagus. tapi kelihatannya Yugo tak takut sama sekali.
" Yugo hentikan!!"
" diam dan perhatikan, Sirius" jawab Yugo.
Will dan Oliver mulai berlari mendekati Yugo. mereka berdua mengarahkan pukulan mereka masing-masing. Yugo hanya tersenyum.
tiba-tiba dua buah lubang hitam muncul didepan tangan mereka. lubang itu menelan tangan mereka. dua buah lubang hitam lain muncul di depan muka mereka. tangan yg tadi masuk ke lubang pertama muncul di lubang kedua dan menghantam muka mereka berdua. mereka yg menyerang dengan kekuatan penuh terkena serangan sendiri. Vic yg berada di belakang selesai merapal mantra. sebuah lingkaran sihir berwarna hijau muncul didepannya.
" Strom blast!"
angin tornado hijau muncul dari lingkaran sihir dan melesat cepat kearah Yugo yg masih tersenyum.
" maaf ya, tapi serangan ini terlalu lambat" ucap Yugo. "nih kukembalikan "
lubang hitam yg lebih besar muncul dan menelan tornado itu. tornado tadi kembali muncul dari dalam lubang hitam lain yg dimunculkan Yugo di samping Vic. akibatnya, Vic terhempas Kedinding karena serangannya sendiri. ia terbaring diatas tanah.
" huh, sudah selesai ya..." ucap Yugo " akhirnya senjata makan tuan lagi..."
Sirius hanya bisa menatap tak percaya. terkejut dan kagum dengan apa yg barusan Yugo lakukan. ternyata dia tidak main-main dengan panggilan penyihir terkuat. ia memang kuat.
seorang guru tak sengaja menyaksikan perkelahian mereka. sesuai peraturan sekolah yg melarang murid untuk bertarung tanpa izin, mereka akan dibawa ke ruang kepala sekolah untuk diadili.
Yugo dan Vic duduk ditengah ruangan, tepatnya dihadapan kepala sekolah dan majelis guru. Sirius duduk disisi lain menyaksikan. saat ini ia tak bisa banyak membantu. walaupun begitu dia tahu, Yugo tak ingin ia membantunya. ia jadi merasa sangat bersalah karena menyeret Yugo dalam masalah pribadi ini.
dari keadaan korban, Yugo dituduh menyerang Vic dan dua orang temannya itu. itu karena Yugo tak menerima luka fisik sedikitpun, sedangkan Vic dan dua orang temannya terluka. disini kalau Sirius tak memberi kesaksian Yugo akan terpuruk. tapi, disaat seperti ini Yugo hanya tersenyum seakan tak terjadi apa-apa. rasa percaya dirinya sangat besar. tanpa perlu bantuan Sirius, ia menyangkal tuduhan itu.
"saya hanya melakukan tindak perlindungan diri. mereka menyerang duluan...kalau soal luka itu salah mereka sendiri.." jawab Yugo percaya diri. " aku bersumpah kalau bukan aku yg menyerang mereka"
" bagaimana kau bisa berkata seperti itu?"
" karena menurutku, penyihir terkuat tak akan pernah menindas yg lemah" jawab Yugo polos seperti biasa. para guru saling berbisik.
" pak kepala sekolah, bagaimana pendapat anda?" tanya seorang guru.
" hmmm...aku sudah mengenal anak ini sejak ia masih kecil. dari sifatnya aku yakin ia tak mungkin melakukan apa yg dituduhkan itu. dia anak yg baik dan juga perhatian...tapi coba kita tanyakan pada anak yg menjadi korban itu"
pak kepala sekolah menoleh kearah Vic yg dari tadi menunduk ke lantai. vic terlihat kesal.
" Ammon Vic, sebagai korban kami meminta kesaksianmu" ucap kepala sekolah " apa yg dikatakannya itu benar?"
Vic mengeratkan giginya. sepertinya ia tak mau menjawab itu dengan jujur. Sirius mulai cemas kalau Vic mengatakan tuduhan yg lain. tapi sepertinya itu percuma. kekhawatiran Sirius benar-benar percuma.
" itu benar.." jawab Vic. " yg dikatakan anak itu benar, kami yg menyerang mereka duluan. ini salah kami. anak itu mencoba melindungi Sirius."
Vic menjawab dengan panjang lebar. sulit bagi Sirius untuk percaya kalau Vic mengakui kebenaran itu. itu artinya ia siap menanggung hukuman.
para guru mulai merasa lega. akhirnya masalah terpecahkan. terutama pak kepala sekolah.
" sudah kuduga, adik Luke Rayvold memang luar biasa.." gumamnya kepala sekolah.
" apa karena itu anda merekomendasikan anak ini pak kepala sekolah?"
" ini hanya secuil kecil dari kehebatannya"
akhirnya Yugo dinyatakan bebas dari hukuman. dan sebagi konsekuensi karena telah melanggar peraturan, Vic dan dua orang temannya itu dihukum membersihkan seluruh pekarangan sekolah selama seminggu.
" hey Yugo. sepertinya kau berlebihan. kenapa kau bersumpah seperti itu setelah menyerang mereka?" tanya Sirius. Yugo hanya tersenyum
" kenapa? aku tidak bohong kok. kan bukan aku yg menyerang mereka" jawab Yugo. " mereka terluka karena kekuatan mereka sendiri. itu bukan seranganku kan?"
Sirius hanya bisa membenarkan perkataan Yugo. sejujurnya Sirius belum tahu sihir jenis apa yg digunakan Yugo waktu itu. mereka pun beranjak kembali ke kamar.
" Sirius, bagaimana? apa Yugo akan dihukum?" tanya Envy ketika Sirius dan juga Yugo kembali ke kamar. sepertinya berita itu sudah tersebar luas.
" tidak masalah, dia dinyatakan tak bersalah kok" jawab Sirius.
" syukurlah, kukira dia akan dikeluarkan" ucap Envy lega
" lagipula apa yg kalian pikirkan sih? baru berapa Minggu sudah buat masalah seperti ini" ucap Alice.
" itu benar, kami sangat khawatir"
" maaf maaf, tak akan kami ulangi kok" Jawab Yugo
" maaf...dan juga terimakasih" ucap Sirius. Yugo diam menatap Sirius yg terlihat murung walaupun ia memaksa tersenyum."...mungkin untuk sementara mereka tak akan menggangguku lagi.."
" bukankah itu bagus? kau bisa hidup bebas" jawab Yugo.
" tapi...aku sedikit merasa kasihan" jawab Sirius." bagiku mereka juga teman yg berharga"
mereka berempat diam mendengarkan penuturan Sirius.
" kau memang orang yg baik ya, Sirius." ucap Envy. ia tersenyum manis kearah Sirius.
" a-apa maksudmu?"
" tak ada, kau baik kesemua orang. benarkan?" tanya Envy lagi-lagi dengan senyuman. Sirius jadi salah tingkah dan malu
" y-ya.. sepertinya begitu" jawab Sirius tersipu.
Yugo dan Alice menyadari apa yg sedang terjadi disini. mereka berdua senyum-senyum sendiri.
" nah, untuk merayakan hari kebebasanmu dari mereka, aku akan mentraktirku makan" ucap Yugo " kalian juga mau ikut?"
" duluan saja, aku ingin membicarakan sesuatu dengan Envy" jawab Alice. Yugo mengerti dan tersenyum.
" kalau begitu kami duluan" ucap Yugo." ayo Sirius"
" t-tunggu, bukannya seharusnya aku yg mentraktirmu sebagai tanda terimakasih?" tanya Sirius.
" kapan-kapan saja"
Yugo dan Sirius pun pergi meninggalkan dua orang gadis itu dikamar. Envy menatap heran ke Alice. sebenarnya apa yg ingin dibicarakan nya?
" kalian berdua cocok sekali ya..." ucap Alice tiba-tiba. tentu saja Envy bereaksi.
" a-apa maksudmu? siapa dengan siapa yg cocok?!"
" tentu saja kau dan Sirius." jawab Alice. Envy mulai salah tingkah.
" a-apa maksudmu?! i-itu tidak mungkin kan?!"
" mungkin saja, soalnya kalian cocok sih" jawab Alice. " dan juga kau itu mudah ditebak "
muka envy semakin memerah. ia menutup mukanya sambil menundukkan kepalanya.
" hei Alice, apa itu benar?" tanya Envy " kau tidak sedang menggodaku kan? apa aku dan Sirius benar-benar cocok"
" tentu saja" jawab Alice tersenyum. Envy pun akhirnya ikut tersenyum. " kau menyukainya ya?"
" eh?! eee...ya...mungkin...aku tidak tahu" jawab Envy.
" jujur saja, dia tak ada disini kok"
Envy diam sebentar. sepertinya ia sedang mengumpulkan keberanian.
" ne Alice.. kira-kira apa Sirius juga memiliki perasaan seperti yg kurasakan tidak?" tanya Envy. Alice yg sudah tau jawabannya hanya menjawab singkat.
" tentu saja"
Envy tersenyum puas mendengar jawaban Alice. walaupun begitu ia ingin mendengarnya langsung dari orang itu. ia ingin Sirius sendiri yg mengatakannya secara langsung.
tiba-tiba seseorang masuk kedalam kamar membuat mereka berdua terkejut. ternyata itu Yugo.
" oh Yugo...kukira siapa" ucap Envy.
" maaf mengganggu, uangku ketinggalan" ucap Yugo. ia segera mengambil uang yg ia simpan di lemari dan bergegas keluar. " kalian cepat lah pergi menyusul"
"y-ya... baiklah" jawab Envy. Yugo pun keluar
tapi tiga detik setelah itu Yugo kembali masuk. ia mengatakan sesuatu.
" tenang saja, si Sirius itu tidak ada disini kok. percakapan kalian aman" ucap Yugo tersenyum lebar sesaat sebelum ia kembali keluar. mendengar itu muka Envy memerah. mukanya sudah seperti obor yg terbakar.
" k-kau mendengarnya Yugo?!!"
Envy berteriak dengan mukanya yg merah merona. Alice tertawa melihat kejadian itu.