Di pusat operasi, A.K. mulai merasakan keringat dingin mengalir dipelipisnya. 30 menit sebelumnya, seluruh drone pemantau di 'zona subjek' kehilangan jejak setelah mendapati beberapa Anggota S.A.C.T-y mengejar Subjek ke dalam sebuah gedung. Gedung tersebut tidak lama runtuh.
Tidak diketahui kondisi dan keberadaan anggota S.A.C.T-y setelah itu. Seluruh personel di pusat operasi merasakan tensi tinggi. Namun, berkat A.K. lah, Pusat Operasi tetap terkendali.
Perintah yang disampaikan dengan singkat namun tegas dari A.K. membuat personel yang lain tidak kehilangan fokus. A.K. yang berdiri tegap di depan monitor-monitor pengawas, dengan bersilang tangan, mulai memikirkan kemungkinan yang menimpa Aiden dan rekannya.
Matanya masih terus fokus dan memperhatikan setiap monitor di depannya untuk menemukan pergerakan sekecil apapun. Terbersit dalam benaknya, jika Subjek tersebut berhasil menghabisi S.A.C.T-y.
Dia menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran itu.
Tidak lama kemudian, salah satu monitor menangkap adanya pergerakan. Lokasi pergerakan tersebut berada sejauh 150 meter ke arah Timur dari lokasi mereka kehilangan jejak Subjek dan S.A.C.T-y.
Apa yang terlihat di layar monitor membuat wajah semua yang ada di pusat operasi kembali cerah, beberapa sampai menyeringai. Itu adalah tim S.A.C.T-y yang berjalan terduyun-duyun keluar dari tangga masuk stasiun bawah tanah.
Dengan sigap A.K. memerintahkan mengirim helikopter untuk menjemput mereka.
... [2 JAM YANG LALU] ...
Frogman masih sulit menerima apa yang dia lihat saat berhadapan dengan Subjek DRK-265. Dia tidak menyangka bahwa, disamping memiliki keseluruhan gigi taring yang melengkung ke dalam, makhluk itu... memiliki lidah yang menggeliat kala mulut Subjek terbuka. Sangat menjijikkan.
Badannya merinding dan terdiam meliat Subjek membuka mulutnya dan menunjukkan lidahnya. Aiden yang tersadar akan hal itu berusaha untuk menyadarkan Frogman.
Subjek DRK-265 yang sadar akan kedatangan mereka mulai berlari menerjang ke arah Frogman dan Aiden. Melihat Subjek menuju ke arah mereka, Aiden menendang Frogman dan melompat ke sisi berlawanan dari arah jatuh Frogman.
Frogman segera tersadar dan ingin protes, namun Aiden dengan cepat menyelah.
"FOKUS ! Aku tidak berencana untuk kembali dengan membawa 'kantung hitam' lagi !" Aiden kemudian mulai menembakkan pistolnya ke arah kepala Subjek sambil mulai bergerak menjauh.
Melihat reaksi Aiden, Frogman dengan refleks melakukan hal yang sama dan mulai menembakkan pistolnya. Dia memikirkan apa yang dikatakan oleh Aiden tadi tentang 'kantung hitam'.
'Kantung hitam' adalah istilah dalam Foundation yang diartikan sebagai kantung mayat yang berisikan jasad dari personel Foundation. Terminologi ini sering disampaikan dalam situasi dimana terdapat personel gugur dalam menjalankan misi.
Perkataan Aiden tentang 'tidak mau membawa kantung hitam lagi' juga mengingatkan Frogman akan berkas yang Dia baca pada kunjungannya ke Departemen Arsip di Markas Pusat. Berkas itu berisikan laporan misi ke-4 Aiden, sewaktu dia masih menjadi anggota biasa dalam sebuah tim beranggotakan 21 orang -dikenal dengan julukan 'Black Jack'.
"Heh, 'lagi' ?" Pikir Frogman. "Misi itu akan menjadi misi terakhirmu membawa pulang 'kantung hitam' !"
Dengan wajah yang menyeringai dan sorot mata yang menyala, Dia mengambil FN 57 dengan tangan kirinya lalu menembakkan kedua pistol beriringan. Tanpa dia sadari, tindakannya telah mempengaruhi rekan-rekan setimnya.
Intensitas serangan menjadi meningkat. Suara peluru yang menembus dan melubangi sisik serta daging Subjek, desisan Subjek yang terdengar setiap kali peluru mendarat dan membuat lubang-lubang berukuran kepalan tangan, dentingan selongsong peluru yang berjatuhan, suara MpS di kejauhan yang melengkapi ritme penyerangan. Bagaikan musik harmonis yang terus memacu mereka untuk terus menggempur hingga akhir.
Subjek mencoba untuk menyerang balik, namun tiap kepala memiliki keinginan mereka sendiri. Masing-masing kepala ingin bergerak ke arah yang berbeda, membuat Subjek terlihat hanya berputar-putar. Gerakan yang tak beraturan itu semakin membuka pintu peluang S.A.C.T-y untuk menghasikan kerusakan yang lebih besar di tubuh Subjek.
Tiba-tiba, salah satu kepala Subjek mengeluarkan desisan yang sangat keras.
Suara tersebut sempat memotong ritme serangan mereka. Ritme mereka kembali namun dalam tiap serangan yang dilancarkan, Subjek menunjukkan perilaku yang aneh.
"Aah.... Sekarang apa ?!" Ujar Chen kesal sekaligus bingung.
Gerakan Subjek mulai melambat, namun menjadi lebih teratur. Kedua kepala mengeluarkan suara yang aneh. Dikeluarkan bergantian oleh masing-masing kepala. Terkadang salah satunya menyelah yang lain. Hal ini berlangsung selama beberapa menit selama serangan masih berlangsung.
Wajah Petro mengerut. Dia mengobservasi perilaku itu dengan seksama. Lalu, Dia menyadari sesuatu.
"Kapteen !" Sahut Petro sambil mengaktifkan mic komunikator. "Kepala subjek saling berkomunikasi !"
"Ah, Sial !" Umpat Aiden. "Cepat Selesaikan !!" Seru Aiden melaui komunikator sembari meraih 2 granat fragmen, menarik pin dan melemparnya ke arah Subjek. Aiden kembali menyerang, kali ini menggunakan kedua senjatanya.
Tidak lama, suara-suara yang dikeluarkan oleh Subjek terhenti. Subjek masih stabil bergerak lambat. S.A.C.T-y, khususnya Frogman, tidak mau membuang kesempatan besar untuk menuntaskan dengan segera.
"Hampir selesai !" Pikir Frogman. Dalam misi kali ini, mungkin dia yang paling tidak sabar untuk segera 'menghapus' Subjek itu.
Dengan terus menembakkan senjatanya, Frogman, secara tidak sadar, menyerang sambil bergerak maju ke arah Subjek. Rencananya, untuk memberikan mata Subjek tersebut dengan 'aksesoris' peluru '460'nya.
Hanya berjarak 5 langkah dari posisi awalnya, salah satu kepala Subjek menghadap ke arah Frogman. Sebuah suara dikeluarkan oleh kepala tersebut.
Subjek merapatkan kaki dan melompat ke arah Frogman dengan mulut terbuka lebar. Menunjukkan taring, dan... lidahnya, siap mengoyak target yang menjadi incarannya, Frogman.
"FROGMAN !!" Teriak Aiden yang melihat hal itu langsung berlari, berusaha untuk mencapai Frogman. Namun, jarak antara Aiden dan Frogman terbilang jauh. Meskipun Aiden dapat berlari dengan cepat, usaha Aiden terlihat sia-sia.
Di sisi lain, Frogman menjadi kaku melihat situasi di depannya. Matanya menangkap setiap gerakan seperti gerak lambat. Mulut Subjek yang semakin melebar, Taring tajam yang semakin mendekat, dan... lidah makhluk itu yang menggeliat -juga dalam gerak lambat. Otaknya memerintahkan tubuhnya untuk menghindar, namun badannya seolah tidak mau mendengar.
.....
DAANG!!
Peluru kembali diterbangkan oleh Alex. Dia mengeluarkan selongsong peluru dan memasukkan peluru baru yang masih tersimpan dimagazinnya. Kemudian menekan pelatuk disela-sela nafasnya.
DAANG!!
"Sepertinya progres kita tidak cepat, tapi juga tidak lambat." Kata Griff -tanpa mengaktifkan mic komunikator- yang bertugas sebagai Spotternya. "Hm, kabar baiknya, akurasimu tidak berubah sejak kita mulai menyerang sejam yang lalu."
"Apa sudah waktunya menggunakan 'penembus tank' ?" tanya Alex yang baru saja menembakkan peluru disenjatanya.
"Yah, mungkin sudah waktunya." jawab Griff.
Alex mengosongkan ruang peluru dan melepas magazin dan menyerahkan kepada Griff. Griff meletakkan magazin itu ke dalam kantung tas yang Ia bawa dan mengambil magazin 12.7 mm di kantung yang lain . Tiba-tiba terdengar Petro berteriak melalui komunikator, disusul dengan umpatan Aiden.
Mendengar hal tersebut, Alex dan Griff tersentak. Alex segera menyambar magazin di tangan Griff dan segera mengisi ulang MpS-nya. Wajah mereka terlihat tenang, namun di dalam, mereka panik.
Griff segera kembali memantau keadaan menggunakan teropongnya. Dengan gerakan yang cepat, Alex menyiapkan kembali senjatanya. Kemudian membidik target, Namun tidak ada tembakan.
"Alex, Apa yang kau tunggu ?!" Ujar Griff dengan nada rendah. Alex hanya terdiam dan masih membidik.
"Alex !!" Seru Griff dengan nada tinggi. Terdengar suara Aiden yang berteriak memanggil Frogman dari komunikator.
"ALEX ! TEMBAK !!" Ujar Griff dengan panik melihat Subjek melompat ke arah Frogman.
DAANG!!
...
Frogman mematung, dibenaknya terbersit penyesalan-penyesalan selama hidupnya. Penyesal terbesarnya, hidupnya berakhir ditangan Subjek menjijikan itu. Dia tidak berani membayangkan apa tubuhnya terkoyak oleh taring-taring tajam itu... dan oleh benda menggeliat itu. Dia memejamkan mata menerima nasibnya.
PLAASH !
"Heh ?? Sudah selesai ??" pikirnya. "Tidak terasa apa-apa ??" Terdengar sayup-sayup suara yang memanggil. Suara tersebut perlahan berubah menjadi teriakan.
"Frogman !!"
Teriakan itu membuatnya membuka mata dan melihat pemandangan yang mengenaskan. Dia melihat Aiden berlari semakin dekat ke arahnya. Sesuatu di ujung matanya membuat dia menoleh.
Kepala Subjek tergeletak 3 meter di sebelah kirinya. Tengkorak yang pecah, isi kepala yang berceceran, cairan berwarna biru yang mulai menggenang. Badannya juga terkena cairan itu. Melihat pemandangan itu, Dia tercengang dan mematung .
Tanpa melamban, Aiden meraih Frogman dan menyeretnya menjauh ke sebuah bangunan aula yang bentuknya sudah tidak karuan.
"Frogman !" Kata Aiden sambil menampar pipi kanan Frogman beberapa kali.
"Iya, iya... Stop !"
Aiden memeriksa dengan seksama, memperhatikan apakah Frogman benar-benar tidak apa-apa. "Apa yang kau lakukan tadi !?" ujar Aiden. "Kau mau masuk kedalam 'kantong hitam', hah !?"
Dengan wajah mengerut, Frogman membalas, "Siapa juga yang mau masuk ke sana ?!"
Meskipun dengan jawaban itu, Aiden memperhatikan tatapan Frogman yang hampir kosong.
Aiden membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, namun suara ledakan granat mengalihkan mereka dari percakapan. Subjek sudah kembali bergerak.
Setelah salah satu kepalanya hilang, tidak ada lagi perebutan kendali atas tubuhnya. Gerakannya terlihat lebih gesit dan lincah. Berlari kesana-kemari seperti anjing yang mengejar tupai.
Aiden mulai mengambil ancang-ancang untuk kembali ke area pertarungan. Tidak lupa Ia menepuk punggung Frogman untuk bergabung.
Sambil berjalan cepat, Aiden mengeluarkan kedua pistolnya, dan kembali menembakkan keduanya secara berurutan. Dia melihat di ujung matanya, Frogman berusaha bangkit.
Aiden berlindung di balik reruntuhan bangunan yang searah dengan jalurnya. Menggunakan kesempatan ini untuk mengisi ulang senjatanya seraya menengok Frogman. Frogman masih berdiri di tempat awalnya, merenung tidak bergerak. Hanya memegang 2 buah pistol di kedua tangannya.
Mata kanan Aiden berkedut melihat itu. Dia tidak habis pikir melihat Frogman. Untuk ukuran orang dengan pengalaman 46 misi yang telah Ia jalani, bagaimana bisa Dia hanya berdiri termenung dalam keadaan seperti itu ? Bahkan warga sipil sekalipun akan lari terbirit-birit jika berada di dalam situasi seperti ini.
Aiden yang telah selesai mengisi ulang senjatanya dan kembali menembaki Subjek berteriak "Demi Tuhan, Frogmaan ! Gunakan benda di tanganmu !!!"
"Eh ?? Ee... Oh, iya..." Dengan terburu-buru, dan gerakan yang menyakinkan, Frogman mengambil ancang-ancang dan akhirnya... melempar pistol di kanannya ke arah Subjek.
Aiden Tercengang bukan kepalang. Sangat terlihat jelas mata Aiden berkedut melihat aksi yang dilakukan Frogman. Dengan sebuah tarikan napas panjang, Aiden berteriak, "Bodooh ! Jangan dilempar !! Ditembak !!!"
"Kapten, gerakan Subjek terlalu cepat. Aku tidak mendapatkan jalur tembak yang menjamin tepat sasaran" Lapor Alex yang mengembalikan fokus Aiden pada pertempuran.
Aiden berdecak bibir, "Ya sudah, Kalian kemari. Alex, gunakan Mode Tempur pada MpS-mu. Griff... tolong sadarkan 'badut' itu."
Multi-purpose Sniper, disingkat MpS, memiliki 2 mode penggunaann berdasarkan jangkauan: Mode Sniper dan ModeTempur. Menggunakan Mode Tempur artinya dia harus ikut menyerang dalam jarak menengah.
Tanpa basa-basi Alex dan Griff segera berkemas dan rappelling dari atas gedung tempat mereka bersarang. Mereka menggunakan 1 ATV agar Alex dapat mengganti laras MpS selama perjalanan.
Ketika Alex dan Griff tiba, mereka melihat kondisi tubuh Subjek semakin babak belur -bahkan terlihat Subjek sudah sekarat. Salah satu matanya rusak dan 3 dari 8 kakinya telah terputus. Serangan yang bertubi-tubi dilancarkan oleh rekan mereka -tentu, Frogman tidak termasuk karena masih berdiri mematung di balik reruntuhan- memberikan hasil nyata.
Aiden yang melihat kedatangan mereka langsung memberikan komando kepada Griff untuk menyadarkan Frogman. Lokasi Frogman yang berseberangan membuat Griff harus berputar untuk menggindari kontak langsung dengan Subjek. Alex diperintahkan untuk mengambil posisi di belakang untuk memberikan dukungan.
Namun bukan hanya Aiden saja yang melihat bala bantuan itu. Subjek mendapati perhatian Aiden sedang teralihkan untuk memberi komando, segera menerjang Aiden.
Untungnya, Alex sangat jeli dalam memperhatikan keadaan sekitar. Dia merangkul Aiden dan membawanya melompat ke samping untuk menghindar. Terjangan tersebut berhasil terdindarkan.
Subjek memerjang masuk ke dalam reruntuhan bangunan dan menabrak bongkahan besar dinding. Alex dengan cepat berlutut dan mengeker Subjek yang masih terlihat pusing akibat beturan tersebut.
Sesaat sebelum pelatuk ditekan, Aiden tiba-tiba menarik Alex ke belakang. Sebuah puing jatuh tepat di atas tempatnya berlutut tadi. Alex terkejut melihat hal itu.
Sambil membantu Alex untuk berdiri, Aiden berkata, "Kita impas." Mendengar perkataan Aiden, Alex menyeringai. Keduanya menoleh ke Subjek dan mendapati tempat tersebut telah ditutupi oleh bongkahan besar puing bangunan yang jatuh menimpa Subjek.
Chen yang berlari mengikuti Petro ke arah mereka berdua berujar, "Kapten, Alex, kalian tidak apa-apa ??" Lari mereka melamban seiring kedatangan mereka.
"Untuk saat ini, iya" Jawab Aiden. Mereka berempat menoleh ke reruntuhan dan puing yang menimpa
Subjek.
Petro bersiul. "Sepertinya sudah selesai, iya kan ?" Kata Petro yang melihat tumpukan puing di depannya
Baru saja Aiden membuka mulutnya, Subjek kembali muncul. Beberapa puing terhempas kesana-kemari. Mereka berpencar untuk berlindung dari hujan puing yang ditimbulkan oleh Subjek.
Di balik hujan puing tersebut, Subjek menatap 4 orang di depannya. Menatap mereka dengan sorot mata yang menusuk, menyampaikan pesan mengerikan bagi mereka yang menatap balik. Matanya menangkap 2 figur berlindung didalam bangunan aula.
Dengan sebuah raungan desis yang melengking, Subjek mulai berlari menerjang 2 figur tersebut. Kedua figur tersebut tidak lain adalah Griff yang sedang mengurus Frogman.
Aiden dan yang lain menyadari niat dari Subjek tersebut. Mereka berlari mengejar Subjek. Untungnya, berkat luka yang dimiliki oleh Subjek, mereka memiliki harapan untuk dapat mengejar Subjek dengan perlahan, namun pasti.
Petro segera menyalakan komunikatornya setelah melihat bahwa Griff dan Frogman tidak mengetahui Subjek sedang menerjang ke arah mereka.
"Gri... Frogm... ri..." Transmisi dari Petro sedikit terganggu.
"Bisa kau ulangi ? Tidak jelas." Ujar Griff dengan wajah mengerut.
"LARI ! SUBJEK MENGINCAR KALIAN !" Ujar Petro yang sambil terengah-engah. Frogman, yang sedang menghadap ke luar menepuk-nepuk bahu Griff dengan tergesa-gesa dan menujuk ke Subjek.
Griff menoleh dan menyadari bahaya yang sedang berlari ke arah mereka. Dengan sigap Dia membopong Frogman masuk lebih dalam untuk mencari tempat berlindung.
Aiden dan yang lain masih terus berlari. Jarak antara mereka dengan Subjek perlahan-lahan mendekat. Dia berseru meminta Alex untuk melemparkan MpS yang didekapnya. Aiden melihat ruang peluru masih terisi.
Dengan senjata yang siap ditembakkan, Dia mendekap Senjata tersebut. Dengan kemampuan fisiknya yang luar biasa, Dia menambah kecepatan. Semakin memperkecil jaraknya dengan Subjek sekaligus melebarkan jarak dengan rekannya yang ikut berlari.
100 meter.
50 meter
13 meter.
Aiden terus mengitung jarak yang mulai berkurang dengan signifikan. Dia berhasil mengimbangi kecepatan Subjek ketika mereka melewati pintu utama aula.
Dengan cekatan, Aiden menghimpit popor senjata dibahunya, Dia berlari sambil mengarahkan laras MpS tepat ke kepala Subjek. Tepat 15 meter sebelum Subjek mencapai Griff dan Frogman, Aiden melesatkan peluru penembus baja dari laras senjata.
Sekali lagi, peluru tersebut berhasil memecahkan tengkorak Subjek seperti kepalanya yang lain. Rekannya yang lain tidak lama dapat menyusul dengan terengah-enggah.
Tubuh Subjek meluncur di atas lantai aula gedung akibat kecepatan larinya yang tiba-tiba terhenti. Tubuhnya yang tak bernyawa menghancurkan beberapa pilar dan menghasilkan retakan besar didinding aula. Seluruh gedung bergetar.
Sebuah bongkahan puing langit-langit aula jatuh tepat menimpa retakan besar di lantai aula. Akibatnya, lantai aula mulai runtuh ke bawah tanah. Menyeret semua yang berdiri di atasnya jatuh ke dalam lubang besar.
---
Aiden terbangun. Nyeri mulai menjalar disekujur tubuhnya. Dia berusaha untuk duduk, lalu bersandar pada bongkahan puing lantai aula di belakangnya. Puing-puing besar dan kecil tersebar di sekelilingnya.
Dia menoleh ke atas. Seluruh lantai aula telah runtuh. Lubang di atasnya juga telah tertutup puing dari langit-langit aula. Hanya cahaya yang berhasil masuk menyelinap melalui celah diantara puing-puing.
Dia memanggil rekannya satu persatu melalui mic komunikator.
Tidak ada yang merespon.
Dia mengulangi sekali lagi. Tiba-tiba terdengar suara mengerang dari kanannya. Dia mengenal suara itu.
"Griff... Kau tidak apa-apa ?"
Griff merintih seraya menjawab, "Ekh... Sepertinya. Kau sendiri, Kap ?"
Aiden mulai meraba kaki dan tubuhnya. "Hee, lumayan." Aiden mulai bangkit dengan rasa sakit dan terpapah-papah menghampiri Griff, mengulurkan tangannya sambil bertanya, "Dimana yang lain ?"
Griff menerima tangan Aiden, menggunakan bantuannya sambil menjawab, "Sepertinya aku melihat Alex, Chen, dan Petro di sebelah sana." Griff menunjuk ke arah serong kirinya dengan gestur kepala.
Aiden menoleh ke arah Griff menunjuk lalu kembali bertanya, "Frogman ?"
Griff kembali memberikan gestur dengan kepalanya ke arah kanannya. Aiden melihat Frogman terbaring. Dia menghampiri dan menepuk-nepuk lengan Frogman.
Frogman hanya memberikan erangan sebagai respon. Dengan mata yang berkedut, dia menampar kepala Frogman. Frogman tersentak dan bangun terduduk, "Auu.. Kenapa ??"
"Supaya kau langsung bangun." ujar Aiden.
Frogman yang ingin protes terinterupsi oleh Alex dan yang lain. Aiden menoleh ke arak mereka yang baru tiba sambil mengulurkan tangan kepada Frogman.
Setelah tim S.A.C.T-y berkumpul, Aiden bertanya apakah Alex dan yang lain melihat tubuh Subjek. Chen mengiyakan dan memandu yang lain menuju Subjek.
Aiden mengobservasi jasad Subjek. Peluru yang Dia tembakkan masuk melalui mata kanan dan menghancurkan apa yang ada di baliknya. Isi kepala Subjek berceceran, sama seperti kepala lain yang ditembak Alex.
"Ada yang tahu kita dimana ?" Tanya Frogman. Semua langsung menaruh perhatian dengan apa yang dikatakan Frogman.
Mereka baru memikirkan dimana dan bagaimana mereka bisa keluar. Semua kecuali Alex. Dengan ekspresi malas dan satu alis terangkat, Dia menunjuk ke sebuah batang besi di depan-bawahnya. Tertanam kuat dibawah, rel kereta bawah tanah.
Yang lain langsung menatap Alex dan membuat jalur untuk Alex lewat. Memberikan tanda untuk Alex memimpin jalan. Alex hanya memandang mereka satu persatu lalu menghela napas. Dia memandu mereka perlahan menuju stasiun bawah tanah terdekat.
Tubuh mereka yang dipenuhi memar memberatkan tiap langkah sepanjang perjalanan. Hal ini semakin ditambah ketika mereka menaiki tangga stasiun bawah tanah. Dengan terduyun-duyun, mereka menggerakkan langkah demi langkah keluar, hingga mereka kembali menghirup udara luar.