Sean mulai mengibaskan selimut yang tengah membungkusnya dari dinginnya malam. Ia mulai menuruni anak tangga setelah selesai bersiap.
"Pagi mbok."sapa Sean dengan nada hangat.
"Pagi juga se, mbok udah buatin kamu bekal nanti janga lupa dibawa ya se."jelas mbok Jum pada Sean.
Setelah Pamit, Sean mulai menaiki motor kesayanganya itu,sebenarnya ia bisa saja menaiki mobil sport milik nya, tinggal memilih, karena mobil sport memenuhi garasi nya. Ia mempunyai 3 mobil sport dan 2 motor ninja. Namun ia memilih menggunakan motor, karena baginya itu lebih sederhana daripada harus menaiki mobil ke sekolah.
Sean mulai menancapkan gas pada motor andalannya itu. Tak berselang lama ia telah sampai di tempat tujuannya.
"Pagi bos, makin fresh aja nih kayaknya."puji malven pada Sean.
"Iya nih makin fresh aja,apa karena Radiz ya, bos." Yakin axel.
"Apaan sih, berisik banget kalian."sentak Sean pada malven dan axel.
Mereka terdiam begitu lama hingga akhirnya bel sekolah berbunyi tanda pelajaran akan dimulai.
"Aduhh...si Radiz mana sih kok tumben belum dateng,padahal udah jam segini, mana Bu Ratna bentar lagi mau kesini lagi." Khawatir Natella karena tidak biasanya Radiz datang terlambat.
"Iya nih, mana sih si Radiz kok nggak biasanya."
"Pagi anak-anak,hari ini kita akan membahas soal fisika ya. Oh ya ngomong-ngomong Radiz tumben nggak datang,ada yang tau Radiz dimana?" Tanya Bu Ratna pada penghuni kelas XII-IPA 3.
"Radiz sakit bu,suratnya menyusul."jawab cecil bohong
"Oh ya udah kalau gitu,kita lanjut materinya kalau begitu."
Sejak tadi Cecil dan Natella khawatir pada Radiz,pasalanya Radiz tidak datang ke sekolah hari ini. Padahal tidak biasanya dia membolos sekolah.
Mata Sean seolah-olah memperhatikan keadaan sekitar. Radiz, sejak tadi nama itu membuat Sean menjadi khawatir. Dia tidak melihat Batang tubuh cewek itu. Biasanya ia akan mudah menemukan cewek itu di perpustakaan, namun sekarang Sean telah mencari ke segala penjuru sekolah namun naas ia tidak menemukan cewek itu.
"Se,lo cari apaan sih fokus banget?"
"Lo cari Radiz ya se, mending Lo samperin aja deh se si Radiz itu."
"Gue udah cari ke semua ruangan tapi gue nggak nemuin tu cewek." Sean Semakin gusar,bagaimana tidak ia mendapat pesan dari no yang tidak ia kenal.
081456785432:
Lo panik ya karena nggak bisa nemuin cewek Lo .tenang aja cewek Lo aman kok sama kita. Kita nggak bakal apa-apain.
-B-
"Sial." Umpat Sean dengan keras.
"Napa se,siapa yang ngirim pesan?". Tanya aksa pada Sean
"Brian jadiin Radiz tawanannya." Jawab Sean dengan nada amarah.
"Nggak ada kapoknya tuh anak ya." Timpal Ken bangkit dari diamnya.
Setelah jam sekolah habis, mereka memutuskan untuk pergi ke warung biasa mereka kumpul.
081456785432:
Gue tunggu di gudang kosong deket warung kalau Lo nggak mau cewek Lo kenapa-kenapa.
-B-
Sean bergegas pergi ke lokasi dimana Radiz di sekap,ia khawatir pada keadaan Radiz.
"Lo mau kemana se?" Tanya Ken
"Gue mau ke gudang Deket warung."timpal Sean dengan terburu-buru.
"Kita semua ikut Lo." Malven dan lainnya mulai bangkit dari duduknya.
Mereka mulai mengendarai motor menuju ke arah gedung belakang dekat warung. Jaket hitam dengan logo 'garuda' terpampang di dada sebelah kanan jaket ini.
Mereka mulai memasuki area gedung setelah sampai ke Lokasi dimana Radiz di sekap.
Sean melihat tubuh mungil Radiz tersungkur lemas di tanah, beserta tali putih yang mengikat kedua tangan dan kaki cewek tersebut, terlebih sean melihat ada darah segar mengalir di pergelangan tangan dan pelipis kanan cewek tersebut. Keadaan yang dialami cewek tersebut membuatnya tidak bisa menahan amarahnya.
"Hallo Sean, ketua geng 'Avandor'' yang terkenal seantero sekolah."
"Gak perlu basa-basi, lepasin cewek gue atau Lo akan Nerima balasan yang lebih daripada tu cewek." Sean sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi karena sikap Brian yang menurutnya sangat tidak pantas.
"Sans aja dulu,gue nggak ngapa-ngapain cewek Lo kok,dia cuman tidur aja sebentar nanti juga bangun." Ujar Brian
Tanpa ba-bi-bu varlond menyerang Avandor dengan brutal. Namun sayangnya mereka harus membawa pulang gelar kekalahan kembali. Sean segera menghampiri tubuh mungil milik Radiz dan melepaskan ikatannya. Ia membawa Radiz keluar dari tempat itu menuju warung dekat gudang.
"Maafin gue diz." Lirih menyesal Sean pada Radiz.
"Udah Lo nggak perlu salahin diri Lo sendiri." Malven menguatkan Sean karena ia merasa kasian melihat keadaan Sahabatnya itu.
"Iya se, mereka aja yang keterlaluan." Ken membela Sean.
Setelah itu Sean melepaskan ikatan yang mengikat tangan mungil milik Radiz, ia tak tega melihat gadis itu seperti ini, ia merasa tak berguna jika harus melihat Radiz lemah. Setelah ikatan tangan dan kaki Radiz terlepas, Sean segera membawa tubuh mungil milik Radiz ke dalam dekapannya untuk keluar dari gedung tersebut.
Jam menunjukkan pukul 11 dimana warung sudah sangat sepi, Avandor pun juga sudah pulang kecuali Sean. Dia mengantarkan Radiz pulang kerumahnya.
Bangunan indah terpampang nyata di depan Sean. Laki-laki itu memasuki halaman rumah Radiz dan membawanya ke dalam rumah. Hanya ada ibunya dan Radiz di rumah itu. Sean pergi setelah mengantar Radiz dengan selamat ke rumahnya.