Hiii...
Happy Reading!
****
"Jomblo kok, adek mau jadi pacar abang?" tanya pria itu bergurau.
Siapa sangka, pertanyaan itu membuat pria yang baru memasuki area toko kebab terbakar api cemburu. "Adek, Abang matamu! Dia pacar saya kak! Tolong kesehatannya di tarik masuk lagi!" ketus Samudera menarik tangan Rindu supaya bersembunyi di belakang tubuhnya.
"Lho? Samu? Kok kamu bisa tahu aku di sini?"
Tentu saja Rindu kaget melihat kedatangan Samudera, dia tadi tak sengaja menanyakan hal yang menjadi pantangan saat bersama kekasihnya. Ya, tidak boleh menanyakan status dari seorang pria lajang di hadapan Samudera.
Itu sama saja Rindu mau berpaling dari pelukan Samudera, menyangkut hubungannya, kalau sudah membahas status seorang pria itu telah beda kasus dengan percakapan entengnya dengan Bunga. "Apa penting sekarang nanya kek gitu?" tanya Samudera dingin.
Mampus.
Kali ini Samudera akan serius ngambek! Rindu harus segera menenangkan kekasihnya jika masih ingin menjalani hubungan dengan Samudera. Tapi dengan apa? Mata biru Rindu menatap sekeliling cepat dan mendapati sebuah kebab yang masih hangat.
Sigap saja gadis itu meraih kebab dan menyodorkan di hadapan Samudera langsung, "Samuuuuu! Mau kebab?" tawar Rindu memberikan tatapan memelas dengan angan kekasihnya akan mengampuni kebodohan gadis itu.
SALAH!
Rindu semakin panik saat menyadari kesalahannya dengan menawarkan kebab buatan orang yang dia tanyakan statusnya, ah, Samudera akan semakin marah!
"Makan aja sendiri!"
Lihat? Benar bukan, Samudera semakin kesal dengan tindakan sembrononya. Selepas mengatakan kalimat sinis itu Samudera melenggang pergi dengan perasaan penuh rasa kesal, kenapa Rindu tidak kunjung sadar dengan keadaannya? Padahal Samudera berharap gadisnya meminta maaf, hanya se simple itu tapi Rindu tak kunjung mengabulkannya!
Lesu karena kejadian yang menimpanya sangatlah kacau, Rindu hanya bisa memakan kebab pesababnya sambil meneteskan air mata. "Ah! Maafkan saya, pasti karena saya adek jadi berantem!"
Penjual kebab tentu saja panik, setelah terbengong beberapa saat untuk memahami situasi yang terjadi, akhirnya dia sadar kalau pria tadi adalah kekasih gadis cantik berwajah ceria ini!
Rindu menggeleng, pria yang sudah memiliki usia kepala dua di sampingnya tidak lah salah. Ini murni kesalahan Rindu karena tidak bisa menahan jiwa centilnya, "Gak kok, bang ... ini salah aku," ujar Rindu nyengir.
Bugh!
Kesal melihat sahabat barunya nyengir dengan air mata terus menetes, Bunga pun mendorong kepala Rindu perlahan. "Sialan, katanya Samudera gak bakal marah sama lu!" omel Bunga kesal.
Pantas saja firasatnya tak baik, ternyata kekasih Rindu tengah mengikuti mereka. Sekarang, bagaimana cara menenangkan Samudera yang sedang dalam mode dingin?
"Gue lupa kalau Samu engga suka aku genitin cewe lain.." Ringis gadis itu membuat Rindu dan penjual kebab tepuk jidat.
Memang ada gitu kekasih yang membiarkan pacarnya sendiri menggoda pria lain? Ya jelas tidak, mana ada yang mau seperti itu. "Udah, gapapa. Ntar gue bujuk, makan dulu kuy!" ajak Rindu.
Walau tidak terlalu bersemangat, keinginan makan kebab harus terpenuhi sekarang. Puas menambah hingga tiga kali, Rindu pun mengantarkan sahabatnya pulang.
"Lu seriusan bisa bikin Samudera leleh?" tanya Bunga khawatir, baru keluar dari mobil saja dirinya sudah tahu kalau Rindu tidak akan di maafkan dengan mudah.
Tahu akan hal itu, Rindu memberikan Bunga senyum terbaiknya. "Santuy, Bung. Gue bisa urus yang ini!"
Meski tidak puas dengan balasan yang Rindu lakukan, Bunga pun terpaksa melenggang masuk. Dia berdoa semoga Samudera cepat membaik, tidak terbayang apa yang akan terjadi jika mereka masih belum balikan sampai besok.
Ah, Bunga melupakan fakta kalau hanya dirinya dan beberapa orang yang tahu akan hubungan yang Rindu serta Samudera jalani.
Lain halnya Bunga yang sibuk memikirkan bagaimana cara Rindu meluluhkan pria kutub itu, Rindu malah menyingkirkan perasaan khawatirnya pada Samudera dan memfokuskan diri untuk menghadapi apa yang dia dapatkan setelah keluar dari mobil.
"Anjir, padahal cuma masuk rumah. Kok perasaan gue jedag jedug yah?!" pekik Rindu tertahan.
Sebelum masuk gadis itu terlebih dahulu menyemprotkan parfume yang mampu menutupi bau kebab, makanan seperti kebab memang menjadi sedikit pantanhan baginya. "Ma, Pa, aku pulang.."
Begitu masuk, langkah Rindu terhenti oleh seorang wanita paruh baya yang langsung memeriksa setiap inchi tubuhnya. Seolah sangat takut ada bagian yang lepas dari tubuh Rindu.
"RINDUU! Bagaimana nak? Ada yang bikin 'itu' kamu kambuh?" tanya sang ibu langsung menyerang Rindu dengan serentetan pertanyaan.
Rindu terlebih dahulu menenangkan wanita paruh baya itu, setelah tenang barulah Rindu menjelaskan. "Hampir, tapi tepat waktu kok.. mana obatnya? Sekarang jamnya 'itu' kan?" tanya gadis itu menyodorkan tangannya.
Sang ibu menyerahkan beberapa bulir obat dengan air mata tak kunjung berhenti, "Ya Tuhan, kenapa anakku mendapat cobaan begitu berat?" lirih sang ibu hampir pingsan.
Bersyukur ayah-nya segera menangkap dan menyuruh anak semata wayangnya naik untuk beristirahat, "Maafin Rindu udah bikin kalian susah," lirih Rindu tersenyum lirih.
Sambil menaiki tangga Rindu menegak habis beberapa bulir obat di tangannya, karena sudah terbiasa, meminumnya tanpa air pun bukan hal yang susah.
"Ah, menyebalkan!" bentak Rindu tertahan saat merasakan sakit di kepalanya.
Langkah cepat dari sang ayah membuat Rindu segera berlari naik dan menadah hidung yang mulai mengeluarkan darah, kondisinya sekarang tidak boleh di lihat mereka berdua!
Brak!
Ceklek!
"Rindu! Kamu mimisan lagi?! Sayang, buka pintunya!" teriak sang ibu panik.
Ayahnya pun ikut panik melihat sang ansk, Rindu menggeleng tanda tak masalah, sambil menyumpal hidungnya menggunakan tisu Rindu berkata. "Tidak apa Ayah, Mama ... kepala Rindu cuma pusing, bisa izinin Rindu tidur?" tanya Rindu berteriak.
Orang tua yang tidak punya pilihan lain pun hanga mengangguk, "Tolong jangan paksakan dirimu, beristirahatlah dengan tenang, nak!"
Senyum Rindu terbit, "Makasih, Ma, Pa!"
****
"Samuuuu!"
Suara cempreng meneriakkan namanya membuat Samudera berdecak, pria itu menaikkan kacamata dan mempercepat laju berjalannya. "SAMUUU! IH!"
Sebenarnya, pria itu kasihan melihat Rindu kesusahan mengejarnya. Apalah daya dia harus membuat gadis itu jera bukan? Jika tidak Rindu akan terus seenaknya, Samudera sama sekali tidak suka akan hal itu.
"Pergi lah ke kelasmu, Rindu."
Kalimat ketus itu mempersuram hari Rindu, gadis yang sudah sedih dari kemarin pun menghentikan langkahnya. Mata biru Rindu menatap punggung sang kekasih yang kian menjauh sedih, "Ternyata aku memang keterlaluan," gumam Rindu memukul kepalanya beberapa kali.
Tidak ada harapan untuk mengejar Samudera, Rindu pun berbalik dan berjalan menuju kelasnya yang justru berlawanan dari kelas Samudera.
Menyadari ada yang salah, Samudera menoleh ke belakang, keningnya berkerut tak suka saat Rindu terlihat melenggang pergi dengan tenangnya. "Kenapa dia tidak berusaha membujukku?"
Salah.
Tindakan Rindu kali ini salah, bukan kah harusnya gadis itu terus mengejar sampai mendapatkan maaf terpaksa darinya? Samudera segera berbalik dan menyusul Rindu yang sudah menghilang di dalam kelas 11 Ipa 4.
Rindu tak mengikutinya, apa gadis itu punya selingkuhan?' itulah yang ada di otak besar Samudera.
Begitu sampai di kelas sang pacar Samudera melihat Rindu tengah mendengarkan sesuatu menggunakan earphone temannya, dia menghela napas karena Rindu tak membuat kekacauan. Tetapi hal selanjutnya yang terjadi membuat pikiran Samudera pecah.
Gadis itu dengan santainya bersenandung sambil menaikkan kedua kalinya kekursi yang dia duduki, HEI! ROK DI SMA HEXAGON ITU LIMA CENTI DIATAS PAHA!
"Maigo no maigo no koneko chan.."
"Anata no ouchi ha doko desuka.."
"Ouchi no kiitemo wakaranai.. "
"Namae kiitemo wakaranai.."
"Nyan, nyan, nyan nyaan!"
"Nyan, nyan, nyan nyaan!"
"Naiteru bakaru iru koneko chan.."
Sambil menyanyikan lagu Jepang dengan sangat lucu, Rindu menggerakkan kedua tangannya sama seperti vidio anak kecil berusia dua tahun yang barusan dia tonton.
"Rindu!"
Doeng!
****
Makasih dah baca, lanjut? kuy, gas ngeeeng!
Itu lagu yang lagi seru, penasaran? search youtube wakaranai song! imut banget astaga (emot meninggoy)