Gue hanya seorang lelaki biasa yang buncin, butuh cinta kata orang sekarang ... sekian lama gue mencari dan berpacaran walau selalu gagal, akhirnya tanpa di duga gue di jodohkan oleh bos dengan putri semata wayangnya yang cantik jelita dengan suatu syarat yang harus dipenuhi bila dilanggar maka gue harus menanggung akibat yang sangat berat ... Dan dimulailah penderitaan yang harus gue terima, membuat gue jatuh ke dasar jurang yang paling dalam ...
"Dengan ini kami sahkan pernikahan tuan Mario Dewantara bin almarhun Yusuf Muharam dengan nyonya Mariana Kusumadewi binti Joko Subroto, pada tanggal ..." begitulah pak penghulu mensahkan pernikahan gue dengan putri semata wayang dari bos gue sendiri.
Semua sangat mengejutkan dengan kejadian ini, tak ada menyangka gue hanya seorang pegawai biasa bisa bersanding dengan seorang perempuan dari pengusaha terkaya di Indonesia. Dari segi penampilan gue termasuk biasa tidak ganteng ataupun jelek yah lumayanlah, tinggi gue 178 cm, rambut hitam ikal, memakai kaca mata cukup tebal minus 3 kiri dan kanan, dengan tubuh hanya atletis. Gue berasal dari keluarga sederhana, bokap hanya seorang petani biasa di kampung sedangkan nyokap hanya ibu rumah tangga biasa yang membantu di kebun. Gue anak ke dua dari tiga bersaudara, satu kakak perempuan mba Dewi yang sudah menikah dan adik perempuan Rani yang masih SMU.
Semua merasa lega ketika kami sudah sah sebagai suami istri, raut pak Joko tersenyum merekah tanda bahagia di dampingi istri kedua setelah yang pertama meninggal 4 tahun lalu, usianya lebih muda bahkan seumur dengan putri tirinya yang kini berusia 28 tahun sedang gue berusia 26 tahun. Namanya Claudia seorang model dan artis yang cukup terkenal. Begitupun ibu dan mba gue termasuk lega walau masih bermimpi bahwa gue bisa menikahi seorang istri yang kaya raya, setelah bokap meninggal kini ibu dan adikku tinggal bersama kakakku.
Bagaimana dengan gue ? bahagiakah ? gue dan mungkin istri gue pura-pura bahagia. Gue berakting karena ada syarat berat yang harus dilaksanakan ketika perjodohan terjadi, sementara dia tentu saja tidak cinta sama sekali dengan gue hanya itu, dan itu cukup menjadi bukti.
Kami menikah di hotel yang mewah dengan para undangan lebih banyak dari kolega dan teman bos gue, di banding dari pihak keluarga gue yang dihadiri paman dan bibi sebagai saksi menggantikan almarhum bokap. Di pelaminan gue seperti Beauty and the Beast atau si Cantik dengan di buruk rupa ! Si cantik sudah jelas Mariana memang seorang putri, dewi dari kayangan kecantikannya sangat mempesona siapa pun memandangnya baik pria dan wanita yang iri akan kesempurnaannya, sementara gue tentu si Beast semua bisa melihatnya sendiri walau memakai jas mahal gue seperti boneka culun dan kampungan tidak cocok dengan segala kemewahan yang tersaji di hadapan. Itu terlihat dari ekpresi para tamu yang berbisik dan menatap tajam kepada gue. Dan gue harus menerima semua itu ...
-----------------
Gue tidaklah bodoh, secara akademik, gue termasuk pintar, beberapa kali masuk rangking tiga besar dari SD sampai SMU sehingga kedua orang tua gue memutuskan mempertahankan pendidikan gue apa pun sampai tamat sekolah, gue sendiri mempunyai rencana untuk bekerja saja dan itu untuk membantu perekonomian keluarga karena mba Dewi harus menikah muda sebab dia hamil di luar nikah dengan seorang pemuda kampung sebelah yang berprofesi sama yaitu petani dan juga nyambi menjadi kuli, sayang semua itu gagal, gue di terima di perguruan negeri dengan jalur khusus dan mendapat beasiswa.
Gue pun berencana menjadi guru saja, itu sudah cukup dan kebetulan ada jurusannya. Tapi gagal kembali, entah bagaimana gue malah masuk jurusan ekonomi dan tak bisa pindah lagi. Setelah lulus kuliah, gue pengen menjadi pegawai negeri saja, sambil menunggu CPNS iseng-iseng gue memasukan lamaran ke berbagai perusahaan di Jakarta. Dan lagi-lagi ada 3 perusahaan yang menerima gue salah satunya PT Semesta Alam milik Joko Subroto, bos gue sekarang.
Dari ketiganya gue berharap ke perusahaan lain bukan yang sekarang karena entah lebih baik saja. Lagi-lagi nasib berkata lain gue malah di terima di perusahaan PT Semesta Alam yang bergerak di bidang properti, perkebunan dan pertambangan. Semua orang menganggap itu suatu keberuntungan karena bisa diterima di perusahasn besar, padahal gue mah apa atuh hanya seorang yang biasa, mungkin itu benar.
Ternyata menikah itu cape juga, gue harus berdiri bersalaman dengan 2000 orang tamu undangan yang mengalir tanpa henti, memang ada istirahat, tapi ini belumlah selesai besok masih ada resepsi pernikahan, sedangkan hari ini hanya akad nikah saja. Semua pakaian dan akomodasi yang buat gue dan keluarga sekarang ini semua di tanggung pak Joko, karena kalau memakai uang sendiri tidaklah cukup, hanya bisa untuk membeli jas yang gue pakai seharga 5 juta itu pun dua kali gaji selama dua bulan, tabungan gue tidaklah besar hanya 10 juta, itu pun hasil berhemat selama bekerja dari awal sampai sekarang. Apalah arti uang segitu untuk melamar dan menikahi seorang putri konlomerat dan terkaya di Indonesia ? semua masih bagian dari perjanjian.
------------------
Pertama kali bekerja di perusahaan, gue justru di tempatkan di bagian yang berbeda yaitu kepegawaian dan Adminitrasi di perusahaan ini bukan yang sesuai dengan lamaran yang diterima. Tapi itu tak masalah gue sudah terbiasa dengan apa yang terjadi selama ini. Gue tetap menjalaninya dengan baik sesuai pesan dari ibu. Selama bekerja disini, gue tidak banyak punya teman kecuali 4 orang termasuk gue di bagian dimana ditempatkan tidak lebih.
Sebelum menikah, gue beberapa kali jatuh cinta kepada perempuan. Sejak SMU ada yang menerima alias pacaran, tapi kebanyakan di tolak entah apa sebabnya. Pacaran pun tak lama hanya seminggu sudah putus paling lama sebulan dengan berbagai alasan, dan gue menerima itu. Ketika kuliah gue mendapat pengalaman paling buruk ketika pacaran, dari dihina, sampai diselingkuhi. Lumayan sakit, padahal gue tidak muluk-muluk mencari pacar tidak memandang wajah, karena sadar gue bukanlah seorang pangeran.
Akhirnya semua selesai, gue dan istri gue yang sudah sah beristirahat di kamar. Tapi tidak satu kamar, beda kamar. Gue membuka jas dan kemudian menuju ke kamar mandi, sebelum mencuci muka gue tatap wajah di cermin tanpa kaca mata tebalku. Gue masih ingat perkataan Mariana ketika tahu di jodohkan papanya.
"Papa tidak salah ? menjodohkan aku dengan pria kampungan ini !" jeritnya tak terima dengan keputusan papanya, gue hanya terdiam dan menunduk atas penghinaannya tapi itu baru awal.
"Memang kenapa, sayang ?" tanya papanya, "Mario baik, papa percaya sama dia! bila dibandingkan dengan lelaki yang selama ini kamu kenalkan ke papa !" jawabnya dengan tenang.
"Pokoknya Mariana tidak setuju !" ucapnya tetap berpegang teguh dengan pendiriannya.
"Oke, tapi bila kamu menolaknya, dengan terpaksa papa menarik semua fasilitas yang diberikan !" jawab pak Joko tegas.
"Apa ! itu tidak adil papa, kenapa harus dengan dia ? masih banyak yang lainnya kan ? yang lebih baik !" teriaknya marah. Sebagai anak tunggal sangat wajar Mariana di manja, apapun keinginannya akan dipenuhi.
"Sudah papa bilang bukan? alasannya !" pak Joko pun tetap dengan pendiriannya, jadi sifat keduanya tak jauh berbeda.
"Baik, beri waktu Mariana untuk berfikir dan mengenal dia !" ujarnya sambil menunjuk kepadaku. Pak Joko setuju.
Sejak itu gue harus bersikap sebagai seorang lelaki, gue pun berkencan dengan Mariana dan itu tidak murah, entah dia ingin membuat gue mundur atau sekedar menguji karena dia mengajak ke tempat makan yang mewah, berbelanja barang yang mahal, tapi semua itu gue bayar dengan satu kartu kredit yang diberikan pak Joko kepada gue.
"Berapa papa membayar lo hah !" tanyanya sambil menatap tajam.
"Maksud non ?" gue balik bertanya dengan tampang polos.
"Udah deh, gue tahu perjodohan ini tidak gratis! lo pasti membuat perjanjian dengan papa !" ucapnya sinis.
"Benar non, saya ini apa atuh non! tidak bisa menolak apapun permintaan pak Direktur !" jawab gue jujur.
"Oke, kalau begitu gue ingin membuat perjanjian dengan lo !" ujarnya sambil tersenyum misterius, gue hanya terdiam dan tak bisa menolaknya ...
Bersambung ....