webnovel

Cinta Untuk Azahra

Perbedaan kasta diantara Indra dengan Azahra memang sangat jauh berbeda. Tapi itu bukan suatu hambatan untuk mereka menjalin hubungan yang lebih serius dari berpacaran menuju halal. Setelah menikah Azahra berubah karena dia berpikir takdir tidak bersahabat baik dengan hidupnya. Akankah Indra sanggup bertahan dengan seorang istri yang selalu menentang takdir? Atau lebih memilih untuk berpisah? Ikuti ceritanya ya. Judul awal (Indra My Husband) #Dilarang Plagiat.

Cindy_ElfiraPutri · 现代言情
分數不夠
20 Chs

Shalawat Cinta

"Bisa enggak sih gak usah sebut kata suami, telingaku jadi sakit." cetus Ronald.

Indra pun datang ke kamar itu menghampiri istri dan pria asing yang saat ini berusaha menganggu rumah tangganya.

"Apa maksudnya? Apa yang kamu mau, udah sadar kan? Silahkan pergi dari rumah ini sekarang juga." perintah Indra.

"Oh anda ini suami Azahra, ah sangat cupu. Mau aja sih kamu nikah sama laki-laki kaya dia." Ronald hendak pergi dari rumah itu namun Azahra sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi.

Plakkk. Azahra mendaratkan tangan kanannya ke arah pipi kanan Ronald, dia kesal sedari tadi kedatangannya hanya mengundang amarah.

"Kamu tampar aku? Apa salah aku?" merasa dirinya di rendahkan.

"Memang sudah sepantasnya kamu mendapatkan itu, suamiku memang orang yang baik jadi dia tidak akan menampar ataupun melakukan hal jahat maka dari itu aku saja yang mewakili perasaan suamiku." ucap Azahra dengan emosi yang membara.

Indra yang melihat kejadian itu terharu sekaligus tidak menyangka ternyata istrinya seorang pemberani juga.

"Azahra sudah, maaf silahkan kamu tinggalkan rumah ini, karena semakin kamu lama berada di sini semakin lama pula rasa ini ingin menghabisi kamu." seru Indra.

"Baik, camkan baik-baik untuk kamu Azahra, kamu wanita yang lancang sudah berani-beraninya menampar pipi ini. Kita lihat nanti akan seperti apa kamu, bersiaplah untuk bertekuk lutut padaku." Ronald pergi tanpa permisi dan tidak mengucapkan kata terima kasih walaupun sudah ditolong.

****

"Nyebelin banget sih dia, kenal juga enggak main ancam aja, emangnya dia pikir dia siapa." Azahra yang terus mendumel.

"Hehe udah dong sayang marah-marah nya, dia kan udah pergi. Lebih baik kita bahagia." ucap Indra.

"Kamu enak bilang gitu, aku udah ternodai sama dia, berani-beraninya dia peluk aku secara paksa." sahut Azahra menggosok badannya dengan kedua tangannya.

"Udah, lupakan hal itu. Aku tidak marah kok, aku tahu kamu wanita yang baik dan setia, jadi aku tidak akan memperpanjang masalah ini." ucap Indra.

Azahra menatap ke arah Indra.

"Benarkah?"

"Iya Zahra, udah aku mau pergi ngojeg lagi. Belum dapat banyak hari ini." ucap Indra.

"Jangan dong, nanti aku takut." rengek Azahra.

"Sejak kapan sayang kamu takut, dia gak akan ke sini lagi kok." ucap Indra.

"Aku takut, kamu di sini aja ya. Jangan ngojeg dulu, gapapa enggak kasih uang banyak hari ini asalkan kamu ada dan kasih aku rasa nyaman." titah Azahra.

"Uuu lagi manja pasti ya? Yaudah kalau gitu iya, aku akan di sini nemenin kamu. Jagaiin kamu dan kasih kamu kenyamanan." sahut Indra seraya mengelus pipi Azahra.

"Nah gitu dong, kalau gitu kan aku makin suka sama suamiku yang menyebalkan ini hehe." ucap Azahra.

"Kok menyebalkan ih, sekarang kita mau ngapain di rumah? Bosen dong kalau cuma diem doang."

"Kamu mau nya apa? Aku juga bingung."

"Aku mau kita belajar hal yang positif, seperti shalawatan bersama, gimana?"

"Ih aku enggak bisa, kamu aja ya." ucap Azahra.

"Jangan gitu dong sayang, kita belajar bareng-bareng ya." Indra memohon.

Indra mencium kening istrinya.

"Hemm, yaudah iya aku mau kok, asalkan kamu doang yang shalawatan sedangkan aku dengerin sambil belajar."

"Iya siap bu bos."

Azahra bersandar di pundak suaminya karena itulah posisi ternyaman menurutnya, sedangkan Indra duduk dengan membacakan shalawat.

Allohumma solli 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad, kamaa sollaita 'alaa aali ibroohim, wa baarik 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad, kamaa baarokta 'alaa aali ibroohim, fil 'aalamiina innaka hamiidummajiid.

"Aku ganti-ganti ya shalawat nya, kamu dengerin jangan bobo." ucap Indra.

"Iya lanjut dong."

Allahumma sholli `ala Sayyidina Muhammadin thibbil qulubi wa dawa-iha wa `afiyatil abdani wa syifa-iha wa nuril abshori wa dhiya-iha wa `ala alihi wa shohbihi wa sallim".

"Shalawat badar coba ih, aku pengennya itu."

"Iya istriku."

صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ

صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى يـس حَبِيْـبِ اللهِ

Shalaatullaah Salaamullaah 'Alaa Thaaha Rasuulillaah

Shalaatullaah Salaamullaah 'Alaa Yaa Siin Habiibillaah

Rahmat dan keselamatan Allah, semoga tetap untuk Nabi utusan Allah.

Rahmat dan keselamatan Allah, semoga tetap untuk Nabi Yasin kekasih Allah.

Terdengar suara tidur Azahra, Indra yang menyadari itu langsung berhenti, tersenyum manis melihat kesayangannya tertidur ketika dia membacakan shalawat. Baru kali ini istrinya tertidur disiang hari karena mendengar shalawat yang dipersembahkan langsung oleh Indra.

"Sayang kamu manis sekali ketika tidur begini, tidak tega aku membangunkan kamu yang tertidur pulas seperti ini." Mengelus rambut yang panjang tergerai indah itu menatap Azahra dari atas kepalanya sampai ujung kakinya dan tersenyum.

Akankah mudah menjalani semua ini? Tentu dengan penuh kesabaran pasti akan mudah dalam menjalani semuanya.

"Sampai saat ini belum ada satu pun wanita yang dapat menggantikan kamu sayang, walaupun kamu suka galak sama ketus tapi aku tetep aja mencintai, menyayangi, dan sayang sekali padamu." Mengelus rambutnya lagi dengan belaian penuh rasa.

Flashback off.

Satu tahun sebelum Indra dan Azahra memutuskan untuk membawa hubungannya ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan, dari dulu mereka selalu harmonis walaupun memang seringkali menghadapi masalah demi masalah yang datang tapi selalu mereka selesaikan dengan baik dan kembali harmonis

Pada saat itu.

Di taman yang terletak di kota Jakarta yang pada umumnya sangat nyaman untuk memadu kasih bersama kekasih, Indra dan Azahra duduk berdua menatap masa depan yang sejak lama sudah mereka impikan.

"Jika sudah menikah apa yang akan kamu lakukan Zahra?"

"Aku akan menjadi istri yang terbaik dan menjadi wanita seperti ratu dalam rumah tangga kita." ucap Azahra bersandar dipundak Indra yang menurutnya sangat nyaman.

"Oh ya? Yakin jadi ratu hehe... jadi ibu rumah tangga aja sayang itu lebih baik. Supaya keutuhan rumah tangga kita tetap terjaga."

"Kok kamu gitu sih? Jangan bilang kamu larang aku untuk bekerja!!"

"Nah itu kamu tahu sayang, jangan pernah bekerja ketika sudah sah menjadi istriku. Karena apa? Karena aku sangat mencintai kamu, gamau kamu cape ataupun sakit karena lelah bekerja." ucap Indra.

Pada saat itulah Azahra mulai luluh dan setuju tidak akan bekerja ketika sudah sah menjadi istri Indra, namun saat ini kenyataannya? Itulah sikap Azahra. Begitulah flashback Indra pada masa sebelum mereka menikah.

"Tidurlah ratu hatiku yang paling tersayang, jangan takut akan hal yang tidak diinginkan. Karena Allah SWT akan selalu bersama orang-orang yang bersabar, seperti sabar menantikan seorang anak." ucap Indra pada istrinya yang tertidur pulas.