Elsa terus mengejar langkah Edward yang berjalan menuruni tangga aula. Hati Edward benar-benar penuh rasa amarah dan putus asa. Bagaimana Ia tidak kesal. Malam ini harusnya jadi malam yang terindah kalau bajingan George yang kelakuannya ternyata seribu kali lebih buruk dari Justin, telah merusak segalanya.
Ia sudah menyanyikan lagu "Perfect" dengan sempurna. Menyatakan cintanya pada Alena, lalu tinggal dua lagu lagi maka Ia akan menyelesaikan tugas menyanyinya, digantikan oleh grup band lain. Rencananya ia akan mengajak Alena berdansa. Ia akan memegang tangan Alena dengan mesra lalu memasukan tangan Alena ke saku tuxedonya.
Ia sudah menyimpan sebuah cincin berlian di saku tuxedonya sebagai tanda cintanya pada Alena. Ia membayangkan Alena akan terpesona oleh surprisenya dan membalas semua rasa cintanya. Semua rencana itu habis berantakan oleh George. George teman dekat Elsa sejak kecil. Ia benar-benar murka. Apalagi tadi Nizan menyuruhnya untuk meminta penjelasan pada Elsa. Jelas sudah bahwa Elsalah dalang dari kejadian ini.
"Edward berhenti.. tolonglah dengarkan penjelasanku dulu. Ini tidak seperti yang Kau pikirkan. Aku tidaklah sejahat itu.. " Suara Elsa terdengar memelas. Ia terus berusaha mengejar Edward.
"Pergilah Elsa, jauhi Aku setidaknya untuk sekarang ini. Aku sedang ingin sendiri. " Edward tetap melangkah tergesa-gesa menuju Limousinenya di luar.
"Kamu mau kemana?? " Elsa memegang tangan Edward meminta penjelasan sebelum Edward menaiki Limousinenya. Edward menarik tangannya dari pegangan Elsa.
"Kamu tidak berhak mengetahuinya. Aku peringatkan Elsa untuk tidak mendekatiku lagi. Sebelumnya Aku sangat menghargaimu sebagai teman baikku. Sekarang Kamu bukan siapa-siapaku.. " Edward kemudian mendorong Elsa agar menjauh dari sisinya. Tergesa menaiki mobilnya dan segera menyuruh sopirnya untuk pergi. "Go to Star Bar.. " Edward meminta sopirnya untuk meluncur ke arah bar yang letaknya tiga blok dari kampus. Edward berencana menghabiskan malamnya dengan menenggak Alkohol agar Ia bisa melupakan malam jahanam ini.
Elsa berteriak memanggil nama Edward tetapi Edward sudah meluncur bersama mobilnya. Elsa duduk di tangga Aula bagian luar. Ia duduk memeluk lututnya. Musik dansa masih berdetam-detam. Para peserta dansa semakin menggila. mereka berdansa dengan siapa saja sepanjang itu suka sama suka. Botol-botol minuman tak henti-henti mengalir memasuki ruangan. Para penjaga mulai berpatroli keliling mengecek para peserta kalau - kalau ada yang mabuk berat atau bikin onar. Ada beberapa adegan dewasa seperti sekedar ciuman atau berpelukan . Sepanjang saling suka dan tidak ada keributan hal itu dianggap maklum. Asal tidak melakukan lebih dari itu. Karena ini adalah lingkungan kampus bukan tempat untuk prilaku tidak bermoral.
Malam begitu kelabu bagi beberapa orang, termasuk Elsa. Elsa terus menerus merutuki nasibnya yang malang. Kenapa Ia kemarin harus berbicara dengan George, kenapa pula George sampai melakukan tindakan bodoh seperti itu. Elsa terus duduk di tangga teras sampai tidak menyadari bahwa George sudah duduk disampingnya, menyodorkan sebuah botal minuman.
"Kamu idiot.. pig headed... bastard.. bajingan. " Elsa langsung bereaksi histeris memukuli George. George hanya terdiam membiarkan Elsa memukulinya. Sampai kemudian Elsa kelelahan sendiri. George merangkul Elsa lalu membiarkan kepala Elsa menyender dibahunya menangis meluapkan perasaan sedihnya. George kembali menyodorkan botol minumannya.
"Minumlah agar perasaanmu lebih baik... " George mengelus rambut Elsa. Elsa mengambil botol itu membuka tutupnya kemudian menenggak isinya.
" Ia sekarang membenciku George. Edward membenciku. Mengapa Kamu lakukan itu?? " Mengapa Kamu malah mau memperkosanya?" Elsa berkata sambil kembali menegak minumannya.
"Aku menyesal Elsa, Aku hanya tak tahan melihat air matamu. Aku pikir kalau Aku memperkosanya Ia akan malu dan meninggalkan Edward. Kamu bilang wanita Indonesia biasanya memiliki harga diri yang tinggi, dan cenderung pemalu terhadap laki-laki." George menerawang mengingat - ngingat kejadian yang terjadi.
"Maksud Aku kemarin, Aku hanya minta Kamu mengintimidasinya secara diam-diam agar Ia ketakutan dan pulang ke negaranya. Apa Kamu tidak tahu kalau Kamu benar-benar memperkosanya Kamu akan dihukum untuk waktu yang sangat panjang yang bahkan melibatkan urusan peradilan dua negara. Dimana Kau simpan otakmu? "
"Elsa, Aku laki-laki normal sama yang lainnya. Melihat Alena walaupun Aku tidak mencintainya tetapi Aku juga sangat menginginkannya. Ia memiliki sex appeal yang sangat tinggi. Ketika Kamu bilang untuk memintaku menjauhkannya dari Edward yang terpikir olehku adalah mengapa tidak sekalian Aku menikmatinya. "
"Kamu benar-benar bastard, bajingan besar. " Elsa menatap George dengan perasaan jijik.
George tertawa getir. Ia mengambil botol minuman ditangan Elsa lalu ikut menenggaknya.
"Perempuan itu benar-benar memikat semua orang. Bahkan si gunung es Nizampun ternyata meleleh karena kecantikannya... Aha.. ha.. ha.. " George tertawa terbahak-bahak. Perkataannya seakan memberi penekanan pada Elsa bahwa bukan salahnya kalau Ia juga menginginkan Alena secara lahiriah karena Nizam saja yang terkenal ke seluruh penjuru kampus sebagai pria yang dingin kini ternyata Ia juga menginginkan Alena.
"Laki-laki ternyata semua saja. Bajingan. " Elsa mengumpat-ngumpat Ia sangat geram pada Nizam, Edward dan Justin sekarang bahkan Ia baru mengetahui kalau George pria yang sejak kecil mencintainya juga bahkan menginginkan Alena secara lahiriah.
"Sampai sekarang Aku masih tak mengerti darimana Nizam tahu recanaku? " George bertanya pada Elsa.
Elsa menggendikkan bahunya. "Entahlah Aku sama bingungnya dengan dirimu. Darimana Ia tahu nomor teleponku, namaku dan hubungannya dengan kejadianmu. Dia menelponku dan menyuruhku untuk pergi ke kamar atas Aula. Aku disuruh mencarimu dan memintaku untuk menghentikan tindakanmu pada Alena. Ia juga menelpon Edward. Laki-laki itu benar-benar misterius. Aku tidak mengira Ia mencintai Alena. "
"Aku bahkan berpikir dia penyuka sesama jenis. Bukankah kadang-kadang Ia terlihat suka bersama beberapa orang pria. Tadi juga yang menarikku dari tubuh Alena adalah pria itu. Tenaganya sangat kuat. Aku berani taruhan kalau mereka pasti ahli bela diri. "
"Apa mungkin pria itu para bodyguardnya? Tapi siapa dia sampai harus dijaga bodyguard? " Tanya Elsa.
"Entahlah.."George berkata seraya menghabiskan tetes terakhir minuman mereka.
"Malam ini Aku akan pulang saja. Apa Kamu mabuk Goerge?? kalau tidak antarkan Aku pulang. Malam ini Aku hanya ingin tidur."
"Baiklah...Oh ya Elsa. Kalau Edward terus membencimu. Aku tidak keberatan untuk menjadi kekasihmu. Percayalah Aku akan mencintaimu dengan segenap hatiku.. "
Elsa tertawa terbahak-bahak sampai keluar air matanya. Alkohol memang mampu menghapus perasaan duka. "Bermimpilah terus George..Aku tidak keberatan. Kita akan lihat nanti siapa yang akan mengalah. Edward mengalah padaku atau Aku yang mengalah padamu."
George tidak marah mendengar kata-kata Elsa ia malah ikut tertawa terbahak-bahak.
"Aku akan menunggumu dengan sabar.."
"No George Kamu tahu Aku sejak kecil. kalau Aku menginginkan sesuatu maka Aku harus mendapatkannya. Kalau sampai Aku tidak mendapatkannya maka akan ada dua pilihan, Dia atau Aku yang akan mati. " Suara Elsa terdengar amat menakutkan.
George menarik tangan Elsa sambil membawanya pergi. "Kamu sedang mabuk.. bicara seenak hati. Ayo kita pulang"
Elsa menurut dituntun George. Kepalanya sedikit pusing. Ia berjalan sedikit sempoyongan. Ia memang tidak terlalu kuat terhadap alkohol.
Mereka lalu pergi menuju mobil George dan tak lama kemudian mobilpun meluncur menuju rumah Elsa. Tidak ada pembicaraan apapun di mobil karena Elsa tertidur dengan lelap. George menyetir dengan tenang. Seakan Ia takut akan membangunkan Elsa. Hati George sedikit teriris melihat air mata meleleh di pipi Elsa. Apa dalam tidurnya pun Elsa menangis??. George tidak menerima jawabannya. Ia hanya mendengar deru mesin mobilnya yang membelah keheningan malam.