webnovel

Mual

Ketika Konferensi pers berakhir dan ditutup oleh makan malam. Nizam beserta rombongan turut makan malam bersama mereka. Meja Nizam bersama Alena, Cynthia dan Pangeran Thalal. Pangeran Thalal terus mencuri-curi pandang Cynthia yang malam ini terlihat sangat cantik. Cynthia bukannya tidak tahu kalau Pangeran Thalal terus menerus memandangnya sampai akhirnya ada seseorang yang menghampiri mereka.

"Yang Mulia, Tuan James sudah tiba." Ali berbisik pada Nizam. Nizam yang sedang makan hidangan nya lalu menyimpan sendok dan garpu nya. Nizam menganggukan kepalanya lalu dengan isyarat matanya Ia meminta Ali menyiapkan satu kursi untuk dia di samping Pangeran Thalal. Pangeran Thalal memandang wajah Kakaknya yang begitu tenang.

Dan tidak lama kemudian datang seorang pria berusia kira-kira 28 tahun. Pria tinggi tegap dengan wajah tipikal Timur Tengah, Berhidung mancung dengan mata yang tajam, Berkulit sedikit putih berambut hitam dan halis yang tebal. Bibir bewarna merah dengan cambang dan kumis menghiasi rapi wajahnya. Wajahnya tegas dan terlihat lebih keras dibandingkan wajah Nizam. Matanya tajam dengan bulu mata yang lentik. Begitu sampai di depan Nizam Ia langsung membungkukkan badannya memberi hormat.

"Salam Yang Mulia" Sapanya sopan dan hormat pada Nizam. Nizam tersenyum " Ah..Kau sudah datang. Aku pikir Kau akan datang pada pagi hari. Mari Aku perkenalkan dulu, Ini adalah Pangeran Thalal adikku."

Pangeran Thalal berdiri dan menjabat tangan James. Wajah Pangeran Thalal langsung berubah muram menyadari bahwa pria yang sedang dikenalkan kakaknya adalah Laki-laki yang hendak di jodohkan dengan Cynthia.

"Ini adalah Cynthia " Cynthia mendekapkan tangannya di dada memberikan salam pada James, lalu Ia duduk kembali dengan wajah yang biasa Ia malah melirik Pangeran Thalal dan Pangeran Thalal juga meliriknya mereka kemudian saling berpandangan dengan mata yang redup.

"Dan Ini istriku Alena." Alena hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. James kemudian tersenyum sebelum kemudian Ia duduk diantara Pangeran Nizam dan Thalal.

"Selamat untuk Yang Mulia atas kehamilan Putri Alena" Katanya sambil tersenyum pada Alena. Alena hanya tersenyum sambil menebak-nebak pria tampan didepannya ini adalah pria yang hendak dijodohkan dengan Cynthia. Wajahnya sih terlihat tampan dan cerdas tapi melihat raut wajahnya yang terlihat sedikit galak membuat Alena sedikit ngeri kalau Ia harus dekat dengan dia.

Cynthia sendiri dia malah tidak menyadari tindakan Nizam yang mencoba menjodohkan dia dengan James. Ia sama sekali tidak tertarik dengan pria dingin. Di hatinya tetap tersimpan wajah Pangeran Thalal yang lembut.

Tiba-tiba Cynthia berdiri, "Yang Mulia mohon ijin, Saya mau keluar berjalan-jalan. Kepala ku Sedikit pusing."

Nizam mengerutkan keningnya. "Sangat berbahaya keluar malam hari sendiri. Kamu sebaiknya ditemani oleh pengawal"

"Kalau boleh, Saya Ingin ditemani oleh Pangeran Thalal"

Pangeran Thalal terkejut tapi Ia segera berdiri "Yang Mulia kebetulan Saya juga ingin berjalan-jalan. Biarkan Saya menemani Cynthia."

Nizam melotot ke arah Pangeran Thalal tampak sekali Ia tidak suka akan tingkah laku adiknya. Tapi Pangeran Thalal malah memasang wajah tanpa dosa.

James menjadi tidak enak hati. "Apakah kedatangan Saya mengganggu Kalian? "

"Oh No, Tuan James. Saya Tahu bahwa Anda adalah Staff Keuangan Yang Mulia. Saya takut kalau Saya malah mengganggu pembicaraan Tuan dengan yang Mulia. Tolong untuk tidak salah menanggapi." Cynthia membungkukkan badannya dengan hormat.

"Betul Tuan James. Saya sendiri kebetulan ingin menemani Cynthia. Kakak Nizam sangat takut kalau-kalau Cynthia kenapa-kenapa di jalan."

Nizam menatap tajam ke Pangeran Thalal tapi agaknya tidak terlalu bagus kalau harus bersitegang dengan adik sendiri di tengah keramaian. Nizam menganggukan kepalanya Lalu melambaikan tangannya dan berkata "Pergilah Kalian, Jaga diri. Jangan melampaui batasan" Nizam lalu memalingkan wajahnya pada Alena. Alena jadi terkejut ditatap seperti itu oleh Nizam. Apalagi wajah Nizam terlihat sangat kesal.

Alena pura-pura bodoh dan mencoba memasukan makanan yang ada dipiringnya ke mulutnya padahal Ia sudah begitu mual. Isi perutnya terasa diaduk-aduk. Tapi untuk menghindari tatapan mata Nizam Ia mengunyah terus makanannya.

"Kau pasti cerita pada Cynthia tentang rencanaku"

Alena menatap suaminya dan Ia lalu memegang pakaian Nizam. Kepalanya terasa sangat pusing hingga Alena tidak dapat menahannya lagi lalu Alena pun muntah ke pakaian Nizam. Nizam terkejut rasa kesalnya langsung hilang Ia memeluk Alena. "Kamu pusing?? Mual?? Ayo kita pergi.. James Aku minta maaf sekali. Kamu silahkan makan dan besok kita bicara lagi." Nizam langsung memapah Alena. Ketika melihat Nizam berdiri maka semua orang yang ada di ruangan itu segera berdiri memberikan hormat.

Nizam memberikan isyarat agar mereka meneruskan untuk menikmati hidangannya. Ia lalu pergi sambil memapah Alena ke kamarnya diikuti oleh Arani dan para pengawalnya. Sepanjang jalan Nizam terus mengelus punggung Alena. Kadang memijati tekuknya.

Muka Alena pucat pasi. Ia bagaikan berada di sebuah rollercoaster yang sedang berputar-putar. Perutnya teramat mual. Seumur hidupnya baru kali ini merasakan mual seperti ini. Ia memegang erat tepi pakaian Nizam. Bau bekas muntah Alena di dada Nizam malah membuat Ia semakin mual.

Hingga akhirnya tidak bisa ditahan lagi. Alena langsung muntah-muntah lagi. Sampai isi perutnya semua keluar. Nizam menjadi panik.

"Alena..Kamu tidak apa-apa, Ya Tuhan apa yang harus Aku lakukan. Arani cepatlah cari bantuan. Panggilkan Dokter Desy cepat" Ia terus memijati tekuk Alena. Badan Alena sampai membungkuk untuk memuntahkan semua isi perutnya. tangannya yang sebelah menempel pada dinding dan yang sebelahnya lagi memegangi perutnya terasa sangat mual.

"Yang Mulia, Jangan panik. Ini biasa untuk wanita yang sedang mengandung" Kata Arani sambil menenangkan Pangeran Nizam. Tapi tangannya segera menghubungi nomor Dokter Desy melalui handphone nya.

Setelah memuntahkan isi perutnya. Alena merasa sedikit lega, walaupun kepalanya masih terasa berputar bagai mainan gasing.

"Nizam Aku muntah dikoridor hotel, Aku malu sekali" Alena mulai meneteskan air mata. Ia melihat muntahannya ada dimana-mana bahkan di pakaian Nizam juga banyak. Bau muntahan sangat menyengat.

"Tidak apa-apa Alena. Jangan Khawatir nanti akan ada pegawai hotel yang membersihkan. Mari sini Aku bopong Kamu." Kata Nizam sambil membopong tubuh mungil Alena. Badan yang mungil itu terasa semakin ringan karena asupan makanan yang terus berkurang.

Nizam tidak perduli dengan tatapan orang-orang yang melihatnya membopong tubuh istrinya. Bahkan diam-diam para wartawan yang tadi sedang menikmati hidangan malah mengikuti Rombongan Nizam secara diam-diam. Mereka sengaja mengambil foto Nizam dan Alena yang mereka anggap sangat romantis.

Didalam lift kepala Alena semakin menjadi-jadi pusingnya. Gerakan lift yang naik ke atas melawan gaya gravitasi bumi menambah mual diperutnya yang mulai kembali menjalari tubuhnya. Sampai akhirnya mereka sampai juga di kamar mereka. Nizam langsung membayangkan Alena diranjangnya. Ia juga menyuruh keluar Arani dan dua orang pelayan yang hendak membantu Nizam.

"Yang Mulia, biarkan Kami membantu Putri Alena untuk membersihkan badan" Kata Arani.

"Tidak perlu, Keluarlah Kalian semua, Aku tidak ingin bau Kalian menambah mual istriku. Kamar ini begitu sempit membuat istriku tidak bisa bernafas lega. Besok Kamu carikan rumah saja agar Istriku tidak perlu naik turun lift. "

Apa yang dikatakan sempit bagi Nizam sebenarnya berlebihan. Kamar paling utama dan mewah di Hotel itu memiliki luas hampir sama dengan rumah tipe 45. Ranjang besar, Ruang tamu,Ruang makan bahkan sampai ada dapur kecil. Kamar itu bahkan bisa menampung 6 Orang dengan leluasa. Tapi Nizam terlalu berlebih-lebihan dengan mengusir semua orang agar Alena tidak merasa pengap.

"Baiklah Yang Mulia, Kami mohon pamit" Dua orang pelayan yang sengaja dibawa dari Azura dan Arani segera keluar.

"Nizam Apa kamu mau mengganti pakaianku? Apa Kamu tidak jijik? Aku mau menggantinya sendiri saja" Kata Alena sambil bangkit dari ranjang.

"Mau kemana Kamu? Tetap berbaring biar Aku yang melepaskan pakaianmu." Tangan Nizam segera melepaskan pakaian Alena. Mahkota Tiara yang menempel di kepala Alena dilepas. Semua pakaiannya bau muntah.

Setelah telanjang Nizam membawanya ke kamar mandi dan menyiramnya dengan air hangat. Kemudian Ia juga melepaskan pakaiannya yang terkena muntahan.

Melihat Nizam telanjang bulat Alena jadi terkejut dan khawatir. Ia benar-benar tidak siap kalau harus melayani Nizam. Tapi wajah Nizam terlihat tenang. Sedikitpun tidak ada raut wajah yang menunjukkan bahwa Nizam sedang menginginkan Alena. Ia malah mengambil kimono kamar mandi dan mengenakan pada Alena.

"Pergilah keluar duluan. Aku mandi sedikit lama. Aku takut kau mencium bau badanku"

Alena sangat takjub mendengar perkataan Nizam. Bagaimana mungkin Nizam tidak menyentuhnya di saat Ia telanjang dan dia juga telanjang. Pergi kemana gairah Nizam yang begitu membara. Tapi Alena tidak banyak bertanya. Ia takut Nizam berubah pikiran.

Alena langsung berpakaian sendiri Ia mengambil gaun tidur yang sedikit tertutup lalu mengenakannya. Setelah itu Ia berbaring dan memejamkan matanya.