webnovel

Mengajak Dokter Ahli ke Azura

Nizam duduk menyender pada senderan mobil. Arani melihat Nizam mengendurkan dasinya, lalu melepaskan jasnya. Arani tampak menyipitkan matanya melihat dari kaca spion mobil ketika Nizam membuka satu persatu kancing kemejanya hingga kaos dalamnya terlihat membungkus badannya yang atletis.

Keringat Nizam terlihat menetes dari lehernya lalu turun ke tulang selangkanya. Arani mengakui bahwa majikannya sangat seksi dan menggoda. Pantas saja seluruh wanita di kerajaannya tergila-gila dengan Pangeran Putra Mahkota. Kalau di negara lain yang jadi idola adalah para artis tapi di Kerajaan Azura yang jadi idola adalah para Pangeran kerajaan terutama Pangeran Putra Mahkota.

Hanya saja para Pangeran itu jelas sukar untuk dijangkau terutama Nizam yang memang paling tidak suka difoto kecuali untuk acara resmi kenegaraan. Banyak wanita yang sukarela dibawa ke Harem Nizam walaupun ternyata Nizam tidak memperdulikan mereka. Para gadis itu hanya seperti pungguk merindukan bulan.

Yang membuat Arani bingung kenapa Nizam membuka pakaiannya. Arani menjadi tidak tahan untuk tidak bertanya. Karena memang diluar kebiasaan Nizam memamerkan tubuhnya. Nizam orang yang sangat menjaga auratnya. Kecuali di depan para pelayannya. "Yang Mulia, Apa yang Mulia kepanasan?"

Nizam malah memejamkan matanya dengan kemeja tetap dibuka. "Aku berkeringat, Aku tidak ingin Alena langsung muntah begitu melihatku" Arani tercengang mendengar penjelasan Nizam. Tapi mulutnya langsung terkatup rapat. Lalu duduk membeku di samping sopir sambil tetap memperhatikan Nizam yang duduk sambil memejamkan matanya.

Setelah beberapa saat mata itu terbuka lalu mulai berbicara lagi. "Berikan Aku parfumnya"

Arani dengan sigap mengeluarkan parfum yang wanginya begitu lembut dari dalam tasnya kemudian memberikan pada Nizam. Nizam menyemprotkan isi botol parfum ke sekujur tubuhnya lalu kembali memberikan botolnya pada Arani.

Tangannya yang ramping kemudian mulai mengancingkan kembali kemejanya dan membetulkan ikatan dasinya terakhir Ia mengenakan kembali jasnya.

****

Hotel Gradenia. Depan Pintu Kamar Nizam dan Alena

Fuad membukakan pintu kamar hotel untuk mempersilahkan Nizam dan yang lainnya masuk. Nizam melihat Alena sedang duduk di temani Dokter Desy. Ia kelihatan sedang menikmati cemilan buah-buahan. Pelayan sedang memijat kakinya dengan lembut. Nizam tidak menyangka kalau Dokter Desy masih di kamarnya. Ia segera berbalik dan membetulkan pakaiannya yang sudah terkancing tapi masih acak-acakan.

"Maafkan Aku Dokter," Kata Nizam dengan kaku. Dokter Desy tersenyum Ia berdiri sambil memberi hormat Diikuti para pelayan.

"Hormat Saya Yang Mulia"

Nizam menganggukan kepalanya. Alena seketika berdiri dan merangkul Nizam. "Kata Dokter Desy, Kandungan ku baik-baik saja. Dan kita boleh bercinta asal hati-hati" Kata Alena tanpa tendeng aling-aling. Wajah Nizam langsung merah padam. Ia terbatuk-batuk sampai-sampai Pelayan menyodorkan segelas air putih. 'Kenapa bicaranya harus di depan Dokter, apa tidak bisa ditunda nanti atau kalaupun bicara, jangan langsung seperti ini' Nizam mengeluh dalam hati.

Alena malah cengar-cengir menyebalkan. Dan dengan wajah tanpa dosa Dia melanjutkan kata-katanya. "Aku bilang, Kau begitu ketakutan sampai tidak mau menyentuhku. Jadi Aku langsung saja bilang harus bagaimana?"

Nizam tambah merah padam. Ia memang mau berniat konsultasi tapi tidak di depan orang banyak begini dan dengan bahasa yang tidak vulgar. Alena malah bicara begitu terus terang membuat Ia kehilangan muka di depan Arani dan yang lainnya.

Dokter Desy tersenyum sedikit kaku melihat ekspresi wajah Nizam yang tampak salah tingkah. Tapi Ia memang harus menjelaskan tentang hal ini. Tadi Alena bertanya tentang banyak hal kepadanya. Termasuk Ia selalu merasa sangat bergairah dekat dengan Nizam kalau sedang tidak mual-mual.

"Mmmm..ya..eummmm.. seperti itu" Nizam duduk di kursi setelah melepaskan rangkulam Alena dari lehernya. Ia lalu mempersilahkan Dokter itu duduk kembali sambil meminta Arani dan yang lainnya keluar.

Alena duduk di sampingnya memperhatikan wajah suaminya yang mulai beranjak normal kembali. Tidak memerah seperti tadi

"Dari kemarin Aku ingin konsultasi, tapi baru sempat sekarang. Betul yang dikatakan Alena, Aku sangat ketakutan melakukan hubungan diantara Kami." Nizam lalu terdiam.

Dokter Desy menjawab sambil tersenyum. "Ya tadi saya sudah memeriksa kandungan Putri Alena. Alhamdulillah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Saya juga sudah memberikan obat anti mual dan beberapa vitamin. Anda bisa berhubungan dengan Putri Alena kapan saja hanya jangan terlalu melakukan penetrasi terlalu dalam demi keamanan." Dokter Desy berbicara sambil sedikit canggung ketika dia berbicara untuk tidak melakukan penetrasi terlalu dalam tentu saja dengan memperkirakan ukuran yang dimiliki Nizam tidak bermaksud kurang ajar tetapi sebagai seorang dokter Ia harus memperhitungkan seluruh resiko dari segala aspek.

Nizam sendiri bukannya tidak tahu arah pembicaraan Dokter Desy. Ujung bibir Nizam bergerak sedikit matanya sedikit beriak aneh. Ia merasa ditelanjangi oleh Dokter yang ada didepannya. Tapi tentu saja Ia tidak berani memaki Dokter yang tidak berada diluar jangkauannya.

"Mmmm... Aku mengerti maksud Dokter" Kata Nizam. Iya..ya...Aku harus sadar diri dengan ukuranku yang tidak biasa. Kalau Ia melakukan penetrasi terlalu dalam maka khawatir akan menganggu janinnya.' Nizam meracau dalam hati.

"Baiklah Yang Mulia..Saya rasa yang Mulia sudah cukup memahami Saya mohon pamit. Kalau ada apa-apa, silahkan menghubungi Saya"

"Aku ingin Anda datang dua hari sekali untuk memeriksakan istri Aku. Dan tawaran tentang menjadi dokter pribadi Alena, Apakah sudah ada keputusannya?"

" Saya masih sedikit ragu tentang pekerjaan yang harus ditinggalkan di Rumah Sakit tempat Saya bekerja"

"Aku memerlukan Dokter Ahli yang independen untuk Alena. Aku juga berminat untuk membuka rumah sakit khusus Ibu dan Anak di Azura. Aku sangat memerlukan tenagamu. Aku mengakui tenaga ahli wanita di negara ku masih kurang. Karena kesadaran pendidikan wanita yang masih terbentur adat istiadat Kami yang sudah tidak relevan dengan kemajuan teknologi. Padahal dengan tetap menghormati kedudukan wanita Aku ingin Wanita dinegaraku memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam bidang pendidikan dan pekerjaan sepanjang pekerjaan itu tidak menyalahi kodratnya."

Dokter Desy memperhatikan setiap perkataan Nizam dengan penuh minat dan sangat menghargai pendapat dan ide dari Pangeran tampan itu. Setelah menimbang-nimbang dari beberapa hari kemarin dan diperkuat oleh Nizam hari ini Ia lalu berkata.

"Baiklah Yang Mulia..Saya akan mengurus resign Saya dan menyelesaikan seluruh pekerjaan saya untuk kemudian ikut dengan Yang Mulia."

"Itu adalah berita yang sangat baik. Baiklah Aku juga akan membuka penerimaan untuk beberapa dokter dan perawat lainnya. Dan Aku berharap Dokter yang akan menyeleksi perekrutan calon dokter dan perawat yang akan dipekerjakan di Azura. Aku pastikan mereka akan mendapatkan fasilitas dan take home pay yang sangat memadai." Kata Nizam sambil berdiri untuk mempersilahkan dokter Desi pamit undur diri.

Alena memperhatikan wajah suaminya setelah dokter itu pergi. Nizam seakan tidak perduli akan tatapan Alena. Ia malah membuka dasi dan pakaiannya. Lalu mulai meraih pinggang Alena. memeluknya dan membopongnya ke tempat tidur.