webnovel

Konfirmasi

"Berhenti Nizam..!! "

Nizam menghentikan langkahnya kemudian Dia mencari sumber suara yang terdengar begitu mengintimidasi. Setelah Ia tahu siapa yang bersuara tadi Ia membalikkan tubuhnya sehingga posisi badannya berhadap-hadapan dengan orangnya.

"Ada perlu denganku? Tidak biasanya. Tentang apa? " Nizam lalu melangkah ke pinggir, menyenderkan tubuhnya ke dinding dan melipat tangannya di dada. Ia merasa akan ada pembicaraan panjang lebar dengan orang yang telah menghentikan langkahnya.

"I need to talk about something with you? " Edward berbicara sambil menghela nafas panjang seakan pembicaraan yang akan berlangsung adalah pembicaraan yang akan menentukan hidup dan mati.

"Bicaralah Edward!! Aku akan mendengarkan."

"Bisakah kita mencari tempat yang lebih pribadi. Di kafe depan??" Edward menawarkan tempat.

"Ok.. kenapa tidak? " Nizam menyetujui keinginan Edward.

"Tapi Aku tidak bisa sekarang. Sekarang teman-temanku sedang menungguku untuk latihan. Bagaimana kalau jam 3 Sore nanti

" Kata Edward

"Ok.. Aku tidak keberatan lagipula sekarang Aku ada janji dengan dosen tentang penelitian yang aku ambil semester depan" Kata Nizam.

Edward mengucapkan terima kasih atas kesediaan Nizam mau berbicara dengannya. Nizam menatap Edward yang melangkah pergi. "Pria yang baik sayang Ia mencintai gadis yang salah" Desah Nizam sambil melangkah pergi.

***

Pukul 3 sore hari Nizam dan Edward sudah duduk berhadap-hadapan. Sebelum berbicara mereka memesan secangkir kopi. Edward mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya.

"Apa kamu keberatan kalau Aku merokok" tanya Edward pada Nizam. "Atau Kamu mau merokok?? " Lanjutnya lagi.

Nizam menggelengkan kepalanya, tapi Ia memberikan isyarat melalui tangannya bahwa ia tidak keberatan kalau Edward merokok. Jari-jarinya yang runcing dan memiliki sedikit bulu diatas buku-buku jarinya sekarang tengah dielus-eluskan pada bawah bibirnya. Edward dan Nizam sesaat saling memandang seakan sedang menilai penampilan masing-masing sebelum akhirnya Edward berkata.

"This is about Alena. " Edward berbicara dengan berat hati. Sebenarnya Ia merasa Ia sedang mempertaruhkan harga dirinya melalui perbincangan ini. Tapi apa daya ini tentang harapan hidup di masa depan. Ini tentang cintanya, hasrat dan ambisi terhadap seorang wanita.

Nizam sebenarnya sudah menduga apa yang akan dibicarakan Edward. Bukankah selama ini ia hanya mengenal Edward sebatas anak pejabat tinggi dan vokalis band kampus yang terkenal. Sedangkan Edward sendiri mengenalnya hanya sebatas pria paling misterius di kampus yang banyak dikagumi para gadis diam-diam.

"Ya.. Alena. Kamu tahu Aku mencintainya. "

"Ya Aku tahu bahkan mungkin seluruh kampus sekarang mengetahuinya. Lantas apa hubungannya denganku? Jangan bilang kalau Kamu hanya ingin sekedar curhat denganku. "

"Kamu jangan mengolok-ngolokku" Edward sedikit tersinggung dengan perkataan Nizam.

"Maaf.. Maafkan Aku. Aku tidak bermaksud demikian"

"Baiklah, Sebenarnya aku ingin tahu apa hubunganmu dengannya? "

"Aku?? Dengan Alena?? Tidak ada apa-apa"

"Apa Kamu mencintainya?? Bicaralah!!"

Nizam terdiam sesaat. Apakah yang Ia rasakan pada Alena?? Ia sendiri tidak tahu. Gadis itu jelas bukan gadis yang tepat untuk hidupnya. Walau Ia dan Alena memiliki agama yang sama tapi gaya hidup mereka sangat berbeda. Ia tidak bisa berhubungan dengan sembarangan wanita. Gaya hidup dan masa depannya sudah di atur oleh Kerajaan termasuk teman hidupnya kelak. Apa bedanya Ia mencintai Alena atau tidak.

Mata Nizam sesaat terlihat seperti mengembara mengingat sosok wajah yang sebenarnya tidak bisa ia pungkiri kecantikannya.

"Mengapa Kamu tanyakan hal itu padaku? " Nizam balik bertanya.

"Aku mendengar seseorang berbicara bahwa Alena mencintaimu, Dan Aku berharap kalau Kamu tidak mencintainya. Beri Aku kesempatan untuk mendapatkannya. "

"Apa maksudmu berkata seperti itu. Apa Aku seperti orang yang akan menghalangi. Tentu saja tidak. Silahkan kalau Kau mencintainya tetapi ingat untuk tidak menyakitinya. "

"Mengapa Aku seperti mempunyai firasat bahwa sebenarnya Kamu mencintai Alena?"

"Benarkah? Apa Aku memang terlihat seperti mencintainya?"

"Kamu tidak akan mengingatkanku untuk tidak menyakitinya"

Edward tersenyum misterius "Kamu tafsirkan sendiri. Yang pasti perlu Kamu ingat Dia orang Indonesia. Orang Indonesia sangat kental dengan etika dan adat istiadat. Terlebih dia seorang muslim dan kamu non muslim. Pastikan Kamu sudah mempelajari tentang itu semua. Bagi Orang Indonesia agama lebih dari sekedar identitas yang tertera pada sebuah kartu. Bagi mereka walaupun kehidupan toleransi agamanya sangat tinggi tetapi sangat sulit menerima perbedaan agama dalam suatu pernikahan."

"Darimana Kamu tahu tentang semua itu? Seingatku Kamu adalah mahasiswa ekonomi dan bukannya mahasiswa jurusan sosiologi. Apa Kamu sudah mempelajari tentang Indonesia? " Edward bertanya penuh keheranan.

Nizam tersenyum tipis lalu berkata lagi : "Jangan lupa.. Aku berasal dari negeri Timur Tengah yang secara geografis lebih dekat ke Indonesia."

"Aku mengerti arah pembicaraanmu. Aku sudah memikirkan apa yang akan kulakukan. Aku mengerti cinta ini tidak mudah. " Mata Edward yang sekarang menerawang seakan Ia sedang melihat jurang yang dalam dan gelap pekat.

"Apakah ayah Kamu akan melepaskanmu?? " Nizam mengingatkan tentang Ayah Edward yang seorang pejabat tinggi. Tentunya sebagai pejabat tinggi reputasi adalah suatu hal yang harus dijaga.

"Entahlah, Aku rasa akan sulit untuk meminta izinnya, tetapi Aku bertekad untuk memperjuangkannya. "

"Well.. Kalau itu sudah menjadi keputusanmu, Aku tidak akan menghalangimu. "

Edward dan Nizampun berbincang basa basi sebentar sebelum akhirnya mereka berpisah sambil membawa perasaan masing-masing.