Alena berjalan beriringan dengan Cynthia menuju kantin kampus. Dia memakai rok hitam dan rompi bunga-bunga. Sedangkan Cynthia memakai kaos dan celana jeans. Hari sudah menjelang Sore. Mereka baru keluar dari kelas. Nizam hanya memberikan pesan bahwa nanti malam pukul 7 dia akan datang bersama guru bahasa Azura.
"Alena, kamu tau tidak?" Kata Cynthia kepada Alena.
"Mmmm... tidak" Jawab Alena dengan cepat dan jujur.
Cynthia menatap Alena sambil menggeleng-gelengkan kepalanya,
sebenarnya pertanyaan Cynthia adalah pertanyaan retoris yang tidak perlu jawaban. Yang harus dilakukan Alena adalah diam menunggu pernyataan Cynthia selanjutnya. tapi Alena malah menjawabnya dengan polos.
"Kamu seharusnya jangan menjawab pertanyaanku" Kata Cynthia
"Lho Kan kamu nanya ya aku jawab. Salah aku apa coba?" Alena keheranan dengan pernyataan Cynthia yang terkesan keberatan.
"Begini Alena. Ada beberapa pertanyaan yang tidak perlu dijawab. cukup dengarkan saja. Pertanyaanku tadi adalah pertanyaan pembuka kalimat saja sebelum aku menyatakan pernyataan lain. Ingat nanti Kamu akan menjadi calon Ratu. Jangan sembarangan bicara. Dengarkan dulu lawan bicaramu lalu analisa pembicaraannya seperti apa bagaimana baru kamu bicara. Lihat juga raut wajah dan gesture tubuhnya. Apakah pembicaraan orang itu hanya sekedar basa-basi atau memberikan suatu berita penting atau ingin mencari suatu informasi dari kita." Cynthia bicara panjang lebar. Alena menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Ia paham Cynthia sedang mengajarinya.
"Terus memangnya Kamu mau bicara apa?" Tanya Alena lagi.
"Aku, Ah.. jadi aja lupa lagi. Ha. ha..ha.." Cynthia tertawa.
"Cynthia, Apa kamu yakin akan ikut denganku ke Azura. Bukankah Kamu ingin menjadi seorang manajer di Perusahaan Telekomunikasi ATC, setelah lulus " Alena bertanya.
"Aku sudah melupakan cita-cita itu, Pergi ke Azura terlihat lebih menantang."
"Maafkan Aku Cynthia, gara-gara Aku, Kamu jadi harus terlibat "
"Jangan Khawatir Alena. Kamu tidak usah merasa bersalah. Nizam sudah memberikan kompensasi yang sangat banyak. Saking banyaknya jumlahnya bisa dua puluh kali lipat dari seorang manajer tingkat tinggi di perusahaan telekomunikasi itu."
"Benarkah? Aku kadang merasa tidak nyaman dengan kondisi ini. Dia sepertinya sudah mengeluarkan banyak uang untukku."
"Itu karena Kamu sangat berharga dimatanya. Uang sejumlah itu mungkin tidak seberapa baginya."
Alena terdiam. "Nizam membuat banyak perubahan dalam hidupku. Aku merasa dia sangat mencintai Aku. Aku sungguh merasa beruntung."
Cynthia membuang muka mendengar kata-kata Alena. Dia belum tahu bahwa hidupnya di Azura akan dimulai dengan kejutan yang tidak menyenangkan. Tapi Ia tidak bisa memberi tahu Alena. Kalau Nizam sampai bisa menghamburkan uang sebegitu banyak semata-mata Ia sangat ingin memiliki Alena. Alena adalah obsesinya saat ini. Andaikan Ia bukan calon raja mungkin Ia sudah kabur meninggalkan Azura. Cynthia bisa menangkap bahwa Dimata Nizam ada cinta yang begitu besar untuk Alena.
"Alena. Mulailah untuk belajar lebih banyak tentang negara Nizam. Mulai sekarang jangan malas-malasan lagi. Kamu tahu akan hidup dimana? Kamu akan hidup di kerajaan. Di istana. Kamu harus banyak mengasah sisi kewaspadaan agar bisa tetap hidup."
"Memangnya Aku akan mati?" Alena memandang Cynthia dengan mata membesar.
"Maksud Aku Alena. Bukan mati dalam arti sebenarnya..." Tapi Cynthia kemudian menghentikan kata-katanya. Ia terdiam sambil berpikir bahwa bukan tidak mungkin kalau nyawa juga bisa dipertaruhkan. Bukankah kalau Alena tidak bisa membuktikan kesuciannya Ia bisa saja mati. Mereka bisa berbuat seenaknya. Keluarga kerajaan biasanya tidak tersentuh hukum. Ucapan raja bisa jadi hukum di atas segala hukum. Tiba-tiba Cynthia harus mengkonfirmasi Nizam. Apakah dia bisa menjamin keselamatan Alena di Azura. Melihat Cynthia terdiam Alena menjadi heran.
"Cynthia mengapa kamu diam?" Tanya Alena
"Tidak, aku hanya merasa kalau... Ah Alena aku mau bertanya padamu. Jawablah dengan pertanyaan yang sangat jujur."
"Apa??" Alena jadi kebingungan.
"Apa kau benar-benar masih gadis..mm maksudku Kamu belum pernah bercinta?" pertanyaan Cynthia membuat Alena kebingungan.
"Mengapa Kamu tanyakan hal itu?" Alena menatap Cynthia.
"Aku??" tentu saja belum pernah. berciuman saja baru sama Nizam."
"Ya Tuhan, Syukurlah aku jadi lega. Tapi Alena apa kau suka berolahraga berat seperti naik sepeda atau berkuda? Atau pernahkah kamu jatuh pas dibagian selangkangan?"
"Kenapa Kamu tanyakan pertanyaan aneh seperti itu. Kamu kan tahu aku jarang olahraga. Berkuda tidak bisa. Di negaraku berkuda bukan olahraga populer seperti dinegaramu. Paling bersepeda tapi itu juga aku tidak suka. Orang tua ku melarang aku naik sepeda. Mereka takut aku jatuh. Oh ya aku juga tidak pernah jatuh dibagian itu, kalau bagian lutut iya." Alena menatap Cynthia dalam-dalam.
"Ya Tuhan...Aku sangat bersyukur. Aku jadi tenang." Cynthia menghembuskan nafas lega.
"Cynthia apa kamu sedang meragukan kegadisanku??"
"Ah..ha...ha...ha..Kamu sekarang sudah sedikit cerdas Alena. Bisa menangkap arah pembicaraanku" Cynthia berkata sambil tertawa karena Ia menanyakan pertanyaan seperti itu pada Alena.
"Tentu saja. Bukankah Kamu yang bilang kalau kita harus menganalisa perkataan yang keluar dari orang lain. Sekarang kamu jelaskan maksudmu bertanya seperti itu?"
Cynthia segera memutar otak agar bisa menjawab pertanyaan Alena.
" Aku sedikit takut kalau kamu sudah tidak gadis lagi dia akan meninggalkanmu"
Alena mengerutkan keningnya. " Apa kamu pikir kalau Nizamku berpikiran serendah itu. Kalau Aku sudah tidak gadis lagi memangnya kenapa? Kalau benar Ia meninggalkan ku hanya karena Aku sudah ternoda berarti dia pria yang hanya mencintai fisik bukan hati."
Alena tampak tidak menyukai kata-kata sahabatnya. Lalu Ia berkata lagi.
"Kamu tenang saja Nizamku tidak akan seperti itu. Aku akan buktikan kepadamu"
"Apa maksud Kamu Alena?? Alena Kamu mau buktikan seperti apa? " Cynthia tampak panik takut Alena akan melakukan hal konyol.
"Sudah kamu diam saja, Aku jadi penasaran apa betul dia mencintaiku seutuhnya atau hanya menginginkanku secara fisik."
"Alena.. tolong lupakan pembicaraan tadi. Anggap Aku tidak bicara apa-apa. Tolong jangan katakan apapun pada Nizam. Dia akan mengomeliku pasti. Alena tolong jangan melakukan hal konyol."
"Stop untuk memohon. Kata-katamu membuatku semakin tertantang untuk membuktikannya. "
"Ya Tuhan Alena.. kenapa kamu cerdasnya cuma sebentar" Cynthia mengusap wajahnya
Tiba-tiba Alena menjerit kaget dari belakang ada yang memeluk pinggangnya lalu berusaha menciuminya dari belakang. Cynthia langsung panik dan Ia begitu kaget ketika dilihatnya orang yang memeluk Alena.
" Akh..kamu Justin kurang ajar. apa yang kamu lakukan. " Cynthia memukulinya. Tapi seorang pria segera mencekal tangan Cynthia dan memitingnya kebelakang. Cynthia menjerit kesakitan. Cynthia tidak memiliki ilmu beladiri. Ia hanya meringis kesakitan sambil menyumpahi Justin yang sekarang tampak berusaha mencium bibir Alena. Alena meronta-ronta sambil menghindari bibir Justin. Tercium bau alkohol yang menyengat.
"Alena..Kamu tambah cantik. Aku sangat mencintaimu."
"Justin kamu mabuk..kamu gila. Bastard lepaskan aku" Alena sangat ketakutan.
"Iya Aku memang mabuk tapi mabuk cinta padamu. Aku juga gila karena tergila-gila padamu."
"Kamu jangan berani melakukan apa-apa kepadaku Justin..Aku akan melaporkanmu ke polisi." Alena berteriak. Sialnya karena sudah sore kampus tampak sepi sehingga tidak ada siapapun yang mendengarnya. Cynthia juga berteriak-teriak tapi langsung dibekap oleh temannya Justin.
"Ha...ha...ha..Aku tidak keberatan dipenjara asalkan bisa memilikimu sekarang juga. Kamu membuatku sangat penasaran. Kamu selalu menolak cintaku."
"Jangan Justin tolong..Aku sudah menikah..Aku sudah menjadi istri Nizam.." Alena berkata dengan gemetar.
Justin tampak kaget. pelukannya sedikit mengendur. Alena yang merasakan Justin seperti kehilangan kewaspadaan. Segera melepaskan diri dari pelukan Justin dan berbalik lalu "Buk!!" Lutut Alena langsung menghajar selangkangan Justin. Justin langsung terkapar.
"Lari..Alena..Lari!!" Cynthia menyemangati Alena tanpa memperdulikan keselamatannya.