webnovel

CINTA 9 TAHUN

现代言情
連載 · 38.2K 流覽
  • 54 章
    內容
  • 5.0
    15 評分
  • NO.200+
    鼎力相助
摘要

Arra Maharani. Perempuan berumur enambelas tahun yang memiliki dua sisi yang lain di dalam dirinya, dia polos, lugu, ramah, baik dan mudah dimanfaatkan. Berada di tempat yang salah adalah kebiasaannya, dia diajarkan untuk selalu jujur dan membicarakan apa saja yang dilakukan dimana saja. Perempuan itu dididik sangat baik oleh orang tuanya dan dua kakaknya. Hanya saja, semuanya menjadi sedikit rumit. Raenal dan Giral memiliki pilihan terbaik untuk adiknya, sayangnya semuanya menjadi sebuah peperangan. Selain itu, Arra juga dihadapkan dengan situasi jika dia berpihak maka dia akan kehilangan mana yang tidak dia pilih. Cinta bukan tempat untuk memilih mana yang diberikan, namun perasaan kecil Arra ingin dia mendapat pemimpin di dalam hidupnya dengan baik. Sayangnya semua itu tidak mudah. "Tyo bukan pria yang baik untuk Arra." "Apa kau pikir laki-laki kecil itu pilihan terbaik untuk Arra? Bodoh sekali!" "Kak, bukankah kalian keterlaluan?"

標籤
5 標籤
Chapter 11. Malaikat Bisa Berhati Iblis.

"Apakah aku harus mengatakan itu?" tanya polos Arra sebab yang dikatakan Fian terhadapnya sedikit membuatnya tidak nyaman.

"Iya, kenapa tidak?" Arra menghela nafasnya berat, dia menatap sekitarnya, meneliti ada berapa banyak siswa yang akan melihat pada Arra jika dia mengatakan lelucon itu, bahkan mata serius itu juga mengecek akan berala banyak orang yang akan ikut mendengarkan leluconnya nanti.

50% = 50%

Tidak buruk memang, tapi untuk ukuran Arra yang pemalu dan tidak banyak bicara benar-benar membuat Arra kesusahan.

"Aku tidak bisa mengatakannya," jawab Arra menyerah lebih dulu, laki-laki itu menatap ke arah Arra dengan pasrah sebab Arra benar-benar tidak mau berusaha keluar dari zona nyamannya sendiri.

"Kenapa kau menyerah saat kau sendiri saja tahu jika dampaknya akan lebih baik, Arra?" Perempuan itu memilih menghela nafasnya berat, sejujurnya dia juga tidak tahu.

Tapi mau bagaimana lagi, sifat pemalunya sudah mendarah daging, sudah melebihi permanen dari dirinya sendiri.

Memang, apa salahnya menjadi pendiam dan pemalu? Setiap manusia memiliki pilihannya sendiri untuk hidup.

Kenapa tidak?

"Sekarang coba ku tanya," ucap Arra mengembalikan posisi duduknya yang awalnya tidak nyaman. "Apa?"

"Jika kau diminta untuk menjadi pendiam olehku, apa kau mau?" tanya Arra mengembalikan posisi tersudut dari Arra pada Fian sendiri.

Laki-laki tadi terkekeh, perempuan yang baru saja bertanya pada teman laki-lakinya itu terkekeh. "Aku tidak keberatan sama sekali jika itu maumu," jawabnya.

Alis Arra menyatu dengan jelas, mata tajam di balik kacamata yang sengaja dia kenakan karena dia dalam pakai soflen di matanya menjadi tatapan paling menyenangkan dari Arra pada Fian.

"Kenapa kau semarah itu? Memang pada dasarnya aku tidak keberatan, kenapa harus terkejut," sambungnya lagi. Arra menghela nafasnya berat, tangannya mengambil minuman kotaknya karena lelah dan meneguknya sedikit.

"Kau tidak akan pernah paham kenapa aku menolaknya, jangan memaksaku lagi," minta Arra dengan malas-malas pada Fian sebab dia tidak ingin membuat temannya merasa sakit hati dengan ucapannya bahkan merasa tidak nyaman di sampingnya.

"Aku tidak memaksamu, aku memintamu." Fian terus menjelaskan jika maksudnya adalah baik, bukan bermaksud memberatkan Arra.

"Kau ingin tahu kenapa aku tidak mau?" tanya Arra meminta pertanyaan dari Fian sebab dia ingin ditanyai. "Apa?"

"Aku tidak bisa menjadi orang lain." Arra mengatakannya tanpa penjelasan, dan dia juga yakin jika Fian tahu apa yang Arra mau.

"Maafkan aku," jawab Fian dengan perasaan sangat bersalah miliknya membuat Arra terkekeh, tangannya melepas kaca matanya karena matanya sedikit panas.

"Apa kau merasa aku terlalu mengekangmu akhir-akhir ini, Arra?" Pertanyaan seperti lelucon kembali Fian tanyakan pada perempuan itu, sayangnya Arra tidak menanggapinya memilih memasang lagi kacamatanya tanpa jawaban.

"Dimana Vio? Kenapa dia tidak ikut makan siang bersama kita?" tanya balik Arra pada Fian membuat laki-laki itu tidak bisa marah sedikitphn hanya tertawa kecil.

"Dia ada rapat organisasi, mungkin limabelas atau sepuluh menit lagi dia datang. Kenapa kau mencarinya saat kita sedang berdua saja, apa kau tidak nyaman denganku?" tanya Fian sedikit menuntut jawaban dari Arra sebab dia juga sadar diri sebanyak apa Arra berusaha berkelit darinya.

Tiga bulan pertama ditahun pertama sekolahnya membuat Fian mengerti banyak hal mengenai perasaan Arra terhadapnya dan sikal Arra padanya.

Apa Fian terlalu keras padanya?

"Bukan seperti itu," jawab Arra meneguk minumannya sampai habis karena terlalu lama menunggu Vio untuk datang. "Lalu?"

"Aku merasa tidak enak saja pada Vio dan semua teman-teman kita, kau seakan-akan seperti laki-laki yang memiliki kewajiban padaku dan Vio saat kita hanya sebatas teman. Bukankah pemikiranku untuk masalah ini terlalu jauh, Fian?"

Seseorang tertawa, dia perempuan yang membawa makan siangnya sebab tidak terlalu lama mengantri untuk membeli makan siang di kantin.

"Arra, kau terlalu berlebihan." Vio menimpali Arra sebab perempuan itu berpikir terlalu jauh bahkan saat dia tahu dan sadar dengan apa yang Fian berikan padanya dan Arra juga.

"Dimana masalahnya?" tanya Arra melihat pada Vio meminta jawabannya, Vio terkekeh dan mengambil duduk di sambing Fian sebab Vio datang tepat dari belakang Fian.

Fian menatap serius Vio agar perempuan itu tidak mengatakan banyak hal lada Arra, perempuan iti terkekeh hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan.

"Kau terlalu berlebihan saja menurutku, Fian melakukan itu padaku dan padamu sebab dia ingin berteman baik dengan kita. Bukankah seperti itu, Fian?" Laki-laki itu tertawa merasa puas dengan jawaban Vio hari ini. "Ya." Fian menimpalinya juga.

"Yang Vio katakan memang benar, aku hanya ingin berteman baik denganmu."

"Dan Vio juga," sambung Fian agar Arra tetap percaya padanya, bodohnya lagi Arra hanya menganggukkan kepalanya pelan tanpa berpikir panjang.

Ketiganya mulai fokus dengan makanan mereka masing-masing, Vio yang menikmati makan siangnya, Fian yang menyelesaikan makan siangnya dan juga Arra yang sedang sibuk melihat kedua temannya yang masih saling diam.

Tiba-tiba suara ponsel terdengar ditengah keheningan meja mereka, Vio yang paling terlihat santai, hanya saja teman laki-laki Arra terlihat sangat penasaran. Entah untuk apa juga.

"Siapa?" tanya Fian langsung cepat, Arra terkekeh. Dia menunjukan layar ponselnya dengan cepat begitu mengatakan yang sebenarnya terjadi. "Kakakku," jawab Arra singkat, dia mengambil minuman kotaknya dengan berjalan menuju kelas lebih dulu.

"Vio, Fian, maaf. Aku ke kelas dulu, ya." Arra berjalan meninggalkan keduanya yang masih sibuk di kursinya tanpa suara sedikitpun, dan untuk mereka. Vio dan Fian juga menganggukkan kepalanya pelan.

Arra berjalan menjauh menuju kelas, disetengah koridor Arra mulai mengangkat telfon dari kakaknya. "Ya, Kak?"

Seseorang terdengar sedikit lega mendapat jawabannya, namun kali ini kabar tidak menyenangkan membuat Arra menjadi murung.

"Pukul berapa kau pulang? Sepertinya aku tidak bisa menjemputmu pulang, aku ada kerja kelompok nanti?" Giral Anoval.

Pria yang sekarang masuk tahun pertama S2 kuliahnya menelfon adik perempuannya, Arra yang mendengarnya sedikit kecewa. "Apa aku harus menelfon Kak Raenal?" tanya Arra sedikit ragu sebab dia juga tidak pernah dibolehkan belajar menggunakan motor atau bahkan mobil.

Supir pribadinya juga hanya digunakan untut ayahnya saja.

"Tidak, Kak Raenal sedang sibuk-sibuknya saat ini. Aku juga, apa kau tidak bisa meminta bantuan temanmu untuk meminta tolong padanya mengantarmu pulang?"

"Apa kau tidak punya teman?" tanya Giral memastikan adik perempuannya jika dia hari ini memang sedang tidak bisa menjemput, Arra menghela nafasnya berat.

"Aku punya!" Giral terkekeh, setidaknya hari ini dia merasa lega dan tenang sebab dia sudah mengatakan pada adik perempuannya jika dia tidak akan menjemput.

"Kau mau meminta tolong pada temanmu untuk mengantarmu pulang hari ini saja atau bagaimana?" Walaupun ragu, pada akhirnya pria itu memikirkan apa yang sedang dia inginkan, adiknya menjawab, setidaknya kali ini jauh lebih nyaman dan baik.

"Aku akan mencobanya, Kak." Giral menganggukkan kepalanya pelan, dia merasa lega sekarang, setidaknya sampai adik perempuannya mengatakan dia memiliki seseorang untuk menjemputnya.

"Tapi jika aku tidak ada teman untuk mengantarku, kira-kira Kak Giral akan menjemputku pukul berapa?" tanya Arra hanya antisipasi sebab dia tahu aman yang harus dia selesaikan lebih dulu.

"Jika kau pulang pukul dua, kau bisa menungguku menjemputmu sampai tiga jam. Aku pulang pukul lima sore nanti, kau keberatan menungguku, Arra?" Arra menghela nafasnya berat, sebenarnya dia tidak yakin dengan apa yang dia katakan sendiri.

Namun melihat seberapa Arra menutupi apa yang dia miliki dan tidak miliki, itu terlihat jelas jika seseorang sedang berbohong.

"Aku akan menghubungi Kak Giral lagi nanti, tapi jika aku tidak menghubungi Kak Giral itu tandanya aku menunggu Kak Giral menjemputku, maaf." Giral menghela nafasnya berat, dia sama sekali tidak paham dengan jalan pikir adiknya, hanya saja sebagai kakak laki-laki yang memiliki tanggung jawab besar terhadap adik perempuan, Giral hanya bisa menjawanya dengan deheman pelan.

"Hm. Aku tutup dulu, Arra." Arra mendapat sambungan telfon terputus dari kakak laki-akinya, dia menyimpan ponselnya di saku kanan baju seragam sekolahnya, lalu dia memilih meneguk minumannya sampai habis dan membuangnya pada tong sampah seperti biasanya.

Seseorang menyapanya. Kali ini dari belakang membuat Arra terkejut bukan main, orang itu terkekeh karena berhasil. "Kenapa kau sangat takut sekali jika itu bukan aku, Arra?" balas Fian karena orang itu adalah dirinya.

Melihat seberapa jahilnya Fian terhadap dirinya Arra hanya bisa memutar bola matanya malas tanpa suara.

"Kau mencuri dengar pembicaraanku dengan kakakku?" tudir Arra pada Fian membuat laki-laki itu hanya bisa tertawa kecil, dia menggaruk sedikit kepalanya sendiri karena merasa canggung.

Fian terkekeh, dia sama sekali tidak yakin dengan apa yang dia lakukan adalah benar, namun dia yakin jika kali ini dia salah.

"Maaf, Arra." Perempuan itu memutar bola matanya malas tanpa bicara, perempuan itu juga memilih untuk berjalan menjauh dari Fian memilih masuk ke kelasnya saja.

"Tunggu dulu, tapi niatku baik, Arra." Fian berusaha menghentikan langkah Arra tanpa menyentuh perempuan itu degan berdiri di depan Arra menyita jalan. "Kenapa?"

Fian memutar bola matanya malas, laki-laki itu memilih untuk menaikan satu alisnya meminta Arra untuk berbicara padanya.

"Kenapa kau melihatku dengan mengerikan seperti itu?" tanya Arra sebab Fian sedang menahan senyumnya seakan-akan meminta ditanyai.

Lagi-lagi, laki-laki itu memilih berbicara lebih dulu dari Arra bahkan saat perempuan itu membutuhkan bantuan.

"Apa mulutmu berat, Arra?" tanya Fian membuat perempuan itu memilih untuk diam tidak menjawab sebagau respon.

"Apa hatimu sekeras batu, Arra?" Arra membuang wajahnya agar arah pandangannya teralihnya.

"Apa berat meminta tolong pada seseorang, Arra?" Fian menghela nafasnya berat, dia mengalah lagi sekarang.

"Tenang saja, karena kau selalu baik padaku, aku akan mengantarmu pulang. Aku akan membantumu sampai ke rumah dalam keadaan selamat, Arra." Fian tersenyum manis, Arra menatap wajah laki-laki itu tidak nyaman.

"Kenapa kau selalu ada saat aku butuh bantuan Fian, apa kau malaikat yang tuhan ciptakan untukku?" tanya Arra dengan nada bercanda.

Fian tertawa, dia menggelengkan kepalanya kuat. "Jangan malaikat, malaikat bisa berhati iblis, Arra."

"Aku bisa menjadi Fian teman baikmu, dan pelindungmu juga jika kau tidak keberatan."

你也許也喜歡

Istriku yang Sangat Galak Tercinta

"Buku baru 'Dimarahi sebagai Bintang Kematian, Semua Orang Besar di Ibu Kota Berlomba-lomba Memanjakanku' sekarang tersedia!" Dikenal juga dengan "Era Kebangkitan: Menjadi Kaya dengan Sistem Check-In." [Protagonis wanita berkekuatan fisik luar biasa vs protagonis pria yang dendam, sinis, dan elegan] Setelah terjadi ledakan laboratorium, Lin Tang kembali ke era miskin itu dan terikat dengan sistem check-in. Sebelum dia sempat mengklaim paket hadiah pemula, tunangannya yang penuh percaya diri, datang untuk membatalkan pertunangan mereka. Alasannya, dia akan mendapatkan pekerjaan tetap. Lin Tang menatap pria biasa yang penuh keyakinan itu, membuka bibir merahnya sedikit dan berkata, "...putuskan saja!" Kurang dari sebulan kemudian, tunangan lamanya dipecat karena suatu alasan. Lin Tang berjalan-jalan di kabupaten dan menjadi pejabat eksekutif di Stasiun Penyiaran di Pabrik Tekstil. OS internal mantan tunangan: Apakah sudah terlambat untuk rujuk sekarang? - Waktu itu keras! Walaupun dimanja tiga kakak laki-lakinya dan orang tuanya, segala sesuatu dari makanan hingga kain bahkan sabun memerlukan kupon... Bahkan hidup hemat tidak bisa meredakan kondisi menyedihkan itu. Melihat bubur hitam dalam mangkuk, Lin Tang terdiam, “......” Untungnya, dia memiliki sistem! Butuh sesuatu? Cukup check-in untuk mendapatkannya. - Bertahun-tahun kemudian. Seorang pria tampan memandang istrinya yang lembut dengan kulit putih, berhasil menahan ekspresi seriusnya saat berkata, “Saya dengar kamu bisa melumpuhkan babi hutan hanya dengan dua pukulan?” Mata Lin Tang berkilauan, jari-jarinya dengan lembut memberi tekanan, dan Stoples Enamel di tangannya berubah bentuk. Dia menjawab dengan serius, “Omong kosong! Jangan percaya rumor-rumor itu. Kita orang beradab dan tidak bisa sebiadab itu!”

a visitor from South Flight · 现代言情
分數不夠
472 Chs

Pernikahan Sementara

Arsyilla Ayunda, gadis menawan yang baru berusia 17 tahun. Gadis itu baru merasakan yang namanya masa puber. Ya … dia telat merasakan puber karena sifatnya yang terlalu kekanakkan, tapi tidak manja. Lagi senang-senangnya mengenal cinta, Cia (panggilan akrabnya) harus menerima kenyataan pahit, almarhum kakeknya yang telah meninggal beberapa tahun silam meninggalkan wasiat yang membuatnya ingin hilang dari muka bumi. Wasiat gila itu berisikan tentang perjodohannya dengan seorang pria yang memiliki selisih usia sepuluh tahun darinya (udah pasti si pria yang lebih tua). Bahkan perjodohan itu sudah terjadi saat dirinya masih menjadi benih dalam kandungan sang ibu. Sialnya lagi ‘situa bangka’ (julukkan Cia untuk pria yang dijodohkan dengannya) itu adalah guru sekaligus kepala sekolahnya. "Saya, nggak mau nikah sama BAPAK!” "Kamu pikir Saya mau?" "Kalau gitu ngomong dong! Jangan diem aja kayak ban kehabisan angin." "Saya tidak mau membuang energi, tidak merubah apapun." * Mahardhika Addhipratma Sanjaya, pria berusia 27 tahun, memiliki wajah tampan dan tubuh sempurna. Pria berkepribadian dingin itu di paksa menikah dengan remaja labil, cucu dari sahabat kakeknya. Bisakah dia menjalani perjodohan ini? Mampukah dia bertahan demi tujuan tersembunyinya? Lalu bagaimana dengan Cia? Bisakah gadis itu melewati cobaan ini dengan waras? Gadis barbar itu menganggap kisah hidupnya seperti sinetron azab. Dimana dirinya terkena karma karena terlalu sering berganti pacar. 'Oh, Tuhan! Bisakah Engkau membuatku menjadi zigot lagi?’ jerit batin Cia. Nikmati kisah mereka yang akan membuat kalian tertawa, menangis, sedih dan juga bahagia. Pastinya baper parah ....

Ardhaharyani_9027 · 现代言情
4.9
638 Chs

SUAMIKU KULI BANGUNAN

"Apa kamu bilang, Cia?? Kuli bangunan?? Apa Papa nggak salah dengar?? Kamu mau menikah dengannya??" "Memang apa salahnya menikah dengan kuli bangunan? Setidaknya dia tidak pernah menduakanku!" Felicia melirik ke arah adik tirinya yang tersenyum licik. "Mau dikasih makan apa kamu nanti?? Cinta??" Papa Rangga semakin meninggikan suaranya. "Makan nasilah, Pa, pakai sambel plus lalapan!! Makan cinta doang mana kenyang?!" Felicia menyahut pertanyaan sang Papa dengan ketus. Begitulah pertengkaran yang terjadi siang itu di kediaman Atmadja. Ratu Felicia yang baru saja ditendang oleh sang kekasih —karena memilih menikah dengan adik tiri Felicia— tak sengaja terlibat cinta satu malam dengan seorang kuli bangunan bernama Kaisar. Hubungan satu malam tanpa cinta dan juga kesadaran itu nyatanya telah membuahkan hasil di dalam rahim Felicia. Membuat hidup Felicia yang sempurna menjadi porak poranda. Syukurlah, Kaisar berjanji akan bertanggung jawab dan menikahi Felicia sampai anak itu lahir dan mendapatkan pengakuan sah negara. "Sadar diri sedikit! Gue dokter! Elo cuma kuli bangunan!" Felicia yang tersulut emosi tanpa sadar menghina Kaisar. "Ya, udah. Gue pergi!" "E ... tunggu!! Kalau elo pergi siapa yang jadi bapaknya?" Felicia menarik lengan Kaisar. "Cari aja sono di rumah sakit! Lo kan dokter, kali aja nemu orang yang mau jadi bapaknya!" seru Kaisar ketus. "Ihh ... kok gitu sih!! Makanya kalau punya telur jangan besar-besar kayak telur bebek, donk! Masa sekali doang langsung jadi!!" sahut Felicia. Wajah Kaisar sudah semerah kepiting rebus, memangnya waktu itu mereka lagi bikin martabak special, sampai telur bebek dibawa-bawa?! "Memangnya siapa yang minta duluan??" balas Kaisar. Jleb! Nancep banget di hati Felicia, kan' malam itu Felicia yang duluan yang minta. Kalau pas perjanjian nikah mereka saja sudah seribut ini, gimana kabar biduk rumah tangga setelah upacara pernikahan mereka, ya? Nambah kacau? Atau malah bakalan muncul benih-benih cinta? "Kok kamu enggak pernah pakai cincin kawin kita sih, Kai?! Kamu sebenernya cinta nggak sih sama aku?" ~ Ratu Felicia Atmadja. "Kamu nggak pernah pakai cincin kawin kita, Cia. Jadi aku sadar diri, aku nggak mau bikin kamu malu karena punya suami kuli bangunan kayak aku." ~ Kaisar Hero Samudera. Terus, gimana kalau ternyata ada rahasia besar di balik hidup Kaisar?? Lalu, balas dendam Felicia ke mantan pacarnya bakalan berjalan mulus enggak, ya?? — ***** — Hai, Bestie!! Othor datang dengan promosi novel othor yang baru. Ada ide tambahan enggak buat cerita ini?? Sweet, Belleame ~ Cover Milik Saya ~ Dilarang mengcopi paste novel ini dalam bentuk apa pun. Segala bentuk plagiat akan saya proses secara hukum. ~ Fiksi!! Kesamaan nama, tempat, dan kejadian adalah kebetulan semata. ~ Mature Content (21+) ~ Addiction, Drug Use, Violence, and Harsh words. Not for Kids!! ~ Seperti novel saya yang lain, genrenya dark ya. Jadi buat yang cari novel romantis dan sedikit wild, novel ini mungkin cocok. ~ WSA 2022 Happy reading … Bellecious. Hanya kisah cinta biasa, namun bisa membuatmu merasa luar biasa ^^

BELLEAME · 现代言情
4.9
440 Chs

Serangan Balasan Ibu Tiri: Membesarkan Anak di Era yang Telah Berlalu

[Isteri Lembut VS Pria Tangguh, Memanjakan Istri + Kedua Berbudi + Kehidupan Sehari-hari Mengasuh Anak] Pembawa acara livestream makanan Shen Mingzhu tertransmigrasi menjadi ibu tiri jahat dari novel masa lampau, menjadi tokoh yang kontras dengan Shen Baolan dari desa tersebut. Shen Baolan baik dan berbudi, memperlakukan anak tirinya seperti anak kandungnya sendiri, sementara tokoh asli itu kejam dan bengis, selalu memukuli atau memarahi anak tirinya. Shen Baolan menikmati masa tuanya yang indah berkat anak tirinya yang menjanjikan, sementara tokoh aslinya terbakar hidup-hidup oleh anak tirinya yang terpilu dan jahat. Untuk mengubah hasil tragis tersebut, Shen Mingzhu menggulung lengan bajunya, siap untuk mengurutkan semuanya dengan benar. —— Shen Baolan memiliki mimpi. Pria yang akan dia nikahi akan meninggal setengah tahun kemudian, meninggalkannya menjadi janda tanpa apa-apa, terikat untuk menjalani hidup penuh kesengsaraan. Sementara itu, Shen Mingzhu, karena menikah dengan pria yang tepat, menjadi wanita kaya yang diidamkan. Keduanya dari desa yang sama, keduanya menjadi ibu tiri bagi seseorang, mengapa Shen Mingzhu harus hidup lebih baik darinya? Dia akan menikah dengan pria yang Shen Mingzhu nikahi, dan menjalani kehidupan baik Shen Mingzhu! —— Lima tahun berlalu. Shen Mingzhu telah menjadi mahasiswa, suami Shen Mingzhu tidak meninggal tapi malah menjadi bos besar, dan anak tirinya Shen Mingzhu menjadi anak ajaib. Shen Baolan, yang mendambakan kesuksesan suaminya, masih menunggu dengan pahit hari di mana suaminya akan meningkat menjadi hebat.

Seven Queens · 现代言情
分數不夠
453 Chs

評分

  • 全部評分
  • 寫作品質
  • 更新穩定度
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景
評論
點贊
最新

鼎力相助