webnovel

Bunga Terakhir

作者: HanieJuniart
综合
連載 · 46.1K 流覽
  • 5 章
    內容
  • 評分
  • N/A
    鼎力相助
摘要

Zidan jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang gadis penjual bunga di pinggir jalan yang ternyata buta... Gadis yang mampu merubah Zidan, memberikan alasan untuk hidup yang lebih baik. Niat Zidan adalah membantu Bunga untuk kembali bisa melihat lagi. Sayang... kecelakaan terjadi saat Zidan hendak memberikan sejumlah uang untuk operasi mata Bunga. Di saat Bunga bisa melihat dunia, Zidan terbangun dan tidak mengenali siapapun kecuali masa lalunya...

標籤
1 標籤
Chapter 1Gadis Penjual Bunga Itu Buta

Cinta ini berlangsung singkat, dimulai dan berakhir dengan sangat cepat. Tapi Zidan yakin Bunga akan selalu mengingatnya selama-lamanya.

Hari itu Zidan keluar dari mobilnya. Matahari hampir terbenam namun langit berwarna senja masih semburat di langit. Salah satu ban belakang mobilnya kempes. Zidan menendang ban yang kempes itu marah lalu melepas kacamata hitamnya.

"Bunganya tuan... Bunganya..."

Suara itu berasal dari seberang jalan, Zidan melihat seorang gadis membawa nampan berisi tumpukan tangkai mawar merah. Dia berdiri di antara bakul bakul beragam bunga. Kedua mata Zidan terpaku memandangi gadis itu, kedua matanya lekat memandang. Beberapa pemuda berkemeja yang keluar dari kantor  menghampiri memegang memegang bunga di nampanya namun kedua mata gadis itu selalu tertuju pada satu titik di bawah. Dia hanya tersenyum, sambil menawarkan bahkan menjelaskan jika bunga yang dijualnya memiliki kualitas sangat baik, tidak gampang layu dan lain lain.

Zidan menekan tombol kunci otomatis pada mobilnya kemudian berjalan menyebrang. Gadis itu makin terlihat dekat dan semakin dekat Zidan bisa merasakan jika kedua matanya semakin tak ingin melepaskan tatapannya.

"Bunganya berapa?" Suara ketus Zidan yang khas terdengar.

"Satu tangkai bunga mawar merahnya tiga puluh ribu tuan." Jawab si gadis.

Zidan melambai-lambaikan tangan di hadapan mata si gadis dan tak ada reaksi apa apa. Gadis ini buta.

"Saya beli semua bunganya." Kata Zidan membuat gadis itu terkejut.

"Se... Semuanya?" Tanyanya terbata.

"Iya semua," kata Zidan sambil mengambil sebuah kartu nama yang disediakan di meja.

Bunga Andriani, itulah namanya. Zidan menyimpan kartu nama itu dan ia selipkan di dalam saku kemejanya.

Semua bunga dibungkus menggunakan koran, Bunga mengerjakannya sendiri dan ia nampak sibuk. Zidan terlutut sengaja membantu, dan berada tepat di depan Bunga bisa membuat Zidan leluasa memandangi gadis ini. Bunga bahkan bersikeras ingin membantu membawa semua bunga bunga ini masuk ke dalam mobil. Tentu Zidan tak menolak, itulah kali pertama Zidan menggenggam tangan Bunga membantunya untuk menyebrang.

"Ini diletakkan dimana?" Pertanyaan Bunga membuyarkan lamunan Zidan. Ia buru-buru melepaskan genggamannya lalu membuka pintu mobil kemudian memindah tangankan bunga bunga itu dan ia letakkan di jok mobil.

"Bunga sebanyak ini untuk apa? Tuan mau melamar seseorang ya?" Tanya Bunga, matanya memandang ke sebelah kiri padahal Zidan berdiri tepat di depannya.

"Oh bukan bukan, kebetulan saya memang sangat menyukai bunga."

"Wah, jarang sekali loh ada laki laki menyukai bunga." Kata Bunga dan membuat wajah Zidan bersemu merah.

"Memang aneh ya?" Tanya Zidan.

"Gak aneh cuma langka. Biasanya laki laki paruh baya lebih menyukai hal lain." Jawab Bunga sambil terkekeh.

"Hah? Apa? Kamu bilang saya laki-laki paruh baya? Tua gitu maksudnya?"

Bunga menutup mulut dengan kedua tangannya, "Maaf tuan tapi, saya salah ya?"

Zidan meremas jari jarinya diam-diam, dia bahkan menendang lagi ban mobilnya kencang, untungnya tidak menimbulkan suara. "Coba tebak berapa umur saya," pinta Zidan coba menahan kesabarannya.

"Hmmm… 40 tahun?" Jawab Bunga polos.

Zidan berjalan mundur tanpa suara lalu menendang bebatuan kencang sekali hingga semburat ke seberang jalan. Zidan kembali ke hadapan Bunga dan berkata dengan nada heran, "40?"

"Maaf, salah ya? Apa 50?"

Zidan tertawa, tertawa dengan nada terpaksa tapi kemudian Zidan mengambil tangan kanan Bunga untuk menjabatnya sambil berkata, "Zidan Aditya, usia 25 tahun, CEO perusahaan Villains, singel."

Bunga tersenyum lebar, lalu balas berkata, "Bunga Andriani, 22 tahun, penjual bunga. Dan maaf, aku buta jadi hanya bisa menilai orang asing dari suara saja. Suara Tuan bernada agak berat, jadi aku mengira tuan..."

"Orang tua." Sambar Zidan sewot tapi Bunga malah tertawa. Tertawa renyah hingga Zidan kembali memusatkan pandangannya pada gadis ini. Rambut hitam digerai hingga jatuh di bahu, dress simpel dengan motif bunga lily.

"Maaf ya Tuan." Pinta Bunga kemudian.

"Gak apa. Ayo saya bantu menyebrang lagi." Kata Zidan. Bunga tidak menolak, tapi kali ini genggaman Zidan tidak dibalasnya seperti tadi.

Bunga tidak menolak, tapi kali ini genggaman Zidan tidak dibalasnya seperti tadi. Mungkin karena sejak awal Bunga mengira ia adalah laki laki tua, jujur Zidan tersinggung walau itu dalam hati. Bukan salah Bunga jika dia tidak bisa melihat kan? Zidan coba mengulang kalimat itu sampai amarahnya hilang.

Sampai di seberang, Bunga kembali sibuk. Ia meraba raba keranjangnya yang terbuat dari anyaman bambu, ditumpuknya yang kosong sementara sisa keranjang lain diseretnya hingga menempel pada tembok gedung. Zidan berdiri tak jauh sambil melipat tangan di depan dada, memperhatikan Bunga. Kadang diam-diam Zidan membantu dengan mendorong keranjang saat Bunga meraba raba agar gadis itu bisa menyentuh keranjangnya.

Ketukan ujung sepatu pantofel Zidan terdengar nyaring dalam kesunyian langit yang sudah gelap.

"Tuan masih di sini?" Tanya Bunga.

"Memangnya gak boleh?" Zidan balik bertanya dengan ketus. Bunga tersenyum tipis. "Dan kamu kenapa belum pulang? Kan bunganya sudah habis semua?"

"Jam tujuh nanti yang menjemput saya datang," kata Bunga sambil meraba raba kursi dan duduk dengan tas kecil yang didekapnya erat.

"Siapa?"

"Ilham, sahabat saya."

Ponsel dalam celana bahan Zidan berbunyi nyaring, "Hallo! Kamu ini ke mana saja sih?! Saya kirim pesan dari tadi tapi baru sekarang kamu hubungi saya! Maaf maaf! Cepat jemput saya, tadi kan sudah saya share lokasinya!" Saat memasukkan kembali ponselnya Zidan tak sengaja memandang Bunga, wajahnya dipenuhi senyum lebar.

"Kenapa senyum senyum?"

"Gak apa apa."

Keduanya menunggu dalam keheningan, tidak benar benar hening sebenarnya karena Zidan lebih sering bersuara. Dia menepuk keras-keras bagian tubuhnya yang dihinggapi nyamuk. Memang terasa menyenangkan bisa berada di sini bersama Bunga, memandangi pejalan kaki atau jadi pemandangan bagi pejalan kaki yang melintas.

Sesekali Zidan bergumam marah karena orang suruhannya tidak juga datang, dan dia tak bisa berkutik selain menunggu di sana sampai yang ditunggunya datang dan mobilnya diperbaiki. Sedang Bunga nampak terbiasa menanti dalam keheningan, dia memasang headset dan mendengarkan lagu yang terhubung dengan ponselnya.

Zidan ingin membuka pembicaraan, bertanya bagaimana Bunga bisa buta, sejak kapan, pengobatan apa yang sudah dilakukannya, apa melihat lagi itu mungkin bisa diusahakan? Tapi toh Zidan tak bisa bersuara, selain menggerutu, meremas tangannya marah dan jika dia bersikeras untuk bertanya, hanya nada ketus yang pasti keluar dari mulutnya.

Tiba tiba rintik gerimis turun dari langit, beberapa pejalan kaki panik dan berlarian untuk berteduh begitu pun Bunga, dia melepas headsetnya dan berjalan sambil meraba tembok. Zidan berjalan ke arahnya, kembali mengambil tangan kanan Bunga agar mengikuti langkahnya. Bunga tidak menolak orang yang ingin menolongnya. Zidan berjalan di bawah kanopi gedung dan Bunga mengikuti tertatih tatih di belakang.

"Oh, kalau sudah kenal, kamu gak balas menggenggam ya... Tapi kalau gak kenal, genggaman kamu erat sekali." Kata Zidan. Bunga langsung menarik tangannya dan berhenti berjalan. Zidan menoleh. "Aku kira tadi kamu..."

"Ah sudahlah, berhenti membahas kalau suara saya seperti orang tua. Sekarang kamu sudah tau kalau kita seumuran." Sambar Zidan.

"Bunga!"

Zidan menoleh ke belakang Bunga, menemukan seorang pemuda seumuran dengannya sedang mengatur nafas dan kebasahan.

Pemuda ini mengikat rambutnya yang agak panjang, dia berkacamata, saat berdiri... kedua pemuda itu saling memandang...

"Ilham?" Kata Bunga.

"Bunga, maaf aku terlambat. Ayo kita pulang, sebelum hujan makin deras," Sambar Ilham sambil menyambar lengan Bunga tapi Zidan refleks mengambil tangan kiri Bunga.

Langkah gadis itu tertahan, membuat Ilham menoleh menemukan genggaman lain dari pemuda asing yang tak ia tau siapa. "Bunga, dia siapa?"

你也許也喜歡

Geng Salvatra

Sekelompok siswa yang membuat geng bernama Salvatra. 10 tahun lalu Geng Salvatra terbentuk dan didirikan oleh Diego Zico sebagai ketua pertama Salvatra. Dimana nama Salvatra terinspirasi dari geng Mara Salvatrucha, geng kriminal yang berasal dari Los Angeles, Amerika Serikat. 10 tahun berlalu, kini ketua dan anggota Salvatra sudah berganti. Salvatra memiliki anggota inti sebanyak 7 anggota. Dimana Bumi Ardeo Zaidan dipercaya sebagai ketua Salvatra dengan sebutan Kibum. Anggota ke2, Erlangga Kim Abraham atau lebih senang dipanggil Elang. Elang bertugas sebagai tangan kanan Kibum yang selalu membantu Kibum untuk melawan musuh. Anggota ke3, Arseno Hanbin Bagastryan, disapa Aceng oleh anggota Salvatra. Arseno bertugas membuat strategik penyerangan melawan musuh. Anggota ke4, Reno Akbar Kawekas, Reno hanya anggota biasa yang selalu membuat celucon untuk menghibur anggota. Anggota ke5, Yoga Prasetyo Haidar. Rasanya tidak adil jika dalam satu kelompok tak ada yang playboy. Didalam geng Salvatra, Yoga lah yang mendapat julukan playboy. Yoga lebih suka dipanggil Agoy. Anggota ke6, Aryan Geovano. Aryan sangat pemalu. Anggota ke7, Ferre Mahardhika. Ferre mendapat julukan si genius Salvatra. Mereka terbagi menjadi 3 kelas. Kibum, Elang, Reno, Yoga dan Aryan kelas 12 IPS 5. Arseno kelas 12 IPA 2, sedangkan Ferre 12 Bahasa 2. Pada saat mereka masih kelas 10, Kibum dan Elang diajak untuk gabung bersama geng Salvatra, tetapi Kibum dan Elang mengajukan syarat untuk bergabung dengan geng Salvatra. Kibum mengajukan syarat sebagai ketua Salvatra tanpa menjadi anggota, sedangkan Elang mengajukan syarat agar Arseno, Reno, Yoga, Aryan dan Ferre ikut bergabung bersama Salvatra. Akhirnya keputusan Elzan mengatakan Kibum dapat menjadi ketua saat Kibum kelas 11. Sampai sekarang Kibum sudah kelas 12, Kibum tetap sebagai ketua Salvatra sampai nanti ia lulus, barulah ketua Salvatra akan diganti dengan yang baru. Geng Salvatra mempunyai musuh dari SMA Cassablanca bernama Geng Chicago, yang diketua oleh Sean. Sean selalu menantang Geng Salvatra terutama Kibum untuk balap motor ataupun tauran hanya untuk menjatuhkan harga diri Kibum sebagai ketua Salvatra, tapi nyatanya Geng Chicago selalu kalah dari Geng Salvatra. Persahabatan diantara Kibum, Elang, Arseno, Reno, Aryan, Yoga dan Ferre kembali diuji dengan seberapa setianya mereka saat diantara mereka terus mendapat masalah yang didapat dari keluarga. Mulai dari Ferre yang ditinggal selama-lamanya oleh Neneknya. Kemudian Arseno yang didatangi oleh keluarga kandungnya yang memintanya untuk kembali pulang. Setelah Arseno sudah menerima keluarga kandungnya, mereka harus melakukan penjebakan untuk menangkap bandar narkoba yang tak lain adalah kedua abang kandung Aryan. Elang yang selalu mendapat kekerasan dari orang tuanya, kembali didapatnya hingga Elang harus dirawat dirumah sakit karena Elang tak sadarkan diri. Saat pulang kerumah Reno mendapat caci maki dari abang kandungnya yang memang menjadi tempat tinggalnya. Reno diminta pergi dari rumah Abangnya. Dengan senang hati Reno pergi kemudian meminta Kibum untuk menampungnya. Kelulusan sekolah tiba, Kibum dan Geng Salvatra berkeliling menggunakan motor untuk merayakan kelulusan. Kibum, Elang, Arseno, Reno, Yoga, Aryan dan Ferre pulang kerumah saat tengah malam namun naas mereka harus bertemu dengan Geng Chicago yang membawa 5kali lipat anggota dari mereka yang hanya bertujuh. Mereka semua saling serang, tetapi keberuntungan tak lagi datang pada Kibum, Elang, Arseno, Reno, Yoga, Aryan dan Ferre. Mereka babak belur, lebih fatal lagi dan lebih menyakitkan Kibum tertusuk pisau yang dibawa oleh Sean. Niat Elang ingin membalas perbuatan Sean pada Kibum, tetapi ia juga mendapat tusukan tepat dipinggangnya hingga tembus sampai pada ginjalnya. Ajal dan kematian tak ada yang tau kapan datangnya pada manusia, begitupun pada Kibum dan Elang. Kibum hanya dapat bertahan selama empat hari dan Elang bertahan selama enam hari. Kibum dimakamkan tepat disebelah Elang.

ridhaanasution · 综合
分數不夠
4 Chs

評分

  • 全部評分
  • 寫作品質
  • 更新穩定度
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景
評論
哇! 如果您現在填寫評論,您將會是第一個評論的人!

鼎力相助