webnovel

Books of Evil

作者: Sprucena
奇幻言情
連載 · 16.8K 流覽
  • 9 章
    內容
  • 評分
  • N/A
    鼎力相助
摘要

「Genre : Fantasi, Dark, Thriller, Hard Romance, Drama, Supernatural, Historical, Demon」 「Jadwal Update : Setiap Hari」 「Jumlah Kata per Episode : 1000」 Aegeana Lidya harus mengalami kecelakaan dan meninggal dunia di usianya yang masih muda. Setelah meninggal dunia, dia diberkahi kehidupan kedua di Balai Penghakiman Surga dan Neraka, tapi dengan syarat kalau dia harus menjadi seorang pengumpul Talisman bersama dengan Iblis bernama Azazel. Aegeana dan Azazel pergi ke Abad Pertengahan di tahun 1200-an untuk mengumpulkan Talisman yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Karenanya mereka menjadi sangat dekat walau sebagai dua insan dengan status yang berbeda.

標籤
4 標籤
Chapter 1Prologue - Kecelakaan yang Mengerikan

Tahun 2003 bulan Juni di kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia.

"Nana!" Suara seorang wanita paruh baya yang memanggil namanya terdengar di telinga seorang gadis remaja bernama Aegeana Lidya, yang biasa dipanggil dengan sebutan Nana.

Nana mengerang pelan dan membuka matanya perlahan. Hari masih gelap. Bulan dan bintang-bintang pun masih menggantung di atas langit cerah tak berawan. Namun dia harus tetap bangun dari tidurnya.

Hari itu adalah hari spesial bagi Nana. Dia akan pergi berlibur bersama dengan teman-temannya. Tentu saja sebagai relaksasi setelah menamatkan jenjang Sekolah Menengah Atas alias SMA. Juga sebagai relaksasi sebelum dirinya masuk ke dalam dunia kuliah dan dunia kerja.

Nana tersenyum sambil menatap keluar jendela. Lusinan bangunan terlihat dalam remang-remang, membentang luas seakan tak ada habisnya. Tak lama kemudian, jam beker di sebelah kasur berdering keras. Dia mematikan alarm dari jam beker dan bergegas keluar dari kamar.

Di luar kamar, Nana dapat melihat wajah lega Mamanya. Dia tersenyum dan terkekeh pelan kepada Mama. "Maaf, Mama. Ini anakmu sudah bangun," katanya.

Mama menggelengkan kepala dan mengelus pucuk kepala Nana. "Baiklah. Pergi mandi sana. Bau iler kamu habis bobo. Mama siapkan sarapan untukmu dulu."

"Baik, Mama!" Nana memberi gaya hormat ala upacara bendera di hari Senin. Kebetulan sekali hari itu memang hari Senin. Dia begitu bersemangat pagi itu.

Selesai mandi dan memakai baju, Nana tidak langsung menuruni tangga untuk pergi ke ruang makan, melainkan mengintip ke dalam kamar adik kembar laki-lakinya. Mereka masih tertidur pulas. Nana tersenyum melihat adik-adiknya yang hanya berumur dua tahun lebih muda darinya.

Semoga kalian baik-baik saja. Jangan nakal dan selalu mendengar perkataan Mama, batin Nana. Dia memakai tas punggung berisi beberapa barang pribadi dan mengangkat koper yang berisi baju-baju, lalu menuruni tangga.

Semenjak perceraian dengan Papa, Nana selalu melihat Mama kelelahan dan merenung tentang nasib ketiga anaknya. Hak asuh memang dimenangkan oleh Mama karena beliau adalah seorang pekerja keras, tidak seperti Papa yang kerjanya hanya setengah-setengah. Nana merasa kasihan dengan Mama yang selalu memikirkan anak-anaknya karena itu merebut senyuman di wajahnya.

Bertepatan dengan Nana yang menginjakkan kakinya di lantai satu, Mama pun baru saja keluar dari dapur. Mama meletakkan semangkuk kari ayam panas dan sepiring penuh nasi kepada Nana.

Wangi kari ayam tercium sangat beraroma dan halus di hidung Nana. Dan, itu membuat cacing-cacing di dalam perutnya meronta-ronta, ingin segera menikmati sarapan yang cukup mewah itu.

"Sini, Nak, makan dulu," kata Mama mengajak Nana untuk segera sarapan sebelum mobil yang disewa oleh gadis remaja dan teman-temannya datang menjemput.

Nana mengangguk dan menuruti perkataan Mama. Dia meletakkan koper dan tas di atas lantai dan duduk manis di meja makan, menikmati sarapan yang dibuat oleh Mama.

Selama sarapan berlangsung, Nana mendapatkan beberapa nasihat dari Mama. Nana setia mendengarkan sambil mengunyah nasi di mulut.

Bertepatan dengan nasihat panjang yang sudah selesai disampaikan oleh Mama, Nana juga sudah selesai dengan sarapannya. Tak lupa Mama memberikan sedikit uang saku kepada Nana, tapi gadis remaja itu menolaknya. "Aku sudah memiliki uang saku sendiri, Mama. Aku sudah mendapatkan kompensasi atas karya tulis yang ku terbitkan dalam sebuah platform online."

Namun Mama memaksa Nana untuk mengambilnya. Gadis remaja tetap menolak dan mengusulkan hal yang lebih bagus untuk beliau. "Lebih baik Mama memberikan uang saku ini sebagai uang jajan kepada Dove dan Dave. Mereka lebih membutuhkannya dibanding aku."

Mama akhirnya menyerah dan setuju untuk memberikan uang itu kepada adik kembar Nana, Dove Litch dan Dave Litch.

Nana mengeluarkan ponselnya dari dalam tas punggungnya. Dia memakai tasnya dan mengaktifkan ponselnya. Di bar notifikasi ponsel, terlihat ada sebuah pesan dari temannya yang mengatakan, "Sebentar lagi kami akan sampai di rumahmu". Pesan itu diterima olehnya satu menit yang lalu.

Nana langsung membalas pesan tersebut. Dia berkata dan bertanya, "Aku akan menunggu kalian. Siapa saja yang sudah ada di dalam sana?". Setelah menekan tombol kirim, Nana langsung berpamitan dengan Mama.

"Mama, Nana pergi dulu ya ...," kata Nana. Dia mengecup pipi Mama dan melambaikan tangan. Dia segera mengangkat koper dan keluar dari rumah. Berat rasanya walau hanya akan berpergian selama tiga malam empat hari.

Sebuah mobil berwarna hitam merk Toyota Kijang berhenti di depan Nana. Seorang pria paruh baya dengan kepala botak dan berwajah sangar keluar dari jok pengemudi. Dia mengulurkan tangan agar bisa memasukkan koper Nana ke dalam bagasi.

"Terima kasih." Nana tersenyum kepada si supir saat dia mengangkat koper.

Nana membuka pintu mobil. Ternyata anggota tur liburan mereka sudah lengkap dan hanya tersisa dirinya. Teman-temannya menyapa dirinya, dia menyapa balik lalu masuk ke dalam. Dia berada di jok penumpang tengah bersama dua temannya.

Jok paling belakang diisi oleh empat orang pemuda yang juga merupakan teman-temannya. Jok penumpang paling depan diisi oleh senior laki-laki kenalan para pemuda di jok paling belakang.

Sepanjang perjalanan, Nana dan teman-temannya tertawa. Mereka saling mengumpat dan bercanda. Dan, karena kelelahan, semuanya tertidur kecuali Nana. Dia berbincang-bincang pelan dan santai dengan pengemudi mobil.

"Jadi, ini mau liburan di Parapat ya, Non?" tanya supir setelah mendengar cerita singkat Nana tentang liburan dan rencana teman-temannya.

"Iya, Kak." Nana menjawab singkat, jelas, dan padat. Dia melihat dan menghitung pohon-pohon karet di perkebunan karet yang mereka lewati. Tak lama kemudian, perkebunan pohon karet tergantikan dengan ladang jagung berwarna emas dan sawah nan hijau memanjakan mata.

Nana mendengarkan musik klasik melalui earphone. Serenade no.13 for strings in G Major. Atau, yang lebih dikenal dengan nama Eine Kleine Nachtmusik, karya W. A. Mozart.

Nana memejamkan matanya dan sangat menikmati musik klasik yang mengalun pelan dari earphone. Musik klasik memang yang terbaik! pikirnya.

Beberapa saat berlalu, entah kenapa Nana merasa ada yang aneh. Dia melihat pupil supir mobil melebar dari kaca spion. Kemudian, dia melihat lurus ke depan. Matanya juga melebar. Beberapa mobil jatuh dari tebing, kemudian ada beberapa yang meledak.

Ledakan itu terdengar sampai ke dalam mobil, membuat teman-teman Nana terbangun.

"A- apa yang terjadi?!" Semua orang yang ada di dalam mobil sangat histeris. Tidak ada yang menyangka kalau mereka akan melihat hal mengerikan seperti itu.

Tak lama kemudian, sebuah truk pengangkutan barang melaju dengan cepat ke arah mereka. Supir mobil dan para penumpang langsung panik. Mereka tidak bisa menghindari tabrakan karena jalanan amat kecil. Di sebelah mereka adalah jurang. Tidak ada jalan untuk kembali.

Truk pengangkutan barang itu menabrak mobil yang ditumpangi oleh Nana dan teman-temannya. Padahal Danau Toba sudah ada di depan sana, tinggal masuk melalui gerbangnya saja. Naas sekali. Ironis sekali.

Mobil mereka jatuh dari atas menuju bawah tebing. Semua orang termasuk Nana mengalami pendarahan dan patah tulang hebat.

Nana bisa melihat secara samar kalau regu penyelamat sudah datang, tapi mobil mereka adalah salah satu yang meledak. Terbakar habis.

你也許也喜歡

Pemikat Mahkota

[Peringatan: konten dewasa r18+/kuat] Dia adalah penyelamatnya. Dia, kehancurannya. Namun, dia menolak untuk melepaskannya... Mineah, Putri termuda dari Ebodia, dikutuk sejak lahir untuk tetap tak tersentuh dan membawa kesialan kepada orang-orang di sekitarnya. Ramalan kelam itu menggantung di atasnya seperti awan gelap, semakin membesar setiap tahunnya ketika tidak terjadi. Dia ada dalam bisikan lirih sebagai sosok yang menyedihkan - rapuh, lemah lembut, tidak diinginkan. Di balik topeng itu adalah wanita cerdas dan pemberani yang layak menjadi ratu. Dan calon ratu ini telah memusatkan matanya untuk mematahkan kutukannya, meskipun itu berarti menipu vampir paling licik yang pernah lahir. Nikolai, meskipun menyendiri dan misterius, dikagumi oleh Kerajaan Valcrez sebagai penguasa yang bijaksana dan kuat. Tanpa diketahui oleh rakyatnya yang setia, citra kesempurnaannya adalah jaring kebohongan yang jika terungkap dapat menumbangkan kerajaan mereka dan segala yang mereka sayangi di bawah kaki mereka. Ketika kedua orang ini menemukan jalur mereka bersilangan dalam aliansi pernikahan, permainan Godaan Mahkota pun dimulai. Namun, siapakah sebenarnya pemburu dan siapakah mangsa? ******** Penggalan: “Mengapa kamu membuka pakaianmu di depanku?” tanyanya dengan cemberut, sedikit pun tidak menyembunyikan rasa kesal di suaranya. Tujuannya adalah untuk menawan hatinya saja, bukan seluruh tubuhnya! “Bukankah aku boleh mandi bersama istriku?” ucapnya dengan nada dingin. “Sengaja aku meminta bak mandi besar untuk memastikan kita berdua muat di dalamnya bersama-sama.” Dia mendesah, tidak mengalihkan pandangan darinya saat dia mengumpulkan kembali ketenangannya. Melihat dia tersenyum sinis dia memaksa dirinya untuk merasa nyaman saat dia berbicara. “Itulah yang lebih baik. Kamu sendiri yang mengatakan tidak ada yang memaksa kamu menikahi saya. Sebaliknya, kamu yang menawarkan dan dengan sukarela mengajukan diri untuk itu, jadi saya berharap kamu cukup percaya diri untuk berbagi bak mandi dengan suamimu,” ucap Nikolai dengan percaya diri. “Lagipula, kita akan melakukan lebih dari ini dalam waktu dekat.” Tidak tahu malu... Dengan menahan diri untuk tidak menggelengkan kepalanya, dia berhasil memberinya senyum saat dia berkata, “Jangan salahkan saya jika kamu mati karena saya nanti.” **** Catatan: Volume 1: Cerita Utama Status - Selesai (Bab 1 hingga 403) Volume 2: Cerita Sampingan Status - Selesai (Bab 404 hingga 472) Volume 3: Cerita Sampingan Status - **** PS: Sampul Buku Komisi milik Penulis! Dilarang menggunakannya!

Eustoma_Reyna · 奇幻言情
分數不夠
494 Chs

評分

  • 全部評分
  • 寫作品質
  • 更新穩定度
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景
評論
哇! 如果您現在填寫評論,您將會是第一個評論的人!

鼎力相助