webnovel

BLUE & GOLDEN HOUR

#Fantasi supernatural #Horor #Romance #Action #Adventure Novel ini berkisah tentang kemampuan supernatural para tokoh yang lahir di tanah negeri Adogema yang menjadi kunci untuk menghancurkan kutukan Iblis Adograz. Dua tokoh utama, Pangeran Hogan dan Donela dari kerajaan Sondan diberkati dengan kekuatan supernatural istimewa. Mereka berdua menjadi titisan kekuatan “waktu biru dan keemasan” cahaya fajar ataupun senja dari pusaka yang dimiliki oleh Noggoa, naga raksasa yang mendiami tanah Adogema. Pangeran Hogan lebih memilih merahasiakan kemampuan supernaturalnya demi kenyamanan hidup sedangkan Donela terlanjur menjadi pusat perhatian seluruh penduduk karena kemampuan supernaturalnya terlibat dalam peristiwa-peristiwa kematian misterius penduduk hingga ia dianggap iblis pembunuh yang terkutuk. Namun, perbedaan tak menghalangi mereka untuk jatuh cinta. Ketulusan Donela dan empati Pangeran Hogan membuat mereka saling jatuh cinta. Sejak Donela dihukum untuk mengasingkan diri. Kutukan Iblis Adograz semakin menjadi-jadi. Donela menjadi orang paling diinginkan untuk dibunuh agar kutukan hilang. Bagaimana Pangeran Hogan menghancurkan kutukan itu demi menyelamatkan negerinya dan Bagaimana kisah cinta Pangeran Hogan dan Donela? Semuanya terungkap dalam novel ini. *Kesatria super *Iblis Adograz *Penyihir hitam *Gadis terkutuk *Tongkat Noggoa *Naga Raksasa Noggoa *Warong raksasa *Pasukan Iblis *Manusia serigala *Siluman-siluman *Roh-roh suci *Danau dua warna *Perang antar negeri *Kutukan

Asmaraloka · 奇幻
分數不夠
25 Chs

Chapter 21: Analisis kasus

Malam itu istana sedang berkabung. Isak tangis menghiasi keluarga Penasihat Yizab di kompleks kediamannya. Setelah makan malam, semua penghuni istana berkumpul untuk ikut berduka cita atas kepergian Penasihat Yizab.

"Ayaaaaah!" jerit Pondes memeluk jasad ayahnya yang telah mati.

Ia merasa sangat sedih karena kehilangan ayah yang dicintainya. Air matanya tak bisa dibendung lagi. Hatinya benar-benar hancur harus menerima kenyataan. Begitu pun yang dirasakan oleh istri Penasihat Yizab serta sanak saudaranya. Air mata mereka tumpah bersamaan dengan isak tangis yang menggema.

"Jangan pergi, Ayah!"

"Jangan pergi ....!"

"Kenapa Ayah pergi begitu cepat. Aku tidak ingin ayah pergi!" raungan Pondes yang masih tidak terima dengan kepergian ayahnya, Penasihat Yizab. Ibunya hanya bisa memeluk Pondes dengan tak berdaya karena duka yang menggores hatinya.

"Anakku, Pondes! Bersabarlah, Nak ....!" lirih Ratu Deyena yang tengah hadir untuk berduka cita.

"Terimalah kepergian ayahmu dengan lapang dada, Nak ...!" lirih Raja Soga.

Raja dan Ratu Soga berusaha menenangkan Pondes dan keluarganya yang tampak begitu terpukul dalam duka.

"Aku tidak terima dengan kepergian ayah jika memang ayah mati karena dibunuh," ujar Pondes dengan terisak.

"Ini semua perbuatan Donela! Dia sangat kejam!" racau Pondes.

"Beraninya dia membunuh ayahku!" teriak Pondes tak terkendali.

"Akan ku bunuh Donela!" seru Pondes geram penuh kebencian.

"AAAAKKHHHHH!" jeritnya menghadap Langit seakan meluapkan ketidakterimaan atas perlakuan kejam Donela yang membunuh ayahnya.

Suasana semakin tak terkendali karena racauan dan teriakan Pondes yang begitu emosional bersanding dengan duka dan nestapa dalam dirinya.

Disaat itulah Pangeran Hogan datang untuk berduka cita. Hal yang tak diduga oleh semua orang yang hadir termasuk Raja dan Ratu. Pondes melihat kedatangan Pangeran Hogan. Ia melirik Pangeran Hogan dengan wajah yang semakin mewek. Ia ingin mendapatkan perhatian dari pemuda yang dicintainya itu. Pangeran Hogan menanggapinya dengan bijak. Ia mendekati Pondes, ibunya beserta keluarganya di samping jasad Penasihat Yizab yang masih terbaring di atas papan peti kayu di aula kompleks penasihat kerajaan untuk mengucapkan duka cita.

"Aku turut berduka cita atas kematian Penasihat Yizab," ucap Pangeran Hogan dengan lembut dan penuh empati.

"Pangeran Hogan ....!" panggil Pondes dengan isak tangis. Ia mendekati dan memeluknya. Pangeran Hogan terkejut dan menjadi canggung. Namun, dia membiarkan Pondes memeluknya sebagai empati dalam suasana duka.

"Pangeran Hogan, lihatlah ayahku telah tiada!"

"Siapa yang nanti akan menjagaku?"

ucap Pondes meminta perhatian Pangeran Hogan. Ia mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk mengambil hati Pangeran Hogan.

"Aku berharap mendapatkan seorang pria pengganti ayahku,"

"Aku berharap pemuda sepertimu yang bisa menggantikan posisi ayahku," ujar Pondes memanipulasi seolah penuh harap. Ia berharap agar semua orang mendengarnya terutama Raja dan Ratu. Dengan itu bisa terbuka lebar jalan cintanya kepada Pangeran Hogan karena Raja dan Ratu mengerti dan nantinya bisa jadi akan menjodohkan dirinya dengan Pangeran Hogan karena empati kepadanya. Pondes memang lihai dalam memanipulasi keadaan.

"Oh – hmm, bersabarlah nona Pondes! Semua orang akan menyayangimu." Jawaban cerdas dari Pangeran Hogan dengan kikuk namun bertujuan untuk mencairkan suasana.

Anehnya semua orang malah bersimpati dengan ucapan Pondes tadi termasuk Raja dan Ratu.

"Kami semua menyayangimu, Nak!" ujar Ratu Deyena bersimpati.

"Kamu tak perlu takut. Seluruh istana akan menyayangimu, Nona Pondes!" ujar raja Soga menyambungi.

Namun, Raja dan Ratu ternyata tak menggubris harapan dan keinginan Pondes agar bisa bersanding dengan Pangeran Hogan.

"Apakah kau juga akan menyayangiku, Pangeran Hogan?" tanya Pondes blak-blakan tanpa tedeng aling-aling semakin mengerucut.

Pondes semakin merekatkan pelukannya. Pangeran Hogan menjadi risih. Dalam pikirnya mempertanyakan apa yang sedang Pondes lakukan kepadanya. Ia mengerti bahwa pondes menyukainya tetapi pondes bukanlah gadis idaman baginya jadi tak mungkin baginya menggadaikan cinta hanya untuk berempati kepada Pondes. Ia juga merasa agak jengkel kepada Pondes karena merasa sangat tak pantas jika Pondes melakukan hal bodoh seperti itu dalam suasana duka atas kepergian ayahnya.

"Nona Pondes, mari kembali kita berkabung di dekat ayahmu!" ujar Pangeran Hogan cerdas berusaha untuk melepaskan kecanggungannya dan berusaha untuk melepaskan pelukan Pondes yang tak biasa. Ia memapah Pondes untuk kembali mendekati jasad ayahnya dan kembali berkabung untuk ayahnya. Pangeran Hogan berhasil dengan siasatnya. Pondes tak lagi memeluknya dan ia kembali berkabung untuk ayahnya. Kali ini isak tangis Pondes sudah meredup.

Pangeran Hogan memberi do'a kepada Penasihat Yizab sebagai penghormatan terakhir kemudian ia menemui ayah dan ibunya.

"Apakah Ananda baik-baik saja?" tanya Ratu Deyena khawatir.

Ia memeluk anaknya lembut lalu mengusap wajahnya. Ratu Deyena tak menemukan ada luka di wajahnya dan memeriksa badannya.

"Aku baik-baik saja Ibunda Ratu, tenanglah!" jawab Pangeran Hogan berharap ibunya tak khawatir.

"Tentu aku khawatir, Ananda! Ibunda dengar Ananda dan Putri Yemitt hampir saja terluka di Danau Dua Warna," ujar Ibunda Ratu Deyena prihatin.

"Kami selamat, Ibunda Ratu," ujar Pangeran Hogan tersenyum seolah hal buruk yang menimpa dirinya tak membuatnya menjadi jera.

"Ananda lain kali harus berhati-hati," ujar Raja Soga memberi nasihat.

"Tentu Ayahanda, Ananda akan selalu berhati-hati," ucap Pangeran Hogan menerima nasihat Raja Soga.

"Bagaimana dengan Putri Yemitt, Ibunda Ratu?"

"Putri Yemitt sedang beristirahat. Ia sangat kelelahan," terang Ratu Deyena.

"Putri Yemitt masih merasa syok atas kejadian tadi. Ia perlu beristirahat cukup," jelas Raja Soga.

Pangeran Hogan menangkap penjelasan dari ayah dan ibunya bahwa keadaan Putri Yemitt cukup baik hanya saja Putri Yemitt masih dalam suasana syok atau pun trauma.

Malam itu juga Penasihat Yizab dikebumikan di tempat peristirahatan terakhir istana di area barat laut Istana Sondan. Semua orang berdo'a dengan khidmat untuk Penasihat Yizab setelah itu semua orang kembali ke kompleks kediamannya masing-masing untuk beristirahat.

Raja Soga dan Ratu segera bersanding ke kediaman Pangeran Hogan. Raja dan Ratu menginginkan penjelasan dari Pangeran Hogan tentang kejadian sebenarnya di Danau Dua Warna.

"Ayahanda Raja, Ibunda Ratu ...." sapa Pangeran Hogan ketika keduanya bersanding di kediamannya.

Ketiganya duduk-duduk di ruang penjamuan sembari mencicipi hidangan dan minuman hangat dari jahe yang disediakan oleh pelayan istana.

"Ananda Hogan, apa yang sebenarnya terjadi sore tadi?"

"Ayahanda Raja dan Ibunda Ratu, Ananda melihat Donela menjadi aneh dan berusaha membunuh Putri Yemitt," ujar Pangeran Hogan berusaha jujur kepada kedua orang tuanya.

Keduanya mengernyitkan dahi tanda tengah berpikir.

"Benarkah itu? Kenapa Ibunda menjadi tidak yakin kalau Donela melakukannya?" Ratu Deyena bertanya-tanya tak percaya.

"Bagaimana bisa terjadi, Ananda?" tanya Raja Soga menyelidik.

"Ananda juga tak yakin kalau Donela benar-benar teleh melakukannya, Ibunda Ratu. Ananda dan Putri Yemitt hanya tahu bahwa Donela menyayangi kami." jawab Pangeran Hogan mencoba mengutarakan sebuah pembuktian lain tentang kasih sayang tulus Donela kepadanya dan Putri Yemitt selama ini. Hal itu tak bisa dipungkiri memang benar adanya.

"Iya, Ibunda setuju! Donela selama ini memperlihatkan kepada kita bahwa ia gadis yang baik tidak seperti ungkapan buruk banyak orang," ujar Ratu Deyena membenarkan.

"Tetapi Ananda juga melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Donela berusaha membunuh Putri Yemitt, Ayahanda," ujar Pangeran Hogan juga mengungkapkan kebingungannya.

"Sungguh aneh!" seru Pangeran Hogan kemudian.

Raja Soga melirik Ratu Deyena yang berpikir keras menganalisis permasalahan yang terjadi.

"Apakah Donela berbohong kepada kita?" Raja Soga mempertanyakan. Ratu Deyena semakin berpikir keras.

"Benarkah Donela memanipulasi kita agar kita selalu percaya kepadanya lalu dia dengan leluasa melakukan kejahatannya?" Ratu Deyena juga mempertanyakan kemungkinan yang dilakukan Donela selama ini.

"Tidak, Ayahanda Raja dan Ibunda Ratu. Ananda tak percaya," ujar Pangeran Hogan menolak mentah-mentah pendapat keduanya.

"Entah kenapa hati ini selalu yakin bahwa Donela tidak melakukannya," tegas Pangeran Hogan berusaha mengutarakan keyakinan dalam dirinya tentang Donela.

"Lalu bagaimana?" tanya Raja Soga semakin tak mengerti.

"Ananda ingat tentang kutukan dan iblis dari pesan Pertapa Sakti di Bukit Naga," ujar Pangeran Hogan.

"Apakah benar semua kejadian ini ada kaitannya dengan Iblis dan kutukan yang dimaksud?" Pangeran Hogan mencoba menganalisis kemungkinan lain.

"Kasus pembunuhan di Negeri Sondan sudah ada sejak Donela lahir, Ananda Pangeran. Dan semua orang sudah membicarakan Donela yang membunuhnya," ujar Raja Soga menegaskan fakta yang terjadi.

"Ananda merasa akhir-akhir ini kasus pembunuhan oleh Donela bertambah besar dengan target penghuni istana. Bukan hanya itu saja, Ananda juga telah merasakan banyak kejadian aneh dan ganjil di negeri ini," terang Pangeran Hogan akhirnya memberanikan diri mengulik kejadian aneh dan ganjil yang telah dialaminya baru-baru ini selain kasus Donela.

"Apa itu?" Tanya Raja Soga dan Ratu Deyena bersamaan.

****

Bersambung ....