webnovel

S2-100 UNITED

"A destined world ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

Dua minggu kemudian ....

____________________________

MILE lagi-lagi terbangun untuk kesekian kali. Dia menoleh saat makanan pemberian sipir berganti baru. Dan dari jenis menu-nya mungkin sudah pagi lagi. Hm, tapi  sudah berapa lama berlalu? Sebulan sejak penangkapan? Atau dua bulan? Batinnya. Yang pasti kumis dan jenggot Mile makin lebat, tapi dia tidak bisa bercukur seperti biasa.

Tang! Tang!

Tang! Tang!

"Pagi! Pagi! Bangun! Bangun!" kata sipir yang memukul jeruji dengan tongkatnya. Dia menyodorkan dua album foto yang diminta Mile kemarin. Dan ternyata Pin mau mengirimnya.

"Thanks," kata Mile. Langsung semangat bangun karena potret triplets ada di sana. Dia pun membuka-buka benda itu. Tersenyum lebar. Dan entah kenapa mood-nya langsung membaik. "Blau Er ...." gumamnya. Lalu membelai potret "si langit biru."

Baby itu mungkin sudah lebih besar. Bisa merangkak (kata Pin). Tidak mau kalah lagi dengan saudaranya.

"Kami sudah melakukan permintaanmu, Mile. Maaf baru sempat mengabari. Dan kau pasti kuberitahu jika triplets ada kemajuan lagi," kata Pin tempo hari. Sang kakak ipar juga mengabarkan kondisi Pomchay yang membaik, walau Alpha itu malas makan karena lupa rasa nasi. "Toh kami janji akan kontakan terus kok. Kau senang? Jadi jangan khawatir saja."

"Hmm ...."

Pin bahkan menyanggupi cetak foto baby triplets, tak peduli Apo asal jepret saat mengirimkan momen-nya. "Kapan-kapan, oke? Kalau terkumpul banyak sekalian. Aku juga harus meluangkan waktu khusus untuk menjengukmu, Bodoh. So jangan rewel dan nikmati waktumu di sana."

"Hmmph, siapa juga yang rewel. Bukan aku," dengus Mile. Lalu membalik halaman lagi. Dia cukup menikmati pagi itu sambil makan, walau sering tidak habis karena rasa menu-nya kacau.

Tang! Tang!

Tang! Tang!

Mile pun menoleh saat sipir tadi datang lagi. Dia tidak melihat bawaan apapun, jadi ini pasti jengukan orang. "Hei, nomor 1515. Barusan ada tamu untukmu. Seolah Alpha, tapi dia bilang bukan keluargamu."

"...."

"Apa kau mau menemuinya? Jika tidak, bilang. Nanti pasti kusampaikan padanya."

Mile pun berpikir sejenak. ".... siapa?" tanyanya. "Apa kau tidak mendata dulu?"

Sipir itu langsung mendecih. "Tidak tahu, lah--sial ... yang menyambut tadi bukan aku. Dia kencing," katanya. ".... so, tolong buat kerjaanku jadi praktis. Karena aku harus mengurus yang lain juga."

Mile akhirnya mengangguk pelan. "Hm, suruh masuk," katanya tetap dominan. Seolah-olah lelaki itu bukanlah tahanan. Melainkan majikan pada pesuruh rendah.

Tap, tap, tap, tap ....

Beberapa saat kemudian, ada suara langkah kaki yang mendekat padanya. Dari bayangan saja ketahuan siapa, apalagi ketika Mile menatap ke sana. Itu adalah Paing Takhon. Alpha Apo, walau agak aneh melihatnya memakai setelan biasa.

"Kau kemari? Buat apa?" tanya Mile. Mata fotografernya memotret Paing baik-baik. Bahkan dia tahu ada bordiran RDT pada kemejanya juga. "Mengejekku atau sesuatu? Aku tidak butuh dikasihani."

Paing justru mengeluarkan sesuatu dari saku. Itu adalah foto aurora Denmark. Cukup kecil, tapi bisa menarik perhatiannya. "Yakin?" tanyanya. "Padahal kuizinkan kalian kemari. Bersama triplets. Walau itu terjadinya masih entah kapan."

DEG

Aurora ....

Mile pun menutup album foto di pangkuannya. "Kau serius?"

"Menurutmu?"

"Tidak takut kurebut dia kembali?"

Paing malah menyeringai tipis. "Coba katakan lagi setelah kau keluar dari ini?" tantangnya. "Aku yakin beberapa tahun sudah membuatmu lelah. Itu pun kalau kau ingin mencoba penjara untuk kedua kali."

Sambil memandangi foto Blau Er, Mile pun berpikir sejenak. Sialan Nazha sungguh tidak mencabut laporan. Menolak cerai. Bahkan tetap mengajukan perihal narkoba. Cih, wanita itu sangat berani sekali menghukumnya ....

"Apo sudah tahu soal ini?" tanya Mile. "Maksudku--"

"Tentu saja, tapi dia memberimu persyaratan," kata Paing. "Bahwa perginya kalian tetap membawa  anak kami. Bukan cuma triplets, karena dia tidak percaya padamu lagi."

Mile pun menahan napas. Dia tahu ini sangat berat, tak kapan lagi dapat kesempatan sama? "Baiklah, bisa. Tapi apa yang kau inginkan dariku?" tanyanya sambil melirik cincin pasangan di jari Paing.

Oh, mereka sudah lamaran rupanya ....

.... kapan?

Apa saat Apo ulang tahun?

Aku tidak boleh kaget jika besok ada pernikahan ....

"Tentang Nadech, tentu saja. Dan semua hal yang kau tahu selama bergaul dengan mereka," kata Paing. "Takkan kubiarkan dia berbuat sesuka hati. Terus mengganggu, apalagi menyangkut Apo dan bayi-bayi-ku."

Tanpa sadar, pegangan Mile pada album fotonya menguat perlahan. Dia tahu akan sulit membenci lelaki ini, bahkan meski Paing sudah memiliki seluruh sisi Apo Nattawin. ".... oke, tapi jangan mati saat melawannya nanti. Atau aku takkan memaafkanmu jika Apo berakhir sendiri."

"...."

Mile bahkan bergerak mendekat. Menggenggam jeruji. Lalu menguarkan feromon tajam pertanda dia serius.

Brakh!

"Ingat, Phi Paing Takhon yang terhormat ... aku membiarkan kalian bukan tanpa sebab. Jadi pegang saja kata-kataku," kata Mile. "Nadech dan aku itu mirip, tapi beda. Bukan solois. Jadi jangan sampai dilawan sendiri," tegasnya.

Meski terkesiap, Paing tetap tidak mundur selangkah pun. "Kenapa?" tanyanya, kalem. Sebab Apo mengatakan hal yang sama. Padahal Paing yakin Omega itu tidak tahu duduk perkaranya.

"Banyak," tegas Mile. Keduanya berhadapan dari mata ke mata. Sangat dekat. Seolah Mile ingin memastikan apakah Paing sungguh paham perkataannya. "Jadi telusuri para bawahannya. Kumpulkan dulu. Lalu rencanakan A, B, C, D ... terserah. Karena dia berhubungan erat dengan orang-orang Oslo."

DEG

"Apa?" Mencoba tenang, Paing pun berpikir sesaat. "Bukankah kasus obat ilegal tidak bisa dilaporkan ke pemerintah?" katanya. "So percuma jika dikorek. Karena aku tidak mau melakukan hal yang sia-sia kembali."

Mile pun mengangguk pelan. "Memang, tapi kan masih bisa dibunuh," katanya. "Lagipula kenalanmu itu banyak. Kenapa tidak manfaatkan saja? Toh korban seperti Nadech plus atasannya tidak diterima polisi, kecuali ingin tatanan Omegaverse semakin kacau."

Paing pun memicing sesaat. "Tunggu sebentar, tunggu sebentar ... bukankah Nadech cuma pengedar obat-obatan?" tanyanya. "Maksudku sebelum pulang, menggantikan Mew, lalu fokus ke perusahaan saja."

"Ya. Tapi pengedar kan wajar hidup tak jelas saat statusnya bukan siapa pun," kata Mile. "Mereka umumnya juga begitu. Butuh power. Butuh uang. Butuh gengsi dengan banyak pengorbanan ... semua dilakukan demi life-style apalagi dia menginginkan kuliah tinggi."

"Lalu?"

"Apa kau pernah memperhatikan marga-nya?" tanya Mile. "Nadech Kugumiya ... iya kan? Ha ha ha. Bukan Suppasit tapi jadi sepupuan. Dan silsilah itu resmi dalam keluarga mereka."

"Oh ...." desah Paing. "Jadi, apakah mereka sebenarnya hanya beda ayah? Anak adopsi? Atau sesuatu semacamnya?" tanyanya.

"Bukan. Walau pemerintah mencatatnya memang begitu."

"Hm, ok, now what?" tanya Paing mulai lelah dengan teka-teki. Dia sampai malas mendengarkan Mile, tapi tidak lagi setelah Alpha itu mengatakan fakta yang dia inginkan.

"Nadech Kugumiya itu pewaris aslinya, Takhon. Mereka ditukar atau semacamnya (masukkan saja penyusup jika mau tahu detail). Toh dia pantas terobsesi setelah hak-nya kembali," katanya. ".... tapi memang, aku bisa menjamin si Mew takkan diotak-atik, sih. Karena selama kami bergabung, aku pernah melihat orang itu mencium mayat-nya beberapa kali."