"Kim Shou pernah melihatku?"
"Tentu saja, Nona Gothic. Ah, itu julukan yang dia berikan sebelum tahu namamu."
Hee Young memucat. Dia ingat menghadiri acara tahunan fenomenal NS Show. Sebuah adibusana desainer papan atas Korea Selatan. Hee Young sendiri lolos audisi menjadi anggota MUA untuk dua desainer. Tapi bertemu Kim Shou? Perempuan itu sama sekali tak mengingatnya selama periode kesibukan belakang panggung.
"Kau bersinar. Itu kata Shou, bukan kataku," imbuh Taehyung.
"Manajer Park, artismu itu sepertinya buta warna," cela Hee Young. "Mana ada diriku yang serba gelap ini malah bersinar?"
"Kegelapanmu itu membuat bersinar dengan cara tersendiri. Sekali lagi itu ucapan Shou, bukan dariku."
Hee Young berdecak. "Artismu itu juga tolol."
"Astaga, Nona Kim. Anda ternyata sangat kasar. Jangan sampai didengar penggemar Shou."
"Terima kasih mengkhawatirkanku, tapi jangan repot-repot. Aku akan melakukan pembatalan kontrak."
"Kau tahu berapa kerugian yang harus ditanggung Jenny jika sampai kontrak ini batal?"
Hee Young seketika membisu.
"Jika ditambah dengan utang-utangmu, aku yakin bahkan seumur hidup pun kau tak akan pernah bisa melunasinya dengan gajimu di tempat Jenny."
"Manajer Park?" Hee Young meradang. Ingin sekali melayangkan tinju mungil ke wajah aristokratis itu.
"Kenapa kau sangat membenci Shou?"
"Apa?" Hee Young bingung dengan perubahan topik yang mendadak.
"Kau terlihat sangat tertekan saat bersama Shou. Berbeda dengan para asisten sebelumnya."
"Ada apa dengan para asisten itu?"
Giliran Taehyung yang terdiam. Perempuan itu menunggu dengan sabar jawaban manajer. Namun, sebelum lelaki itu mengeluarkan suara, terdengar panggilan ceria Shou dari kejauhan.
"Shou sudah datang." Taehyung berdiri. "Kau berutang satu penjelasan padaku, Nona Kim."
"Jika aku menjawabnya, apa kau akan memberitahuku nasib para asisten pendahulu itu?"
"Ya."
"Baiklah, bukan Kim Shou yang kubenci, Manajer Park. Tapi gendernya."
Taehyung terdiam. Hanya anggukan singkat yang diberikannya. Saat Shou datang, mereka hanya bertukar sapa pendek. Lalu Taehyung pergi.
"Kenapa tak ke dalam?" Shou duduk di tempat Taehyung sebelumnya berada.
Hee Young bernapas lega. Ada cukup jarak di antara mereka. Perempuan itu buru-buru mengalihkan pandangan kala memergoki Shou menatapnya tajam.
"Sedang cari angin." Hee Young berbohong.
Bagaimana bisa dia menjawab jujur, jika sumber permasalahannya hanya berjarak dua meter darinya? Hee Young juga tak mungkin mengeluhkan sikap tak bersahabat para staf wanita. Belum ditambah kopernya yang dibuang ke halaman belakang dan separuh lebih make up mahalnya menghilang.
"Kau dirundung lagi?" tanya Shou lembut.
Hee Young mengerjap. Dari balik topi bucket, dia bisa merasakan pandangan tajam Shou. Apa lelaki itu tahu?
"Ya, aku tahu, Hee Young." Seolah membaca pikirannya, Shou berkata lagi. "Para staf tak pernah suka jika aku merekrut asisten pribadi. Banyak yang cemburu."
"Lalu kenapa kau memilihku?" Hee Young penasaran. "Jika kau menjawab karena kemampuanku, kupikir kau tak membaca portofolioku dengan baik. Semua klien yang pernah kutangani adalah perempuan."
"Aku tersanjung menjadi lelaki pertama untukmu."
"Kim Shou!" seru Hee Young kaget. Jika terdengar oleh telinga yang salah, kalimat Shou bisa menimbulkan persepsi yang keliru.
"Aku serius, Hee Young." Shou bergeser mendekat.
Hee Young panik. Tapi dia tak mampu bergerak menjauh. Seolah ada sesuatu yang menahannya agar tetap di tempat. Tangannya menarik topi semakin turun. Mengharap perlindungan pada bahan kain itu.
"Kenapa kau menghindariku?"
Tangan Shou mengangkat topi. Hee Young semakin panik. "Jangan," bisiknya teramat pelan. Air mata merebak, sebentar lagi pasti membanjir turun seiring jantungnya yang bertalu-talu.
"Yeppeun," puji Shou tulus.
Hee Young tak tahan lagi. Dia menggelosor ke tanah. Lengannya melingkari tubuh. Meringkuk ketakutan. Napasnya terasa sesak. Air mata mulai membanjir.
"Astaga, Hee Young, jangan takut padaku. Aku bukan orang jahat."
"Pergi, kumohon? Tinggalkan aku sendiri." Suara Hee Young teredam.
Shou menyipitkan mata, tapi tak menuruti perintah perempuan itu. "Aku tak bisa pergi, Gadis Gothik. Ada paparazzi tak jauh dari kita."
Hee Young berseru, "Aku tak peduli paparazzi."
"Kau harus peduli jika tak ingin makin diteror orang-orang."
Hee Young mendongak. Mata bengkaknya bertemu pandang tajam keemasan Shou. "Apa maksudmu?"
"Kau pasti tak melihat ponsel," decak Shou. "Bagus memang untuk kesehatan mentalmu, tapi kau jadi tak tahu alasan orang-orang menghancurkan koper make up milikmu juga pakaianmu."
"Pakaianku?" Hee Young terperanjat. Ada sejumput rambut berombak yang keluar dari cepol mininya saat Hee Young menggeleng-geleng. "Mereka semua benci karena aku dekat denganmu."
Suara Hee Young putus asa. Shou tak berekspresi. "Aku tahu bahwa dirimu selalu dirundung, Hee Young."
"Hah, tahu dari mana kau? Kita baru berkenalan."
"Tidak, kita sudah berkenalan. Kau hanya tak tahu saja. Berdiri, Kim Hee Young."
"Tidak, tinggalkan aku sendiri."
"Berdiri sendiri atau kupaksa?"
"Tak mau!" Hee Young keras kepala.
Dan dia harus membayar mahal untuk sikapnya itu. Dalam tempo dua detik, Shou menarik dan memeluknya erat-erat. Hee Young terbelalak.
"Sekarang kau tak bisa lari dariku lagi," bisik Shou di telinga perempuan itu. "Paparazzi sudah memotretmu. Kita akan ada di Dispatch besok pagi. Terormu tak hanya dari staf di sini, tapi juga dari para ssasaeng."
"Kim Shou, kau jahat sekali." Hee Young meronta berusaha membebaskan diri. Gerakan agresifnya dihentikan efektif oleh pelukan Shou yang makin kencang. Perempuan itu tersentak kaget merasakan sebentuk dada bidang berotot. Aroma maskulin jelas sekali menggoda indra penciumannya.
"Aku tak jahat, Hee Young. Aku justru akan menolongmu."
"Kenapa kau harus?"
"Aku tak tahan melihat tubuh mungil ini menderita." Jemari Shou berada di dagu Hee Young. Memaksa lembut perempuan itu mendongak. "Aku akan melindungimu."
"Hah, apa kau malaikat sampai repot-repot menawarkan perlindungan pada orang asing?" cemooh Hee Young.
"Aku memang malaikat," angguk Shou. Dia geli memergoki ekspresi meremehkan di wajah perempuan dalam pelukannya. "Tapi aku tak akan menawarkan diri jadi malaikat pelindungmu."
"Kau tadi bilang mau melindungiku?"
"Memang, tapi daripada malaikat, ada yang lebih efektif membungkam kepala-kepala penuh kebencian di luar sana."
"Oh ya? Meledakkan mereka?" sinis Hee Young.
Shou tersenyum. Ketampanannya naik drastis hanya dari gerak lengkung sederhana bibirnya. "Tidak, aku akan menjadi suamimu."
Hee Young terdiam. Detik berikutnya dia melupakan fobianya dan tertawa keras. "Berhenti mengeluarkan lelucon, Tuan Kim. Lebih baik kita segera kembali ke vila dan pulang ke Seoul."
"Aku tak sedang bercanda, Nona Kim." Shou memangkas jarak di antara mereka. Wajahnya semakin dekat dengan Hee Young. "Aku sangat serius saat berkata akan menjadi suamimu."
Lalu dia menempelkan bibir di masker Hee Young. Merasakan bentuk tipis bibir perempuan itu. Sementara Hee Young?
Dia sukses jadi patung hidup karena syok berat dengan tindakan Shou.
~~oOo~~
"Aku menolak ide gilamu itu, Haes-sal. Kau bisa melindungi perempuan itu dengan cara lain."
"Tapi aku suka berdekatan dengannya, Angae."
"Jadi kekasih saja, jangan jadi suami. Dia punya takdir yang buruk untukmu, Haes-sal. Perempuan itu akan menjadi sebab kehancuranmu."
"Ya, ya, kau sudah memberitahuku soal ramalan itu."
"Dia juga aib masa lalu yang akan merusak karier manusiamu."
"Angae, sejak kapan kita peduli dengan omong kosong soal karier ini? Lagi pula, kita sangat ahli merahasiakan rahasia. Tak masalah menambah satu lagi, kan?"
Shou tersenyum tipis mengingat perdebatannya dengan Taehyung semalam. Manajernya itu sangat keras menentang rencananya memperistri Hee Young. Dan sekarang, lelaki itu tertawa geli melihat kepanikan calon istrinya. Perempuan itu terus mondar-mandir di gazebo vila. Beberapa kali terlihat menelepon, tapi terus membatalkan panggilannya.
Shou tahu siapa yang hendak ditelepon perempuan itu. Seorang sahabat masa kecil yang saat ini tengah berada di Busan. Namun, dia sudah melakukan ancaman kecil untuk Hee Young. Sekali saja perempuan itu mengindikasikan dia dipaksa menikahi aktor Kim Shou pada orang lain, aib masa lalu Hee Young akan bocor.
Perempuan itu – sesuai dugaan – kaget mendengar fakta Shou tahu masa lalunya. Aktor itu juga merasa jijik karena menggunakan cara kotor pada Hee Young. Namun, itu cukup efektif membuat perempuan mungil itu menyetujui rencananya.
Gelas anggur terangkat ke bibir merah muda Shou. Lelaki itu memutuskan sudah cukup memberi Hee Young waktu berpikir. Manajernya telah selesai menyusun pemberitaan pers. Sebelum Dispatch merilis foto-foto mesranya dengan Hee Young, kubu Shou akan mengumumkan berita rencana pernikahan sang aktor dengan coordi noona pribadinya. Lengkap dengan bumbu kencan diam-diam agar tak terendus publik. Semuanya untuk meminimalisir kecurigaan masyarakat pada hubungan mereka yang sangat mendadak.
Shou melangkah santai menuruni teras vila. Bangunan berdominasi material kayu itu memunculkan keriut indah setiap lelaki itu melangkah. Dia masih melihat kegundahan Hee Young. Shou geli sendiri memikirkan lantai gazebo pasti akan berpola lingkaran sempurna jika perempuan itu terus berputar seperti sekarang.
"Sudah punya jawaban?" Shou menyenderkan bahu di tiang penyangga atap.
Hee Young terloncat tinggi mendengar suara Shou. Cepol itu masih seberantakan seperti saat Shou tinggalkan. Membuat lelaki itu gemas ingin mengurainya saja. Dan wajah itu, Shou tak tahan tidak bertanya.
"Apa kau bisa melepas maskermu sebentar saja?"
"Tidak!" seru Hee Young keras.
"Tidak untuk melepas masker, atau untuk menikah denganku?"
"Dua-duanya," imbuh Hee Young cepat. "Aku tak mau terjebak dalam drama konyol artismu. Jika ada orang lain tahu soal kontrak pernikahan ini—"
"Aku tak sedang mengontrakmu, Hee Young," sela Shou. "Untuk pekerjaan, iya. Tapi untuk pernikahan, tidak. Aku serius melamarmu."
Ponsel Hee Young tergelincir dari tangan. Hee Young pening.
Serius melamar. Apa itu artinya, aku benar-benar akan memiliki suami nyata, pernikahan nyata, dan sebuah kehidupan perkawinan?
~~oOo~~
Sepasang kaki jenjang dan mulus keluar dari Hyundai Royale putih metalik. Tubuh langsing berlekuk indah menyusul, berbalut gaun tegas berpotongan militer rancangan Kim Balko. Langkahnya melenggak-lenggok mantap memasuki lobi gedung agensi terbesar Negeri Ginseng.
"Siapa dia?" Seorang wanita berbisik ke temannya.
"Kau tak tahu? Dia aktris pendatang baru yang sangat fenomenal itu. Dia dapat Daesang pertama di debut perdananya."
"Omo, pemenang Baeksang itu?"
"Iya, yang itu. Jung Sora. Tak kusangka bisa bertemu di sini."
"Apa dia mau pindah agensi?"
"Entahlah, gosipnya dia artis yang ambisius. Pantas saja dia hengkang dari agensi kecil yang membesarkan namanya."
"Wah, berarti dia artis tak tahu balas budi?"
"Sstt ..., jangan keras-keras! Nanti dia dengar."
Sora masih terus melangkah, mengacuhkan bisik-bisik yang sudah serupa dengung lebah. Saking kerasnya bisikan mereka hingga perempuan itu bisa mendengar dirinya jadi topik pergunjingan.
"Nona Jung, silakan, direktur sudah menunggu Anda."
Sora mengangguk ke arah resepsionis. Dia langsung masuk lift khusus yang membawanya ke lantai teratas. Tempat kantor pribadi pemilik agensi berada. Pria paruh baya yang tempo hari memberi tawaran bergabung dengan mega agensinya.
"Selamat datang, Sora. Jadi, kau sudah memutuskan?"
Sora mengedarkan pandangan ke kantor luas itu. Ada banyak foto artis dan idola yang sukses diciptakan direktur sekaligus produser berbadan tambun di depannya. Hingga tatapan Sora terhenti ke poster terbesar di ruangan itu.
Kim Shou dalam atribut drama terbarunya.
"Ya, Produser. Aku siap bergabung dengan agensimu."