webnovel

Bab 9: Pertarungan Tak Terduga

Di dalam Monolit World, pemandangan dipenuhi oleh medan yang bergelombang, dihiasi reruntuhan kuno di sana-sini. Langit merah senja membentang di atas kepala, memberikan suasana intens dan penuh ketegangan. Udara terasa panas dari serangan-serangan sihir yang dilepaskan, meninggalkan aroma terbakar dan tanah yang gosong. Gemuruh ledakan terus terdengar dari kejauhan, tanda bahwa pertempuran sengit terus berlanjut.

Di salah satu sisi arena, Keira, seorang penyihir berambut putih dengan mata tajam, tampak melancarkan serangan bertubi-tubi. Bola api melesat dari tangannya, mengejar lawannya dengan presisi mematikan. Sihir apinya melukis udara dengan percikan merah dan oranye, menghujani targetnya tanpa ampun. Namun, di depannya, Alya berdiri teguh, memanggil kekuatan bintangnya. Dengan gerakan tenang namun penuh keyakinan, Alya mengangkat tangannya, dan di atasnya muncul cahaya terang [Star Guardian] spirit yang menyerupai ksatria bersinar, dengan perisai bercahaya yang mampu memblokir semua serangan api Keira. Setiap bola api yang menghantam perisai itu seakan menghilang, terserap oleh kekuatan kosmik yang dipancarkan oleh [Star Guardian].

Di sisi lain medan pertempuran, Alan, seorang pria dengan rambut pirang keemasan dan aura elegan, menatap Kris dengan penuh hormat. Dia menundukkan kepala sedikit dan memperkenalkan diri dengan sopan.

"Sebuah kehormatan dapat melawan Anda di sini, Tuan Kristoffer Von Celestia. Perkenalkan nama saya Alan Ashford, keluarga bangsawan Ashford dari Western Kingdom."

Kris mengangguk ringan dan membalas dengan tenang.

"Panggil saja Kris, tidak perlu terlalu formal. Lagipula, kita sama-sama siswa di sini, Tuan Alan dari keluarga Ashford."

Alan tersenyum, "Senang Anda mengingat nama saya, baiklah kalau begitu."

Dia kemudian menyiapkan kuda-kudanya, mengangkat pedangnya dengan sikap tenang namun siap tempur. Sebelum bergerak maju, dia melirik ke arah pertarungan di antara Keira dan Alya, kemudian bertanya,

"Apa Anda tidak akan membantu nona Alya dalam pertarungannya?"

Kris tersenyum tipis, matanya berkilat penuh keyakinan.

"Dia memerintahkanku untuk tidak ikut campur," katanya sambil mengangkat pedangnya dan mengarahkannya ke Alan.

"Karena itu, hiburlah aku sampai urusan Nona Alya selesai."

Alan menelan ludahnya, menyadari keseriusan situasinya. Dia mengangkat pedangnya, mengangguk hormat sebelum berkata.

"Saya akan berusaha sebaik mungkin."

Kris tersenyum lebih lebar.

"Bagus."

Pertarungan di antara mereka segera dimulai, pedang beradu dengan dentingan logam yang keras. Keduanya bergerak dengan kecepatan dan ketangkasan luar biasa, setiap serangan dihantam dengan serangan balik yang setara. Orang-orang di luar Monolit World, yang menonton melalui layar sihir, bersorak dengan penuh semangat. Pertarungan ini bukan hanya sekadar pertunjukan kekuatan, melainkan juga kecerdasan dan keahlian dalam bertarung.

---

Di Tempat kehormatan di lapangan ujian, Kepala Sekolah Airi dan tamu kehormatan akademi, sang Saintess Stella, duduk memperhatikan jalannya pertarungan dengan seksama. Tempat mereka dihiasi oleh jendela monitor pengamatan besar yang memungkinkan pandangan langsung ke medan pertempuran virtual di Monolit World.

Airi, dengan mata berkilat kagum, berkomentar.

"Keira sungguh hebat dalam mengontrol sihir apinya. Dia dapat menyerang pertahanan bintang Alya dengan sangat baik dan cukup akurat." Dia berhenti sejenak, lalu tersenyum memuji,

"Tapi, tentu saja, kemampuan Alya dalam menguasai sihir Bintang di usianya ini sungguh luar biasa. Apalagi dia bisa memanggil spirit seperti [Star Guardian] itu. Tidak heran, jika Anda yang melatihnya langsung." Airi melihat Stella sambil mengangkat bahunya

Stella, yang duduk dengan tenang dan anggun di sebelahnya, tetap memasang wajah datar.

"Alya memang memiliki potensi besar. Dia lahir dengan 8 atribut, membuatnya jauh lebih mudah untuk memahami sihir Bintang. Semakin banyak atribut yang dimiliki seseorang, semakin mudah mereka memahami sihir ini."

Stella mengalihkan pandangannya ke layar yang menampilkan Alya, lalu menyipitkan mata.

"Tapi, tampaknya dia belum benar-benar serius dalam ujian ini."

Airi, yang mendengar itu, terkejut. Dalam hatinya, dia berteriak,

"Belum serius? Jangan bercanda! Apa yang kau ajarkan pada anak sekecil itu, kau... fosil berjalan?!"

Namun, dia hanya tersenyum tipis dan menahan kata-katanya, tak berani menyuarakan pikirannya di depan Saintess.

---

Kembali ke Monolit World, Keira kini terengah-engah, keringat membasahi wajahnya setelah mengeluarkan serangan bertubi-tubi tanpa hasil. Dia menatap Alya, yang tampak tenang dan tak tersentuh oleh serangan apinya.

"Hmm, apa sudah selesai?" tanya Alya dengan nada santai, memandangi Keira dengan senyuman kecil. Keira, yang kelelahan, tidak bisa menjawab.

Alya tersenyum lebih lebar, lalu berkata dengan nada tenang,

"Sepertinya sekarang giliran ku untuk menyerang."

Dia mulai mengangkat tangannya dan membaca mantra dengan suara pelan namun jelas,

"Dengan 8 kekuatan ini, aku memanggil pusat dari segala bintang yang menciptakan segalanya, Ash-."

Namun, sebelum Alya sempat menyelesaikan mantranya, Kris tiba-tiba menginterupsi.

"Apa yang kau lakukan?" Alya berbalik dengan tatapan tajam dan kesal,

"Sudah kubilang jangan mengganggu."

Kris berusaha menenangkan,

"Maaf nona, namun kita kedatangan tamu lagi." Dia mengarahkan pandangannya ke langit, dan Alya mengikuti tatapan itu.

Di kejauhan, sebuah komet melesat dengan kecepatan tinggi, menuju ke arah mereka. Alya segera memerintahkan [Star Guardian] untuk memblokirnya. Saat komet itu menghantam perisai bintang, cahaya terang meledak, namun jika dilihat dengan seksama itu bukanlah sebuah komet itu justru seorang gadis dari Ras Demon, dengan kaki yang menyala-nyala oleh api. Gadis itu mencoba menghancurkan [Star Guardian] dengan tendangan bertenaga, namun gagal. Menyadari hal ini, dia segera mundur, menjaga jarak.

"Heh, ternyata aku tidak bisa menghancurkannya," gadis itu berkata dengan suara lantang.

Dari belakang gadis tersebut, seorang pria berjalan mendekat. Dia berpakaian seperti pastur gereja, namun dengan holo di atas kepalanya yaitu ciri ciri dari ras Angel . Di tangannya, dia membawa sebuah senjata api yang terlihat kuno namun mematikan. Dia menatap gadis itu dengan senyum tipis dan berkata,

"Apa kau harus melompat terbang ke udara setiap kali kau menemukan lawan?"

Gadis itu mendengus. "Memang kenapa? Toh itu efektif."

Pria itu mendesah, lalu memukul kepala gadis itu dengan lembut.

"Kita ini satu tim, jadi jangan tinggalkan aku sendiri."

---

下一章