Didalam pikirannya Zang Lung melihat 2 teknik tingkat surgawi yang baru terbuka yaitu 'Teknik Perisai Dewa' yang dapat membuat tabir pelindung untuk diri sendiri atau sebuah tempat dengan jangkauan yang sangat luas tergantung dengan besarnya Energi Spiritual yang digunakan, selain itu juga ada 'Teknik Penciptaan' yang dapat membuat berbagai jenis barang dengan menggunakan Energi Spiritual tapi tidak dapat digunakan untuk membuat makhluk hidup. Teknik ini juga dapat digunakan untuk membuat teknik-teknik turunan yang tingkatannya dibawah tingkat teknik yang digunakan, yang artinya Zang Lung dapat membuat teknik tingkat Bumi, Langit dan teknik tingkat Dewa.
Tingkatan Teknik (Jurus) :
- Tingkat Dasar.
- Tingkat Bumi.
- Tingkat Langit.
- Tingkat Dewa.
- Tingkat Surgawi.
- Tingkat Ilahi.
Dengan banyaknya pengetahuan dan teknik yang sudah dipelajarinya Zang Lung mulai menguasai setiap teknik tersebut saat malam hari sambil dia berkultivasi, dan dari pagi sampai sore hari dia melakukan latihan penguatan tubuh, tulang dan otot untuk memperkuat pondasi tubuhnya. Dari tempatnya diatas langit sang guru melihat aktivitas sang murid setiap hari dan akhrnya dia kembali turun ke Alam Fana untuk menambah pelatihan Zang Lung yang dirasakannya masih kurang.
Whhuuuzzz...
Disela-sela latihan phisiknya Zang Lung melihat sebuah cahaya putih turun dari atas langit dan melihat sosok sang guru yang telah berdiri dihadapannya,...
"Hormat kepada guru...!" kata Zang Lung sambil sujud didepan gurunya.
"Bangkitlah muridku...!, hari ini aku kembali menunjungimu untuk menambah porsi latihanmu dan memberikan sebuah latihan yang selain memperkokoh pondasi tubuhmu juga akan memberikan penguatan terhadap jiwamu...!, latihan ini berguna untuk melatih tingkat pengendalian emosi dan hawa nafsu yang selalu menghantui setiap manusia...!, nah..., bersiaplah...!, kita akan segera mulai..." kata sang guru menjelaskan.
"Murid siap melaksanakan semua perintah guru...!" kata Zang Lung hormat.
"Bagus...!, pertama pergilah kesungai dan carilah 6 buah batu sebesar buah kelapa dan bawa kesini...!" kata sang guru.
"Baik guru...!" dengan cepat Zang Lung segera bergegas menuju sungai yang jaraknya sekitar 300 meter dari komplex paviliun keluarganya.
Whhuuss...,
Dengan menggunakan teknik Langkah Dewa yang sudah dikuasainya walau belum sempurna Zang Lung melesat dengan cepat kearah sungai, sementara itu sang guru membuat berbagai rintangan disepanjang jalur lintasan lapangan latihan. Setiap jarak 50 meter terdapat gundukan tanah setinggi 1 meter dan disetiap jarak 30 meter diletakkan 5 buah karung berisi pasir yang tidak berhenti berayun dengan jarak 1 meter setiap karungnya sehingga memaksa orang yang lewat harus menghindari ayunan karung tersebut, kemudian disetiap jarak 10 meter terdapat para-para setinggi 50 cm dan panjang 5 meter yang diharuskan untuk merayap jika melewati rintangan tersebut.
Zang Lung kembali dari sungai dengan membawa 2 buah batu, sedangkan yang diperintahkan sang guru dia harus membawa 6 buah untuk itu dia segera kembali menuju sungai dengan menggunakan teknik meringankan tubuh 'Langkah Dewa', 30 menit berselang keenam buah batu yang diminta sang guru telah terkumpul...,
"Sekarang kamu bawa 2 buah batu itu dan berlari mengitari lapangan latihan ini...!, lewati semua rintangan itu...!, dan lakukan sebanyak 5 kali putaran..." kata sang guru memberi perintah.
"Murid siap melaksanakan perintah guru...!" kata Zang Lung kemudian mulai berlari sambil membawa 2 buah batu sebesar buah kelapa yang barusan diambilnya dari sungai.
Selesai berlari keliling lapangan, Zang Lung jatuh terduduk didepan gurunya dengan napas memburu dan seluruh pakaiannya sudah basah oleh keringatnya.
"Bagus...!, sekarang pergilah mandi dikolam itu biar badanmu segar kembali..., tapi tadi waktu berjalan dekat kolam batu giokku terjatuh dan masuk kedalam dikolam...!, nah..., sambil mandi kau tolonglah gurumu ini untuk menemukan kembali giok-giok kesayanganku itu...! semuanya ada 10 buah...!" kata sang guru sambil memperlihatkan wajah sedih kearah muridnya.
"Emm..., setiap kau menemukan 2 buah batu giok didasar kolam langsung datang serahkan kepadaku...!, ingat setiap 2 buah...!, segeralah muridku hari mulai gelap...!" kata sang guru berkilah sambil tersenyum.
Zang Lung hampir menangis, karena dia mengingat bahwa kedalaman kolam itu adalah 3 meter yang artinya dia harus menyelam dan menahan nafasnya selama mencari batu-batu giok milik gurunya.
"Jangan tunjukkan kepalamu kepermukaan sebelum menemukan 2 buah batu giok kesayanganku...!, batu-batu giok itu adalah hadiah dari 'Kaisar Dewa' untukku jadi kau harus menemukan mereka semua...!" kata sang guru.
Saat hari hampir gelap, akhirnya Zang Lung berhasil menemukan 10 buah batu giok milik sang guru.
"Ayo muridku...?, kita akan beristirahat dipondokmu...!" kata Dewa Pengetahuan sambil memanjat tali yang sudah dibuatnya untuk menuju keatas pohon dimana pondok latihan Zang Lung berada, sementara itu tangga kayu sebelumnya sudah dibongkar dan digantinya dengan seutas tali.
"Ahh..., aku lupa muridku...!, tolong kamu bawa naik 2 buah batu keatas pondok...!" kata sang guru setelah dia sampai dipondok.
Walau telah kelelahan Zang Lung tetap melakukan apa yang diperintahkan oleh gurunya karena dia telah bersumpah dan berjanji untuk mengikuti semua perintah sang guru, didalam pondok Zang Lung duduk bersila berposisi lotus sambil menstabilkan aliran darah dan mengatur kembali pernapasannya.
"Bagaimana muridku...?, mudahkan latihan tadi...?, nanti selama sebulan kedepan dari pagi sampai sore kau ulangi setiap hari lathan tersebut...!, sekarang kau kembalilah kepaviliun untuk makan dan setelah selesai kembalilah kesini aku tunggu...!" kata sang guru.
"Baik guru... makanan guru nanti aku bawakan kesini...!" kata sang murid.
"Ahh..., tidak usah kau pikirkan tentang hal itu...!, 1 tahun tidak makan..., minum dan tidur gurumu ini sudah biasa..., itu karena Energi Spiritual bisa diolah menjadi nutrisi buat kebutuhan tubuh...!" kata sang guru menjelaskan.
"Baiklah guru...!, murid pergi dulu...!" kata sang murid kemudian turun dan menuju paviliun keluarganya.
Seperginya sang murid kembali Dewa Pengetahuan mulai mengambil sebuah lampion dan mengeluarkan lampu minyak yang berada didalamnya, kemudian lampu minyak tersebut diikatnya keujung sebuah kayu sepanjang 30 cm dan setelah itu dia membuat tali-tali spiritual yang menghubungkan batang-batang pohon disekitar pondok. ada 4 lintasan tali sepanjang 5 sampai 6 meter jaraknya, kemudian dia turun kebawah dan mengumpulkan banyak batu kecil sebesar kelereng kemudian kembali naik keatas pondok, sambil bersenandung dia menanti kembalinya sang murid dari paviliun keluarganya. 1 jam kemudian sang murid tiba dengan menenteng sebuah keranjang berisikan berbagai macam buah segar,...
"Guru...!, ini ada kiriman dari ibu untuk guru...!" kata Zang Lung sambil meletakkan keranjang buah tersebut.
"Hmm..., sampaikan terimakasihku pada ibumu muridku...!, sekarang kamu padamkan semua lampion diluar pondok ini...! terlalu terang nanti memancing datangnya kelelawar darah...!" kata sang guru bersilat lidah.
"Baik guru...!" kata Zang Lung sambil mengikuti perintah sang gutu.
"Tadi aku diserang oleh beberapa ekor kelelawar darah...!, uuhh...!, mereka sangat ganas...!, mungkin ada sarangnya dipohon-pohon sekitar pondokmu ini...!, cobalah kau periksa muridku..., dan bawalah lampu minyak ini...!, tapi ujung sebelahnya kamu gigit yang kuat biar tidak lepas...!" kata sang guru menjelaskan.
"Baik guru...!" kata Zang Lung kemudian mengambil kayu yang ujung sebelahnya terdapat lampu minyak kemudian berjalan keluar pondok.
"Tunggu...!, kamu berjalan mengikuti bentangan tali itu...!, berhati-hatilah...!" kata sang guru.
Sambil menggigit batang kayu yang ujung sebelahnya terdapat lampu minyak Zang Lung mulai berjalan diatas tali yang mengitari pondok, terdapat 4 bentangan yang harus dilaluinya dan masing-masing bentangan ada 5 sampai 6 meter.
"Bentangkan tanganmu..., dan konsentrasilah pada tali dan lampu minyak...!, jangan sampai jatuh..., waktumu 20 menit untuk kembali kepondok...!" kata sang guru.
"Hmm..., latihan macam apa lagi ini...?, kalau jatuh bisa patah-patah tulangku ini...!" Zang Lung membatin dalam hati.
Akhirnya sampailah dia diseberang dan melanjutkan dengan bentangan kedua, dia terus melangkah dengan perlahan sampai pada bentangan terakhir tubuhnya bergoyang dan Zang Lung terjatuh, untunglah dia masih sempat meraih bentangan tali.
"Ahh..., hampir saja...!" katanya dalam hati tapi sayang lampu minyaknya jatuh kebawah.
"Wah...!, turun dan ambil kembali lampu minyak itu...!" kata sang guru.
"Lakukan lagi dari awal...!, tadi kamu gagal...!" kata sang guru
Zan Lung kembali berjalan diatas bentangan tali dan putaran kedua ini berhasil.
"Ahh...!, terlalu lambat..., hasilnya 28 menit...!, coba lagi dan kali ini lakukan agak cepat tapi fokus...!" kata sang guru sambil memberi arahan kepada muridnya.
"Baik guru...!" jawab sang murid sambil melangkah melakukan putaran ketiga.
Putaran ke-3 berhasil dilaluinya selama 24 menit dan pada putaran ke-4 Zang Lung berhasil melewati bentangan tali selama 20 menit, putaran ke-5 dia mulai lancar dan dengan entengnya dia melangkah melintas diatas bentangan sampai pada bentangan ke-2 tiba-tiba,...
Shuutt...!, tuk...,
sebuah batu sebesar kelereng menimpuk punggungnya...,
"Mmmmhhh..., mmmhhhmm...," hanya suara itu yang terdengar karena mulut Zang Lung sedang menggigit kayu.
Bentangan ke-3 terjadi lagi,...
Shuutt...!, tuk...,
Shuutt...!, tuk...,
Bentangan ke-4,...
Shuutt...!, tuk...,
Shuutt...!, tuk...,
Shuutt...!, tuk...,
"Bagus muridku...!, kamu berhasil..., besok waktumu 15 menit..., dan setiap bentang akan ada kelelawar darah minimal 3 ekor yang akan menyerangmu...!" kata sang guru sambil memainkan kedua alis matanya keatas dan kebawah.