(Bagian Selatan, 15 Desember)
"Ketua, di sini sudah tak ada apa-apa," kata seorang lelaki berpakaian tentara yang memegang senapan di tangannya.
Dia berkata pada seorang pria yang melihat sekitar di tepi pantai itu, "Perintahkan semuanya kembali ke markas besar, kita sudah sejauh ini," kata pria yang dianggap Ketua itu.
Lalu lelaki tadi mengangguk dan berjalan pergi. Tapi Ketua melihat sesuatu di balik karang, dia terdiam sebentar dan karena penasaran, dia mendekat ke sana.
Seorang perempuan terbaring terkurap dengan air ombak kecil yang terus mengenai kakinya dan ada darah yang muncul dari bahunya.
Ketua mengeluarkan pistol kecilnya dan berjaga-jaga, ia membalik tubuh perempuan itu dengan tangannya yang rupanya adalah Imea.
Ketua terkejut. "Imea!!!" dia berteriak mendekat langsung memangku Imea.
Kenapa dia tahu Imea? Siapa Ketua itu?
--
Sekitar 30 tahun yang lalu di tempat yang dinyatakan sebagai negara paling bersih di dunia adalah Swiss.
Dahulu dipercaya gen perak adalah gen yang terlahir dari buatan tangan manusia. Keturunan demi keturunan lahir hingga sampai di keturunan terakhir yang bisa hidup hingga saat ini. Seorang bayi laki-laki telah lahir dengan sempurna, namun dia tak memiliki orang tua sama sekali.
Dia diambil oleh seorang eksekutif dari London dan menjadikannya sebagai putra gelap yang harus melakukan apa yang harus dilakukan orang ilegal.
"Bertarung, dan melakukan apa yang kau mau."
Selama di Swiss hidup di ladang yang luas dan hijau berlatih fisik sendiri dengan rambut yang telah berwarna perak hingga dia benar-benar harus diambil seseorang. Dia adalah Line, dia adalah gen perak keturunan nomor 7. Gen perak termasuk ke dalam kategori langka yang ada di sini.
Ia bisa dibandingkan 1: 100%. Karena itulah dia ada di tangan orang yang sangat kaya dan emas.
"(Aku memang diangkat sebagai putranya, tapi dia memaksaku untuk melakukan apa yang dia minta. Dia membuatku masuk ke dalam agen besar yang akan langsung mengajariku bertarung, tapi mereka tak tahu bahwa aku tak perlu bertarung. Sejak lahir, aku berjalan sendiri. Aku membuat makanan sendiri tanpa seorang pun hingga umurku beranjak 10 tahun.
Di tempat yang sangat luas, tempatku lahir dan tak ada seorang pun yang tahu hingga para orang-orang berpakaian agen itu mengambilku begitu saja. Mereka menyiksaku seperti kelinci percobaan.
Aku masuk ke laboratorium, berbagai suntikan ditusukkan padaku. Darahku diambil beberapa kali. Mungkin sebagian orang di dunia akan menganggapku tak bisa lepas dari ini semua. Manusia merusak kelangkaan manusia. Mereka memiliki nafsu mempelajari sesuatu yang bisa membuat mereka gila penasaran. Aku hampir mati sekarat di meja percobaan, tapi aku bisa bebas hingga sekarang dan aku benar-benar tak tahu bagaimana saat itu aku bisa lepas dari itu semua.
Aku tahu, mereka akan cepat menemukan ku, karena itulah aku selalu merubah identitasku dan hidup seperti seorang yang ada di belakang. Padahal aku ingin menjadi yang di depan. Aku saat ini tak mau membahas lebih dalam soal masa laluku yang aku anggap kejam. Aku hanya ingin menjalani kehidupan ini saja jika memang harus ada orang yang menerimaku. Kiamat ini memberikan keuntungan bagiku. Sejak dulu aku ingin tahu rasanya melindungi seseorang dari bahaya apapun dengan kekuatan ku sendiri. Sekarang sudah ada di depanku, seorang gadis yang sangat keras kepala tapi sangat manis dengan sifatnya... Meskipun aku pernah mencintai wanita lain hanya karena ibu angkat, tapi dia sudah mati... Semua juga sudah mati... Tak ada yang tersisa.)"
--
"Roland....." Uminoke membuka semak-semak dan melihat Roland yang masih terduduk putus asa di tepi jurang. Uminoke sudah tahu semuanya.
Saat ini yang mengubur mayat mereka adalah Line.
"Roland," Uminoke mendekat lalu Roland menoleh dengan kecewa.
"Aku yakin mereka masih ada, Nian, bayi kecil, dan Imea bukan.... Jangan khawatir, Imea akan baik-baik saja," kata Uminoke.
"Dari mana kau berpikir begitu?"
"Em... Pikirkanlah hal yang membuatmu tenang, Imea bukanlah gadis lemah... Dia gadis yang pintar, hanya saja dia tak pernah mau berbicara soal kemampuannya... Ini dilihat saat aku sedang mengobrol padanya saat itu... Dia bilang jika kita bisa membangun sebuah aliansi, kenapa kita tidak membangun sebuah markas besar. Dia juga bilang padaku bahwa ayahnya adalah ketua militer markas besar," kata Uminoke. Seketika Roland terkejut. "K... Apa yang kau maksudkan?!" dia menatap terkejut.
"Dia bilang sendiri padaku, sudah lama berpisah dengan ayahnya karena pekerjaan ayahnya sendiri... Imea mungkin adalah gadis kuat yang tidak kita lihat dari depannya," kata Uminoke.
Lalu Roland mengingat di mana saat Imea dengan berani memukul zombie yang akan menyerang Roland yang sedang di bawah mobil memperbaiki mesin. Dan saat dia menemukan sebuah liontin dog tag milik militer yang berpangkat Ketua di dalam baju Imea saat itu.
"(Jadi memang benar... Itu liontin milik militer yang dibawa olehnya. Apa ayahnya memberikan padanya pada putrinya? Tapi saat itu dia terlihat seperti hanya tinggal bersama ibunya, bukan... Kenapa dia pandai dalam menyembunyikan hal ini... Di mana dia belajar?)" Roland terdiam berpikir lalu ia ingat bahwa Imea adalah gadis yang suka terbully oleh teman-temannya.
"(Dia.... Mungkin mengalami masalah....)" Roland sudah mengerti bahwa Imea memiliki kehidupan yang sulit.
Menyembunyikan sesuatu sangat mudah bagi gadis sepertinya. Dia terlihat lembut dan baik tapi di balik itu dia benar-benar pandai menyembunyikan masalahnya sendiri.
"Selanjutnya kita akan ke mana?" tanya Uminoke.
"Bagaimana denganmu?"
"Sebentar lagi adalah Kyoto, Line bilang hanya berjarak 16 kilometer lagi maka di sana sudah sampai Kyoto. Kachi pasti ada di sana," kata Uminoke.
"Kachi? Kakakmu itu?"
"Yah begitulah."
"Bukankah ini semua sudah kau lihat, tapi ngomong-ngomong Line sudah bilang padaku. Di bagian barat daya ada kawasan yang sudah hancur lebur, mungkin puing-puing rumah dan yang lainnya sudah terkubur tanah..."
"Apa yang menyebabkannya?"
"Infeksi level 10 tingkat maksimal... Tingkat itu membuat tubuh mereka besar seperti saat itu sebelum bom terjadi dan membuat kabut, dan setelah ku teliti lagi rupanya kabut-kabut itu sudah bercampur dengan virus dari zombie besar itu... Asap dari kabut itu yang membawa infeksi level maksimum akan mengenai aliran milik zombie yang lain membuat mereka cepat melakukan perubahan tubuh dan menjadi besar seperti itu. Tapi untungnya kabut pembawa infeksi itu tak mempan pada manusia seperti kita."
"Oh benar, aku masih heran kenapa mereka bisa terkena virus ini sementara aku tidak, padahal aku belum tahu soal ini saat itu," tatap Uminoke.
"Itu karena kau aman berada di dalam rumah.
Di tahap hari terakhir hujan, cairan dari hujan itu sudah membawa virus dan mengenai manusia yang benar-benar basah terkena air hujan itu, dia berubah dan menyerang segalanya membuat gigitan virus pada orang-orang yang masih aktif beraktivitas hari itu," kata Roland.
"(Aku mengerti, jadi dari awal Line memang benar, tapi bagaimana Line bisa tahu saat itu akan ada wabah seperti ini?)" Uminoke menjadi terdiam.
"Apa matahari tak terlihat lagi?" Barbara menatap langit sambil mengikuti langkah semuanya.
"Sepertinya begitu, langit seperti mendung, tapi tak terlihat akan hujan," balas Nikol yang berjalan di sampingnya.
Sementara Line dan Roland berjalan di depan mencari jalan aman.
"Aku memegang satu serum ke lima," kata Roland.
"Jika digabung, kita sudah punya 3 serum di sini kurang 7 lagi," Line menambah.
"Tapi untuk apa serum-serum itu, bukankah kau hanya akan sia-sia jika menyerahkannya ke laboratorium.... Kau bisa membuatnya?" tatap Roland.
"Kau seharusnya tahu siapa yang bisa bukan?" Line langsung melirik. Seketika Roland teringat pada Labis.
"Jika aku bilang itu Labis, apa kau akan ditangkap?"
"Pastinya iya... Dia pernah menyandera Uminoke."
"Hah kapan?"
"Saat kabut itu, kita terpisah bukan. Kau bertemu dengan Imea dan aku bertemu dengan Uminoke," kata Line. Lalu Roland menjadi mengerti dan sudah tahu.
"Hanya dia yang ku kenal yang bisa membuat serum ini menjadi satu... Jika tidak segera dunia ini juga akan hancur. Dan soal pecahan meteor itu aku mengira-ngira ada di ladang jauh."
"Itu memang benar tapi aku juga dengar dari militer yang lain bahwa sekarang sudah ada banyak aliansi militer yang terdiri dari 15 markas besar."
"Jadi aliansi dan pegangan dunia hanya dipegang militer sekarang... Benar-benar aneh."
"Hei... Kalian ini sedang membahas apa?" Uminoke menatap, mereka menoleh ke belakang
.
"Kau tahu apa?" Roland melirik.
"Hah.... Aku tahu lah...." Uminoke membalas.
"Halah.... Mungkin cuma virus ini yang kau tahu," Roland bermain-main dengannya sambil masih berjalan.
"Apa... Hiz.... Awas saja kamu... Aku sudah memberitahumu soal Imea bukan dan kau jadi tidak sedih sekarang..." Uminoke membalas sambil mengambek.
Mendengar itu Roland dan Line menjadi terkejut bersamaan. "Kau memikirkan apa yang aku dengar tadi?" kata Line.
"Sepertinya begitu.... Imea mungkin tahu soal markas besar itu jika dia benar-benar putri dari ketua," Roland menambah.
Uminoke terdiam bingung mendengar obrolan mereka. Tapi ia menoleh ke jalan depan dan menjadi tersenyum senang.
"Haha.... Ini Kyoto!!!" dia menjadi senang.
"Yup ini Kyoto, sekarang kau tahu harus apa bukan?" Line menatap.
"Kachi ada di sini.... Tapi aku tak tahu di mana dia sekarang," kata Uminoke.
"Apa pekerjaanmu?" Line menatap.
"Dia menjadi asisten satu eksekutif di sini... Jika tak salah namanya Rudi Miyaka."
"Hah.... Itu Tuan Rudi!!" Roland menjadi terkejut.
"Ya, itu orang yang... mati di hutan itu bukan? Kenapa kau tidak memberitahuku....?" Line menatap ke Uminoke.
"Mana aku tahu, wajahnya sudah berlumur darah tapi agak samar-samar," balas Uminoke.
"Haiz... Malang sekali...." Roland hanya bisa menggeleng.
Lalu Line menambah. "Semua orang akan berakhir pada waktu yang pasti... Kita tak perlu mengasihani mereka... Jika mereka mati, itu berarti Tuhan sudah mengkasihani mereka..." tambahnya.
"Haiz... Baiklah kalau begitu, aku tahu tempatnya... Dia sendiri pernah memberitahuku," Roland berbalik kembali berjalan diikuti mereka.